JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

Sehat merupakan aspek penting bagi setiap manusia dan modal untuk keberhasilan

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

Identifikasi Masalah. Pembahasan

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) UNIVERSITAS UDAYANA DIPATUHI ATAU DIABAIKAN?

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari,

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 6 : KESIMPULAN. implementasi Perda KTR di Kota Padang. Tenaga pelaksana kebijakan KTR di

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa iklan rokok hanya dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI)

BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

Laporan Pendampingan Sekolah. Catatan KEBERHASILAN 90 SEKOLAH IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NO.64/2015 TENTANG SEKOLAH SEBAGAI KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur OLEH :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Dampak Rokok bagi Masyarakat

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

EVALUASI PENERAPAN KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) PADA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI KOTA SEMARANG Priliantining Asri Wulanningrum *), Emmy Riyanti **), Kusyogo Cahyo ***) *)Mahasiswa Peminatan PKIP FKM UNDIP **)Dosen Bagian PKIP FKM UNDIP ***)Dosen Bagian PKIP FKM UNDIP e-mail : prilian0708@gmail.com Abstrak Pemerintah Kota Semarang mengeluarkan Peraturan Daerah No. 3 tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Kesehatan masyarakat termasuk program studi yang wajib menerapkan Kawasan Tanpa rokok sesuai dengan Perda Kota Semarang No.3 tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penerapan kebijakan Perda Kota Semarang No. 3 tahun 2013 tentang kawasan tanpa rokok pada program studi kesehatan masyarakat di perguruan tinggi Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 44 orang yang terdiri dari 36 subyek penelitian dan 8 subyek triangulasi. Analisis data menggunakan Content Analysis. Hasil penelitian menunjukkan pada tahapan input SDM dalam pengelolaan KTR belum memenuhi, masih banyak kendala yang dihadapi dalam menjalankan kebijakan tertulis tentang KTR, media tentang KTR sudah ada, dana operasional dalam penerapan KTR masih terbatas. Pada tahap perencanaan sudah ada karena terlaksana rancangan program. Pada tahap pelaksanaan belum berjalan maksimal karena masih ada kendala dalam pemasangan papan pengumuman, tanda KTR, belum ada jobdesk dan belum ada penyuluhan khusus tentang KTR. Pada tahap pengawasan belum berjalan karena tidak ada tim pengawas khusus KTR. Pada tahap pembinaan belum maksimal karena tidak ada tim yang melakukan bimbingan dan klinik berhenti merokok tidak aktif. Tahapan output meliputi masih terdapat program studi kesehatan masyarakat yang lingkungannya belum bebas dari asap rokok karena masih tersedia tempat khusus merokok dan sanksi yang diberikan berupa denda atau penenguran. Kata kunci : Program Studi Kesehatan Masyarakat, Kawasan Tanpa Rokok Kepustakaan : 65 (11 Jurnal+35 Buku+5 Skrips+ 1 tesis+7 paper+3 peraturan+4 Website), 1980-2016 PENDAHULUAN Rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti Nikotin adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan (adiktif), Tar adalah zat berbahaya yang menyebabkan kanker (karsinogenik) dan karbon monoksida (CO) adalah salah satu gas beracun yang menurunkan kandungan oksigen dalam darah. Rokok merupakan factor risiko utama dari penyakit jantung, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus serta penyakit lain seperti fertilitas, impotensi. 1 Data Tobacco Atlas tahun 2012 362

menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan salah satu dari lima konsumsi rokok terbanyak, meskipun sudah menduduki peringkat keempat sejajar dengan Jepang. Presentase di lima negara tersebut yaitu Cina (38%), Rusia (7%). Amerika serikat (5%), Indonesia dan Jepang (4%). 2 Proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan (47,5% : 1,1%) 3 Prevalensi merokok pada penduduk Jawa Tengah mengalami peningkatan setiap tahunnya dan trend peningkatan terjadi pada penduduk Jawa Tengah usia diatas 15 tahun. Pada tahun 2010, jumlah penduduk Jawa Tengah yang merokok terbanyak terjadi pada usia muda yaitu 12,4% (10-14 tahun), 41,6% (15-19 tahun) dan 20,2% (20-24 tahun). 4 Kota Semarang merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Tengah walaupun bukan termasuk dalam 10 kabupaten/kota yang memiliki prevalensi merokok setiap hari diatas rata-rata, tetapi juga mempunyai dampak yang cukup besar terhadap peningkatan jumlah perokok di Jawa Tengah. Di Kota Semarang tercatat sebanyak 18,2% adalah perokok dengan 9,1 batang rokok perhari. Sedangkan, Data profil kesehatan Kota Semarang mencatat pada tahun 2011 terdapat 42,3% kasus jumlah penderita perempuan lebih banyak dibanding dengan penderita laki-laki. Data Dinas Kesehatan Kota Semarang menyebutkan bahwa perokok remaja mencapai 4,0% dan perokok dewasa mencapai 4,5% dari jumlah penduduk kota Semarang. 5 Kemenkes RI menetapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagai salah satu upaya untuk melindungi masyarakat terhadap dampak paparan asap rokok terhadap kesehatan. KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok. Ruang lingkup KTR meliputi tempattempat umum, tempat kerja tertutup, sarana kesehatan, tempat proses belajar-mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, dan angkutan umum. Sampai dengan Juni 2014, sebanyak 144 kab/kota di 32 provinsi telah memiliki kebijakan mengenai KTR. 6 Empat Universitas di Semarang yang mana pada program studi kesehatan masyarakat tersebut memiliki peraturan terkait kawasan tanpa rokok walapun belum 100% menerapkan KTR adalah pada Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Semarang dan Universitas Dian Nuswantoro. Peraturan mengenai kawasan tanpa rokok sudah diberlakukan meski belum berjalan dengan baik karena masih terdapat dosen, karyawan dan mahasiswa program studi kesehatan masyarakat yang merokok di area kampus. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dosen, karyawan dan mahasiswa mengenai bahaya rokok dan kurangnya pengetahuan tentang KTR. Hal yang lain juga dikarenakan masih kurang tegas mengenai peraturan kawasan tanpa rokok yang telah dibuat. Dari data dan penjelasan yang telah dipaparkan pada latar belakang, peneliti tertarik untuk meneliti Bagaimana Evaluasi Penerapan Kebijakan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang? METODOLOGI PENELITIAN a. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif b. Subyek Penelitian 363

Subyek dalam penelitian ini adalah civitas akademika Undip, Unnes, Udinus dan Unimus yang terdiri dari tiga dosen, tiga staff karyawan dan tiga mahasiswa. Sedangkan Subyek triangulasi pada penelitian ini adalah Kepala Program studi dan Kepala TU. Prosedur pengambilan subyek dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara atau metode purposive sampling. c. Pengumpulan Data 1. Sumber data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan data sekunder. 2. Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara mendalam dan dokumentasi. d. Instrument Penelitian 1. Kuesioner penelitian berupa pertanyaan terbuka dan dapat ditambahkan dengan pertanyaan lain sesuai dengan kebutuhan pada saat dilakukan wawancara. 2. Pencatatan data wawancara pada penelitian ini alat perekam yang digunakan berupa handphone e. Analisis Data 1. Pengumpulan data 2. Reduksi data 3. Penyajian data 4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi f. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Uji reliabilitas dilakukan melalui verifikasi atau pengeckkan terhadap uraian yang diungkapkan informan. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Lokasi 1. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Berdasarakan penilaian Badan Akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor : 033/BAN- PT/Ak-X/S1/I/2008 menetapkan bahwa FKM Undip mendapatkan predikat Akreditasi A. Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip terletak di Jalan Prof H. Soedarto, SH kampus Tembalang Semarang. 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang Dalam perkembangan berdasarkan hasil evaluasi akademik FKM memperoleh perpanjangan izin operasional berdasarkan surat dari Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Nomer : 3369/D/T/2003. Fakultas kesehatan masyarakat Unimus terletak di kampus terpadu (A) Jl. Kedungmundu Raya 18 Semarang 50272. 3. Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Pada Fakultas Kesehatan terdapat Program Studi Kesehatan Masyarakat yang didirikan berdasarkan surat keputusan terakreditasi BAN- PT No.045/BAN-PT/Ak- XIV/S1/XII/2011. Program studi kesehatan masyarakat terletak di Jalan Nakula I No 5-11 Semarang. 4. Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat didirikan berdasarkan surat keputusan izin penyelenggaraan pada Universitas Negeri Semarang Nomor 2111/D/T/2004 Tanggal 364

18 Juni 2004. Program studi ini beralamatkan di Gedung F1 lantai 2, FIK Unnes, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229. b. Hasil Penelitian 1. Man (Sumber Daya) menyatakan bahwa belum memadai dalam pengelolaan kawasan tanpa rokok karena belum ada petugas khusus yang memantau KTR di program studi kesehatan masyarakat. Selain itu apabila melihat sesama civitas merokok di area KTR maka dapat menegur langsung. Namun tidak adanya petugas khusus dalam memantau KTR, kebijakan dan peraturan mengenai kawasan tanpa rokok di area kampus tidak berjalan secara optimal karena masih terdapat beberapa orang atau tamu yang merokok di area kampus selain itu masih banyak civitas akademika yang sulit melakukan peneguran langsung pada pelanggar KTR di area kampus. 2. Method (Kebijakan Tertulis) menyatakan bahwa pada program studi kesehatan masyarakat sudah terdapat kebijakan tertulis atau peraturan mengenai kawasan tanpa rokok yang tertuang pada surat keputusan yang dibuat oleh dekan atau rektor. Dalam SK tersebut menjelaskan bahwa pada area kampus dilarang merokok, melakukan kegiatan promosi rokok, menjual dan mengiklankan rokok. Kendala yang dihadapi dalam penerapan KTR yang sesuai dengan SK tersebut meliputi kurang tegas dan jelas serta sosialisasi yang kurang, masih terdapat aktivitas merokok di area kampus, sulit melakukan peneguran langsung pada pelanggar KTR dan pemasangan media yang kurang. 3. Material (Media promosi dan sarana prasarana) menyatakan bahwa media promosi dalam penyampaian pesan kesehatan berupa tanda KTR, TV, poster, sosial media, leaflet, banner, sticker, radio, buku, web dll. Dalam pemenuhan dan pengadaaan sarana prasarana dari dana operasional fakultas. Penelitian Nizwadi Azka menyatakan fasilitas media promosi seperti baliho, spanduk, stiker, billboard serta atribut. 7 4. Money (Dana) Azwar (1996) menyatakan bahwa untuk mencapa keberhasilan suatu program kesehatan harus tersedia dana yang cukup untuk melaksanakan program tersebut. 8 Melihat sebagian besar program studi kesehatan masyarakat terkendala dengan belum adanya dana khusus dan dana yang terbatas dalam penerapan KTR. 5. Perencanaan Menurut teori Siagian (1994) perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal yang dikerjakan di masa akan datang dalam rang pencapaian yang ditentukan. 10 Perencanaan sosialisasi kebijakan secara tidak 365

langsung sudah dilaksanakan berupa media promosi tentang rokok yang sudah terpasang dan kegiatan HTTS. Perencanaan pemasangan papan pengumuman kebijakan kawasan tanpa rokok sudah dilaksanakan dengan cara pemasangan media di seluruh gedung kesehatan masyarakat. Perencanaan tanda KTR sudah dilaksanakan dengan terpasang di depan pintu gerbang kampus dan tempat yang dilewati banyak orang. Perencanaan job description tidak ada karena sebagian besar belum ada pengaturan tugas dalam penerapan KTR di area kampus. Perencanaan penyuluhan sudah ada dengan dibuktikan adanya disusi tentang pentingnya kawasan tanpa rokok dan bahaya rokok melaui kegiatan, aksi atau event tentang KTR. 6. Pelaksanaan Dalam penelitian ini pelaksanaan dalam sosialisasi kebijakan secara langsung sudah berjalan seperti mengadakan event HTTS, seminar tentang rokok, mengadakan talkshow.. Pelaksanaan sosialisasi tidak langsung dilakukan melalui media-media yang ada dan terpasang di area kampus seperti sticker, poster, banner, leaflet radio, TV dan atributatribut lain. 7. Pengawasan Proses pengawasan dalam penerapan kawasan tanpa rokok dilakukan oleh pimpinan atau pejabat terkait tim PD III, dekan, kepala jurusan atau dosen pengurus KTR di program studi kesehatan masyarakat. Proses pengawasan yang dilakukan berupa melihat perubahan perilaku dari perokok aktif dari civitas akademika selain itu melihat perkembangan kegiatan tentang rokok sudah berjalan atau belum. Pengawasan juga dilakukan dengan memberi teguran atau sanksi apabila melihat pelanggar KTR di area kampus. Proses pengawasan yang dilakukan kurang gencar selain itu penegakkannya hanya berupa aksi simpatik. 8. Pembinaan mengenai pembinaan dalam penerapan KTR di area kampus belum berlangsung karena belum ada tim yang ditugaskan dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan langsung pada perokok aktif selain itu klinik berhenti merokok sudah tidak aktif lagi. Nasyruddin menyatakan belum ada bimbingan dan motivasi menghambat efektifitas implementasi KTR sendiri. 9 9. KTR terlaksana 100% menyatakan bahwa semua program studi kesehatan masyarakat sudah menerapkan kawasan tanpa rokok. Akan tetapi terdapat dua program studi yang lingkunganya bebas dari asap rokok terbukti tidak ada aktifitas merokok di area kampus. Target sasaran mengalami perubahan perilaku untuk tidak merokok di area kampus. Otomatis tidak ada mahasiswa yang tidak merokok menegur mahasiswa yang merokok di 366

area kampus dan perokok aktif sudah merokok di luar KTR. Sanksi yang diberikan berupa denda 50 ribu dan peneguran. 10. KTR tidak terlaksana 100% Dari empat program studi kesehatan masyarakat pada universitas yang berbeda, dua program studi yang lingkungannya belum sepenuhnya bebas dari asap rokok karena masih tersedia tempat khusus merokok bagi perokok aktif. Sebagian kecil melihat mahasiswa yang tidak merokok menegur mahasiswa yang merokok di lingkungan KTR. Pada dua program studi kesehatan masyarakat di empat universitas tersebut belum menerapkan sanksi denda bagi pelanggar KTR dan hanya berupa peneguran saja. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1. Pada tahapan Input Dari segi sumber daya manusia dalam pengelolaan kawasan tanpa rokok belum memenuhi karena belum ada tim pengelola khusus KTR. Kebijakan tertulis tentang kawasan tanpa rokok sudah ada akan tetapi terdapat kendala. Media promosi dalam penyampaian pesan kesehatan mengenai rokok sudah berjalan. Sumber dana berasal dari dana operasional fakultas dan bekerjasama dengan dinas kesehatan, dinas pendidikan, KPKTR serta sponsor dari luar. 2. Pada tahapan Proses Dari segi perencanaan sudah ada tetapi rencana yang dilakukan pelaksanaannya belum berjalan maksimal karena terdapat program yang direncanakan tidak berjalan secara optimal seperti pemasangan papan pengumuman dan tanda KTR yang masih kurang medianya dan tidak terpasang secara keseluruhan. Selain itu belum ada job description dalam pelaksanaan penerapan KTR dan belum ada penyuluhan khusus tentang KTR. Dalam proses pengawasan berada di bawah pimpinan atau pihak terkait dan belum ada yang bertugas sebagai pengawas khusus dalam penerapan KTR di area kampus. Proses pembinaan belum berjalan karena tidak ada tim yang di tugaskan dalam melakukan bimbingan pada perokok aktif dan klinik berhenti merokok tidak aktif lagi. 3. Pada Tahapan Output Pada empat universitas pada program studi kesehatan masyarakat terdapat dua program studi yang belum bebas dari asap rokok karena masih terdapat tempat khusus yang digunakan untuk merokok di area kampus. Sudah tidak melihat mahasiswa yang tidak merokok menegur mahasiswa yang merokok. Civitas akademika sudah merokok di luar KTR dan apabila merokok sudah disediakan tempat untuk merokok. Pada dua program studi kesehatan masyarakat sudah diberlakukan sanksi tegas berupa denda 50 ribu sedangkan dua program studi kesehatan masyarakt lain belum ada sanksi tegas dan hanya berupa teguran bagi pelanggar KTR. b. Saran 367

1. Pada Tahapan Input masih terdapat kendala, pada tahapan man yang belum ada tim khusus pengelola KTR sebaiknya pihak kampus dapat membentuk tim khusus dalam mengelola KTR. Pada tahapan methode mengenai kebijakan tertulis tentang KTR yang masih belum tegas dan jelas, sebaiknya dapat memperbaiki kebijakan tersebut dan melakukan sosialisasi dengan gencar. Pada tahapan money sebaiknya dapat meminalisir penggunaan dana tersebut dan terdapat dana khusus dalam penerapan kawasan tanpa rokok. 2. Pada tahapan proses, pada tahapan pelaksanaan mengenai pemasangan papan pengumuman dan tanda KTR diperbanyak dan dapat di tempatkan pada tempat yang strategis serta dalam ukuran yang besar dan mudah terlihat. penyuluhan dapat dilakukan secara khusus tanpa mengikutsertakan dengan adanya event atau seminar tentang rokok. Pada tahapan pengawasan sebaiknya dibentuk tim satgas Pada tahapan pembinaan sebaiknya dapat mengaktifkan KBM dan menyusun tim dengan jelas. 3. Pada tahapan output masih terdapat tempat khusus merokok di area kampus maka lingkungan kampus belum bebas dari asap rokok sebaiknya dapat memperbaiki kebijakan tertulis yang menyatakan 368 bahwa perokok dapat merokok di bilik rokok. Karena dalam peraturan perda KTR pada proses belajar mengajar tidak boleeh ada tempat khusus merokok. Masih terdapat dua program studi yang belum terdapat sanksi tegas dan hanya berupa peneguran sebaiknya dapat memberlakukan sanksi yang tegas. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan RI. Penyakit tidak menular. Jakarta : Kemenkes RI, 2012. 2. Tobacco Atlas. Global Tobacco Epidemic and Public Health Response. Tobacco Atlas. 2012 3. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R1. 2013 4. Departemen Kesehatan RI. Profil Tembakau Indonesia. Jakarta : Depkes RI. 2013. Diunduh dari http://tcsc-indonesia.org/wpcontent/upload/2014/02atlas.pdf. 5. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang. 2011 6. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes. 2013 7. Azkha N,. Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Perda Kota tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013. J kebijakan kesehatan Indoneisa. 2013 ; 02(04) : 171-179 8. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga, Jakarta : Binarupa Aksara, 1996 9. Nasyruddin MF. Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Sekolah (Studi Kualitatif Pada

SMP Negeri 21 Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013 ; 2(1). Januari 2013 10. Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, Jakarta : Bumi Aksara. 1994 369