BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang berprinsip pada Al-qur an dan tauhid mampu memberi warna tersendiri bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu dengan maraknya penerapan sistem syariah, baik itu lembaga keuangan perbankan, asuransi, investasi maupun lainnya. Hal ini bisa dilihat dari banyak lahirnya bank baru maupun bisnis baru yang menggunakan prinsip syariah. Terbukti selama periode krisis tahun 1997-1998, Bank Syariah mampu menghadapi guncangan krisis moneter dan menunjukkan kinerja yang relatif baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional. Dengan sistem perbankan yang berlaku pada periode krisis tersebut, dimana perbankan konvensional dianggap turut andil dalam kemunduran ekonomi, ternyata sistem perbankan syariah mampu bertahan dalam menghadapi permasalahan biaya pendanaan yang cukup tinggi bahkan terus berkembang. Mengingat tingkat pengembalian pada Bank Syariah yang tidak mengacu pada tingkat suku bunga. Namum, dalam usaha untuk mendapatkan profit, kegiatan penyaluran dana yang dilakukan bank syariah tidak hanya berdasarkan prinsip bagi hasil. Sampai saat ini pembiayaan yang disalurkan bank syariah masih didominasi oleh pembiayaan non bagi hasil yaitu akad yang berdasarkan 1
2 prinsip jual beli seperti murabahah. Transaksi murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasullah SAW dan para sahabatnya. Sistem ini merupakan bentuk kerja sama bisnis dimana bank membeli barang untuk kepentingan nasabah dan menjualnya kepada nasabah dengan tingkat laba (markup) diatas harga pokok yang telah disepakati antara bank dengan nasabah. Dari data statistik perbankan Syariah pada Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia pada bulan Desember 2011 mengenai komposisi pembiayaan perbankan syariah bahwa pembiayaan pada murabahah memiliki porsi yang paling besar yaitu mencapai Rp. 56,365 milyar atau sekitar 56% dari total pembiayaan yang disalurkan. Jika dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah (bagi hasil) sebesar Rp. 10,229 milyar atau sekitar 10%, pembiayaan musyarakah sebesar Rp. 18,209 milyar atau sekitar 18%, dan sisanya untuk pembiayaan salam, istisna, ijarah, qardh dan lainnya. Dengan porsi pembiayaan yang lebih besar dari pembiayaan yang lain, akad murabahah menjadi fokus dalam kegiatan bank syariah. Murabahah merupakan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Jual beli ini dapat dilakukan untuk pembelian berdasarkan pesanan maupun tanpa pesanan. Wiroso (2005; 37). Pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan dengan prinsip jual beli disebut margin. Dengan demikian, pendapatan dari pembiayaan
3 murabahah disebut sebagai margin murabahah. Dari pendapatan tersebut, kemudian didistribusikan kepada para nasabah penyimpan atau pemilik dana pihak ketiga sebagai bentuk bagi hasil antara bank syariah selaku bank pengelola dana dan nasabah selaku pemilik dana pihak ketiga. Bagi hasil dana pihak ketiga (DPK) merupakan kewajiban yang harus disiapkan oleh bank dalam rangka memberikan kompensasi kepada nasabah, maupun pihak-pihak yang dananya dikelola oleh bank sesuai dengan kesepakatan nisbah. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam penetapan margin pembiayaan murabahah, pihak bank syariah juga memaksukan unsur bagi hasil yang akan diberikan kepada margin murabahah. (Fikri, 2012) Bank syariah memiliki peranan intermediasi dimana salah satu kegiatan yang dilakukan adalah menyalurkan dana kepada masyarakat yang memerlukan pembiayaan. Salah satu skema pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah skema pembiayaan murabahah. Volume pembiayaan murabahah adalah jumlah total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah menggunakan mekanisme murabahah. Pembiayaan ini tercermin dalam besarnya piutang murabahah. Sehingga setiap kenaikan dari volume pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah bisa menambah besarnya margin yang diterima oleh bank tersebut. Dilihat dari peran penting murabahah yang mendominasi pendapatan bank syariah serta menyelamatkan citra bank syariah, maka penulis termotivasi untuk melakukan analisa lebih lanjut untuk mengetahui apakah
4 bagi hasil dana pihak ketiga (DPK) dan volume pembiayaan murabahah terdapat pengaruh terhadap margin murabahah pada perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia (BI). Untuk itu penulis mengambil judul : Pengaruh Bagi Hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Volume Pembiayaan Murabahah Terhadap Margin Murabahah Pada Perbankan Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia (BI) B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan analisis diatas, penelitian ini akan menguji tentang faktor yang mempengaruhi margin murabahah. Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan dikemukakan beberapa pertanyaan, diantaranya: 1. Bagaimana pengaruh bagi hasil dana pihak ketiga (DPK) dan volume pembiayaan murabahah secara simultan terhadap margin murabahah? 2. Apakah bagi hasil DPK berpengaruh terhadap margin murabahah? 3. Apakah volume pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap margin murabahah? C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara terperinci adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengkaji secara empiris pengaruh bagi hasil dana pihak ketiga (DPK) dan volume pembiayaan murabahah secara simultan.
5 2. Untuk mengkaji secara empiris seberapa besar pengaruh bagi hasil DPK terhadap margin murabahah. 3. Untuk mengkaji secara empiris seberapa besar pengaruh volume pembiayaan murabahah terhadap margin murabahah. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah semoga penelitian ini : 1. Dapat memberi pertimbangan bagi perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dalam menetapakan margin murabahah. 2. Menambah wawasan bagi pembaca tentang perbankan syariah khususnya mengenai margin murabahah. 3. Dapat dijadikan referensi lebih lanjut bagi penelitian selanjutnya mengenai perbankan syariah khususnya tentang margin murabahah.