BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Namun pembangunan industri dengan berbagai macam jenisnya tentunya memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif pembangunan industri berupa terserapnya tenaga kerja serta meningkatnya perekonomian baik di daerah industri maupun nasional. Namun dengan adanya industri juga dapat memberikan dampak negatif diantaranya masalah limbah (padat dan cair) serta pencemaran lingkungan (air, udara, dan tanah) yang akan berpengaruh terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat yang berada di sekitar industri (Halim, 2012). Salah satu masalah terpenting dari kegiatan industri adalah pencemaran udara. Pencemaran udara terjadinya karena terkontaminasinya udara, baik dalam ruangan maupun luar ruangan, dengan agen kimia, fisik, atau biologis yang telah mengubah karakteristik alami dari atmosfer. Hal tersebut banyak disebabkan oleh asap pembakaran dan proses industri. Adapun bahan pencemar (polutan) utama yang dapat menimbulkan masalah kesehatan yaitu partikulat, karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO 2 ), dan sulfur dioksida (SO 2 ) (WHO, 2011). Salah satu penyakit yang dapat diakibatkan oleh adanya pencemaran udara adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penyakit ini bisa terjadi karena adanya asap rokok, asap pembakaran, gas pembuangan sarana
transportasi dan industri (Depkes RI, 2010). ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di sekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura (Depkes RI, 2010). Di seluruh dunia penyakit ISPA telah menyebabkan 2,9 juta kematian (WHO, 2012). Di Indonesia tiap tahun kematian ISPA sekitar 30% dari total kematian. Insiden ISPA khususnya pnemonia di Indonesia tiap tahun sekitar 10%-20% atau 2,33 juta-4,66 juta kasus. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011, angka penderita ISPA menduduki peringkat ketiga sebesar 24%, setelah penyakit gigi dan mulut sebesar 60% dan penyakit refraksi dan penglihatan sebesar 31% (Depkes RI, 2013). Di Jawa Tengah, penyakit ISPA juga merupakan masalah kesehatan utama masyarakat. Penyakit pneumonia adalah penyebab nomor satu (15,7%) dari penyebab kematian di rumah sakit. Pada tahun 2010, cakupan penemuan pneumonia balita di Jawa Tengah mencapai 24,72%. Pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 21,6%. Angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2012 yaitu menjadi 26,62% dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 24,29%. Pada tahun 2014, angka ISPA di Jawa Tengah menjadi 23,63% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Kejadian penyakit ISPA di Kabupaten Sragen juga masih cukup tinggi, dimana dari data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen pada bulan Januari sampai November 2014 penderita pneumonia sebanyak 4990 orang (49,03%), 2
dan 27 penderita dengan pneumonia berat (0,54%). Hal tersebut disebabkan karena masih banyaknya industri di Kabupaten Sragen. Salah satu tempat industri terbesar di Kabupaten Sragen adalah PT. Bintang Asahi Textil Industri. Berdasarkan dokumentasi kesehatan karyawan PT. Bintang Asahi Textil Industri menunjukkan pada tahun 2012 hingga tahun 2015 yang menunjukkan lima gejala ISPA pada semua golongan umur, yaitu nasopharingitis akut, faringitis akut, bronkitis akut, pneumonia, dan sinusitis akut. Adapun jumlah kasus penyakit pada lima gejala tersebut sejak tahun 2012-2015 yaitu nasopharingitis sebanyak 2% karyawan, faringitis akut sebanyak 15% karyawan, bronkitis sebanyak 13%, pneumonia sebanyak 11% karyawan dan sinusitis sebanyak 3% karyawan (Laporan Tahunan Perusahaan, 2015). Subjek yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah karyawan bagian Air Jet Loom (AJL) PT. Bintang Asahi Textil pada day shift I (jam kerja 08.00-16.00). Karyawan bagian AJL bertugas dalam proses pembuatan jalinan benang dengan gerakan-gerakan naik turun vertikal dengan cara menggerakkan exentrik dengan injakan untuk memasukkan benang pakan sehingga menjadi lembaran kain mentah (grey). Kondisi lingkungan fisik pada bagian ini dipenuhi dengan debu tebal yang melekat di beberapa mesin dan langit-langit atap pabrik. Hal ini tentu saja dapat berdampak buruk pada kondisi kesehatan karyawan. Oleh karena itu, perusahaan membuat peraturan mewajibkan semua karyawan untuk memakai masker pada saat bekerja. 3
Berdasarkan hasil penelitian Fitria (2012) yang dilakukan di industri mebel Dukuh Tuk Rejo, Desa Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa salah satu faktor lingkungan fisik yang dapat menyebabkan kejadian ISPA pada karyawan di industri mebel bagian operator mesin dan perakitan komponen adalah udara yang tercemar debu dan sebagian besar karyawan kurang memiliki kesadaran untuk menggunakan APD lengkap (masker, baju kerja, dan topi) selama bekerja yaitu sebanyak 75,3% karyawan. Sedangkan responden yang bekerja di titik dengan suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat mencapai 50,8%. Berdasarkan permasalahan penelitian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan kadar debu lingkungan dengan kejadian ISPA pada karyawan di PT. Bintang Asahi Textil Industri Kabupaten Sragen. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara kadar debu lingkungan dengan kejadian ISPA pada karyawan di PT. Bintang Asahi Textil Industri Kabupaten Sragen? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan antara kadar debu lingkungan dengan kejadian ISPA pada karyawan di PT. Bintang Asahi Textil Industri Kabupaten Sragen. 4
2. Tujuan Khusus a. Untuk mendiskripsikan kondisi kadar debu lingkungan dan kejadian ISPA di PT. Bintang Asahi Textil Industri Kabupaten Sragen. b. Untuk menganalisis hubungan antara kadar debu lingkungan dengan kejadian ISPA pada karyawan di PT. Bintang Asahi Textil Industri Kabupaten Sragen. D. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pihak PT. Bintang Asahi Textil Industri Kabupaten Sragen Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang kadar debu lingkungan yang dapat menyebabkan kejadian ISPA pada karyawan di PT. Bintang Asahi Textil Industri Kabupaten Sragen. 2. Bagi Karyawan Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi tentang penyebab kejadian ISPA pada Karyawan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian selanjutnya. 5