BAB II KAJIAN TEORI. sebut tariqah artinya jalan, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangannya. 1 Allah berfirman :

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. berikut adalah pendapat para ahli tentang istilah tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. 2

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap. 1 Berhasil tidaknya

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

STKIP Nurul Huda OKU Timur, Sumatera Selatan 1) dan 2) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa yang ditentukan oleh maju mundurnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Pengertian Belajar. Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pemberian Pekerjaan Rumah. a. Pengertian Mengerjakan PR/Tugas

BAB II KAJIAN TEORI. A. Metode Sosiodrama. 1. Pengertian Metode Sosiodrama. Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. A. Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solving, motivasi belajar

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor.

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pers, 2002, hlm Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media pembelajaran, Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian Strategi Information Search. yang bisa disamakan dengan ujian open book. Tim-tim di kelas

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhanya. Khususnya

BAB II KAJIAN TEORI. satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing- keduanya. Atas dasar itu, Shaw (1976:10) membedakan i nteraksi menjadi tiga

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

PERANAN MEDIA GAMBAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B TK MELATI BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Oleh FENI TOHEBA 1

BAB II KAJIAN TEORETIS. Menurut Silbermen strategi peran figur ( role models) merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006).

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pres, 2002), hlm Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. feeling attituted, personal ideals, aktivitas kepercayaan. 1. (mendidik). Namun menurut al-attas (1980) dalam Hasan

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian variasi dalam mengajar. serta berperan secara aktif. 1 Dengan demikian, variasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati kedudukan yang sangat penting. Guru sebagai subjek pendidik. sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB II KAJIAN TEORI. situasi pendukung yang ada sangkut paut dengan diri sendiri. 2

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teori 1. Metode Sosiodrama Metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan ke atau cara ke. Dalam bahasa arab, metode di sebut tariqah artinya jalan, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sebagai suatu istilah, metode berarti suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita. 1 Dalam buku Zakiah Drajat di katakan bahwa untuk pengajaran agama Islam perlu metodik khusus. Dalam hal ini metodik adalah suatu cara atau siasat penyampaian pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran agar siswa dapat memahami, mengetahui mempergunakan dengan kata lain meguasai pelajaran tersebut. 2 Pengertian lain dapat di katakan bahwa metode adalah suatu cara yang di pergunakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode di perlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai metode lebih dari satu. Karena karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi. 3 1997, h. 19. 1 M. Sudiyono, Op Cit, 2009, 180 2 Zakiah Derajat, Op. Cit, 1995, h. 183 3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi, Jakarta: PT Rineka Cipta,

Sosiodrama berasal dari kata sosio yang artinya masyarakat, dan drama yang artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan oranng lain dan sebagainya. Dengan demikian Metode sosiodrama adalah Penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosial yang kemudian di minta beberapa peserta didik untuk memerankannya 4. Menurut Engkoswara bahwa metode sosiodarama adalah: Suatu drama tanpa naskah yang akan di mainkan oleh sekolompok orang. Biasanya permasalahan cukup di ceritakan dengan singkat dalam tempo empat atau lima menit, kemudian anak akan menerangkannya. Persoalan pokok yang akan didramatisasikan diambil dari kejadian-kejadian sosial, oleh karena itu dinamakan sosiodrama. 5 Tujuan- tujuan dari sosiodrama adalah sebagai berikut : 1. Memahami perasaan orang lain. 2. Membagi tanggung jawab dan memikulnya. 3. Menghargai pendapat orang lain. 4. Mengambil keputusan dalam kelompok. 5. Memperbaiki hubungan sosial. 6. Mengenali nilai-nilai dan sikap-sikap. 7. Menanggulangi atau memperbaiki sikap-sikap yang salah. 6 Langkah-langkah yang di tempuh dalam metode sosiodrama adalah: 1. Bila sosiodrama baru di terapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkan terlebih dahulu teknik pelaksanaannya, dan menentukan di antara siswa yang tepat untuk 4 Ramayulis, Op Cit, 2005, h. 341 5 Muhammad Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h. 51 6 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010, hh. 273-274.

memerankan lakon tertentu, secara sederhana di mainkan di depan kelas. 2. Menerapkan situasi dan masalah yang akan di mainkan dan perlu juga di ceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan di pentaskan tersebut. 3. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat di lakukan sedemikian rupa. 4. Setelah sosiodrama itu dalam puncak klimaks maka guru dapat menghentikan drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinankemungkinan pemecahan masalah dapat di selasaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai sosiodrama yang di mainkan. Sosiodrama dapat pula di hentikan bila menemui jalan buntu. 5. Guru dan siswa dapat memberikan komentar kesimpulan atau berupa catatan jalannya sosiodrama untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya. 7 Menurut Ramayulis pelaksanaan metode sosidrama dapat mengikuti langkah-lagkah sebagai berikut: 1. Persiapan Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan di peragakan atau memilih tema cerita, dan menjelaskan mengenai peranan-peranan yang akan di mainkan siswa. 2. Penetuan perilaku Memberikan dorongan kepada peserta didik untuk bermain peran dengan memberikan petunujuk atau contoh yang sederhana agar mereka siap mental. 3. Penentuan pelaku atau pemeran Para pelaku memainkan peranan sesuai dengan imajinasi atau daya tanggapmasing-masing siswa. 4. Diskusi Dilanjutkan dengan diskusi yang di pimpin oleh guru. Diskusi berkisar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita, sehingga terhadirlah suatu pembicaraan berupa tanggapan, pendapat dan beberapa kesimpulan. 5. Ulangan permainan Saran saran atau kesimpulan kesimpulan yang di peroleh dari hasil diskusi. hh. 126-127 7 Mudasir, Desain Pembelajaran, Air molek Indragiri Hulu: STAI Nurul Falah Press. 2012,

Kelebihan-kelebihan metode sosiodrama adalah: 1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.di samping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk di lupakan. 2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias. 3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kestiakawanan sosial yang tinggi. 4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. 5. Di mungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan atau membuka kesempatan bagi lapangan kerja. 8 Sebagaimana dengan metode- metode yang lain, metode sosiodrama dan bermain peran memiliki sisi-sisi kelemahan. Namun yang penting disini, kelemahan dalam suatu metode tertentu dapat di tutup dengan memakai metode yang lain. Mungkin sekali kita perlu memakai metode diskusi, audio visual, tanya jawab dan metode- metode lain yang dapat di anggap melengkapi metode sosidrama atau bermain peran. Kelemahan metode sosiodrama atau bermain peran ini terletak pada: 1. Sosidrama dan bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang atau banyak. 2. Memerlukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid, dan ini tidak semua guru memilikinya. 3. Kebanyakan siswa yang di tunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu. 4. Apabila pelaksanaan sosidrama dan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pembelajaran tidak tercapai. 5. Tidak semua materi pelajaran dapat di sajikan melalui metode sosiodrama. 6. Pada pelajaran agama masalah keimanan, sulit di sajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peran ini. 9 8 Ibid, h.127.

2. Hasil Belajar a. Pengertian hasil belajar Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. 10 Selain itu belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa sesorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan ( kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (efektif). 11 Secara umum para psikolog mendefinisikan belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan dalam belajar adalah berusaha mengubah tingkah laku. Jadi, dengan belajar akan membawa perubahan-perubahan pada indivdu yang belajar. Perubahan tidak hanya dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, watak dan lain. Slameto mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu 9 Ibid. hh. 127-128. 10 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 39 11 Arief S. Sadiman Dkk, Media Pendidikan, Jakarta : Rajawali Press, 1984, h. 2

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 12 Hasil belajar disini berkaitan dengan pencapaian dalam memeperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang di rencanakan. Hasil belajar tersebut merupkan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi, bagi siswa berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut. 13 Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah terjadi proses pembelajaran yang di pengaruhi oleh faktor dari dalam diri peserta didik maupun dari luar. 14 Hasil belajar dalam penelitian ini di khusususkan pada hasil belajar siswa dalam menggunakan metode sosiodrama secara efektif. Berdasarkan paparan diatas dapat di jelaskan bahwa pada dasarnya hasil belajar merupakan hasil yang di capai oleh seorang siswa setelah mengikuti pembelajaran atau tes yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Sehubungan dengan judul ini yang di peroleh siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak yang di tunjukkan oleh nilai yang diperoleh setelah mengikuti tes. 12 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta. 2010, h. 2 13 Dimiyati Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2009, h, 257 2009, h. 147 14 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo,

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di bedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eskternal. Kedua faktor ini saling berkaitan atau saling memepengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas belajar. 15 1). Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Seperti dari aspek yang menyangkut tentang keberadaan kondisi siswa dan dari segi psikologis siswa itu sendiri seperti: a). Kecerdasan Artinya tinggi rendahnya kecerdasan yang dimilki sesorang sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi belajar lain sesuai dengan kecerdasan yang menonjol yang ada dalam dirinya. b). Bakat Bakat di artikan sebagai kemampuan yang ada pada seseorang yang dimilki sejak lahir untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. 15 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Kencana, 2008, h. 44

c). Minat dan perhatian Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu, perhatian merupakan melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. d). Motivasi Motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu, yang selalu mempengaruhi usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapa tujuan yang diinginkan. 2). Faktor eksternal Faktor yang berasal dari luar dirisiswa seperti lingkungan sekolah, teman-tamannya, masyarkat, dan yang lebih penting adalah faktor lingkungan keluarga, dan yang mempengaruhinya juga dari segi gedung sekolah, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang di gunakan. 16 B. Penelitian Yang Relavan Penelitian tentang metode sosiodrama telah banyak diteliti diantaranya adalah: 1. Adriati (2009) meneliti Peningkatan Minat Murid Da lam Memahami Kisah Para Rasul Dengan Metode Sosiodrama Di Kelas IV SD Negeri 003 Kumantan Kabupaten Kampar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan mode sosiodrama pada tindakan I meningkat menjadi 46%, pada tindakan II 67% dan pada tindakan III 79%. Jadi 16 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 135

Peningkatan Minat Murid Dalam Memahami Kisah Para Rasul Dengan Metode Sosiodrama dapat lebih meningkat dari sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada jumlah variabel dan bentuk penelitiannya. Jika penelitian yang sebelumnya hanya meneliti Peningkatan Minat Murid Dalam Memahami Kisah Para Rasul Dengan Metode Sosiodrama Di Kelas IV SD Negeri 003 Kumantan Kabupaten Kampar,sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya meneliti tentang penggunaan Metode Sosiodrama saja namun juga dikaitkan dengan Hasil Belajar Siswa. 2. Rica Varona (2012) meneliti Peningkatan Minat Pembelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas V Melalui Metode Sosiodrama Pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Ikhwan Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode sosidrama pada tindakan I meningkat menjadi 57,8% dan pada tindakan II 70,2%.Jadi Peningkatan Minat Pembelajaran Aqidah Akhlak Sisiwa Kelas V melalui Metode Sosiodrama dapat lebih meningkat dari sebelumnya. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada jumlah variabel penelitiannya. Jika penelitian yang sebelumnya hanya meneliti Peningkatan Minat Pembelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas V Melalui Metode Sosiodrama sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya meneliti tentang penggunaan Metode Sosiodrama saja namun juga dikaitkan dengan Hasil Belajar siswa

akan tetapi peneletian ini sama dalam hal mata pelajaran Aqidah Akhlak. Dari kedua penelitian di atas, jelas terlihat perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan. Di luar penelitian itu, penulis belum pernah menemukan penelitian yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan. C. Konsep Operasional Konsep operasional adalah konsep yang di gunakan untuk memberikan batasan terhadap konsep teoritis. Hal ini supaya tidak terjadi salah pengertian di dalam penelitian ini. Yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengaruh penggunaan Metode Sosiodrama terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan di bahas yaitu variabel bebas yang di simbolkan dengan X adalah penggunaan Metode Sosiodrama sedangkan variabel Y adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. 1. Metode Sosiodrama Adapun langkah-langkah Metode Sosiodrama yang dilakukan adalah : a. Guru mejelaskan pengertian dari metode sosiodrama. b. Guru memilih materi yang sesuai dengan topik yang di ajarkan. c. Guru membagi kelompok menjadi empat kelompok. d. Guru menjelaskan peranan-peranan yang akan dimainkan siswa. e. Guru memberikan contoh terlebih dahulu agar siswa faham dan siap mental.

f. Guru memberikan siswa peran pelaku untuk memainkan peranan sesuai dengan imajinasi dan daya tanggap masing-masingnya. g. Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi sesuai dengan tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita. h. Guru bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain sambil memberi masukan dan penjelasan. 2. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar yang dimaksud adalah indikator yang akan dicapai sesudah belajar aqidah akhlak, Dengan materi akhlak terpuji dan akhlak tercela yang menggunakan metode sosiodrama, Adapun indikator hasil belajar adalah sebagai berikut : a. Siswa mampu menjelaskan pengertian riya dan sabar. b. Siswa mampu menunjukkan bukti atau dalil tentang riya dan sabar. c. Siswa mampu menyebutkan sebab-sebab terjadinya perilaku riya. d. Siswa mampu mengindentifikasi bentuk dan memberikan contoh dari sabar. e. Siswa mampu mengidentifikasi bentuk dan memberikan contoh dari bahaya riya serta menghindari perilaku riya. f. Siswa mampu menunjukkan nilai-nilai positif dari perbuatan sabar dan menjauhi riya pada diri sendiri.

g. Siswa mampu menampilkan perilaku yang mencerminkan perilaku sabar dan menjauhi riya pada diri sendiri dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. D. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Adapun asumsi dalam penelitian ini ialah : a. Bahwa hasil belajar setiap siswa berbeda-beda. b. Semakin baik metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, maka semakin baik pula hasil belajar siswa. 2. Hipotesis Hipotesis Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak yang di ajar dengan menggunakan metode sosiodrama dengan yang tidak menggunakan metode sosiodrama di MTs Al-Hikmah Darussalam. Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak yang di ajar dengan menggunakan metode sosiodrama dengan yang tidak menggunakan metode sosiodrama di MTs Al-Hikmah Darussalam.