BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya Investasi Biaya-biaya yang diperlukan dalam investasi pembangunan SPBU ini antara lain sebagai berikut: Tabel 4.1. Total investasi yang diperlukan Keterangan Jumlah Total Biaya 1. Capital Investment - Beli Tanah/Ruang Usaha 1 Rp. 600.000.000 - PPN (10%) 1 Rp. 60.000.000 - Bangunan & Kanopi 1 Rp. 1.800.000.000 - Pompa Mesin & Sistem 4 Rp. 400.000.000 - Fasilitas Kantor 1 Rp. 25.000.000 - DO 1 Rp. 232.334.920 2. Pre-operating - Ijin Pertamina 1 Rp. 125.000.000 - Notaris 1 Rp. 10.000.000 - IMB 1 Rp. 15.000.000 - Koperasi 1 Rp. 60.000.000 - Project Manager 1 Rp. 15.000.000 - Research Manager 1 Rp. 13.500.000 - Marketing 1 Rp. 10.800.000 - Lain-lain 1 Rp. 21.000.000 Jumlah biaya proyek Rp. 3.387.634.920 46
47 4.2. Sumber Pembiayaan Investasi Dalam pembangunan SPBU ini, sumber pembiayaan investasi direncanakan sebagian besar diperoleh dari investor dan sisanya diperoleh dari pinjaman bank. Komposisi pembiayaan investasi SPBU ini adalah 71,43% dari investor dan 28.57% dari pinjaman bank. Bunga pinjaman yang diberikan oleh bank adalah sebesar sebesar 12% dengan waktu pengembalian selama 7 tahun. 4.3. Pengembalian Kredit Pengembalian kredit investasi dilakukan selama 7 (lima) tahun, dengan saldo pinjaman sebesar Rp 1.000.000.000. Angsuran pinjaman dilakukan setiap 1 tahun sebesar Rp 243.225.718. Dibawah ini merupakan perhitungan angsuran pinjaman dan proyeksi pembayaran kredit selama 7 tahun. PVT 1 PMT i i 1 = n ( 1+ i) 1 1 1,000,000,000 PMT 0.12 0.12 1 PMT = 243,225,718 = 7 ( + 0.12)
48 Tabel 4.2. Proyeksi Pembayaran Kredit Bank Tahun Pembayaran Bunga Angsuran Pokok Sisa Hutang 2005 0 0 1,000,000,000 2006 243,225,718 120,000,000 123,225,718 876,774,282 2007 243,225,718 105,212,914 138,012,805 738,761,477 2008 243,225,718 88,651,377 154,574,341 584,187,136 2009 243,225,718 70,102,456 173,123,262 411,063,874 2010 243,225,718 49,327,665 193,898,054 217,165,820 2011 243,225,718 26,059,898 217,165,820 0 4.4. Asumsi-asumsi Berikut ini akan ditentukan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan proyeksi pengoperasian SPBU. Jumlah Kendaraan Yang Melewati Lokasi Proyek Untuk mendapatkan data jumlah kendaraan yang melewati lokasi rencana pembangunan SPBU, kami melakukan survei langsung ke tempat lokasi rencana pembangunan SPBU dan kemudian melakukan penghitungan jumlah kendaraan yang melewati lokasi tersebut. Dari hasil survei dilapangan didapat data untuk kendaraan yang melewati daerah yang akan dibangun proyek ini adalah diasumsikan sebanyak 890 kendaraan per hari (tahun 2005). Namun untuk tahun berikutnya kami asumsikan akan naik sebesar 20% setiap tahunnya.
49 Tabel 4.3. Jumlah Kendaraan Yang Melewati Lokasi Proyek Tahun Jumlah Kendaraan Per Hari 2006 1068 2007 1282 2008 1539 2009 1847 2010 2217 2011 2012 2661 3194 Harga Beli Dan Harga Jual Bahan Bakar Harga jual bahan bakar (Solar, Premium, Pertamax) adalah harga jual yang telah ditentukan oleh pemerintah, Solar sebesar Rp. 2100, Premium sebesar Rp. 2400, Pertamax sebesar Rp. 4000 (harga pada tahun 2005). Untuk tahun berikutnya kami asumsikan naik 10% setiap tahun sampai akhir periode. Hal ini disebabkan karena saat ini harga minya mentah dunia dipasar internasional terus mengalami kenaikan. Sedangkan harga beli dari bahan bakar tersebut sesuai dengan margin yang diberikan oleh Pertamina. Untuk tiap jenis bahan bakar pihak Pertamina memberikan margin yang berbeda-beda. Untuk Solar Pertamina memberikan margin sebesar 5%, Premium 4.5% dan Pertamax 6%. Jadi harga beli dari masing-masing jenis bahan bakar adalah sebagai berikut: Harga beli Solar = Rp. 2.100 (Rp. 2.100 x 5%) = Rp. 1.995 Harga beli Premium = Rp. 2.400 (Rp. 2.400 x 4.5%) = Rp. 2.292 Harga beli Pertamax = Rp. 4.000 (Rp. 4.000 x 6%) = Rp. 3.760
50 Harga jual bahan bakar kami asumsikan mengalami kenaikan sebesar 5% untuk setiap tahun. Jumlah Kendaraan Yang Mengisi Bahan Bakar Dari data jumlah kendaraan yang melewati lokasi proyek seperti yang diutarakan diatas, kami mengasumsikan bahwa jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar di SPBU yang akan dibuat nanti adalah sebesar 40% dari data jumlah kendaraan yang melewati lokasi proyek. Kemudian dari jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar tersebut, kami mengasumsikan bahwa 50% dari jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar merupakan kendaraan yang mengisi bahan bakar solar. Sisanya 50% merupakan kendaraan yang mengisi bahan bakar premium dan pertamax, dengan komposisi 90% yang mengisi bahan bakar premium dan 10% yang mengisi bahan bakar pertamax. Volume Pembelian Rata-rata Bahan Bakar Per Kendaraan adalah: Volume pembelian rata-rata bahan bakar yang dilakukan oleh kendaraan Tabel 4.4. Volume Pembelian Rata-rata bahan Bakar Per Kendaraan Jenis Volume (dalam liter) Solar 110 Premium 40 Pertamax 40
51 Struktur Biaya Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat SPBU beroperasi. Biaya-biaya tersebut antara lain yaitu: Biaya Pegawai Biaya pegawai merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran gaji pegawai, tunjangan pegawai, dan biaya lembur pegawai. Untuk gaji pegawai kami asumsikan setiap tahun akan mengalami kenaikan sebesar 5%. Biaya Kantor Biaya kantor merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian alat tulis kantor, biaya Pos, pembayaran rekening telephone dan listrik, utilities, dan biaya bank. Untuk biaya kantor kami asumsikan setiap tahun akan mengalami kenaikan sebesar 5% Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran asuransi, kontrak service, pemeliharaan mesin, meteorologi dan geofisika, transportasi, petugas pertamina, keamanan, pemerintahan, koperasi dan auditor. Untuk biaya operasional kami asumsikan setiap tahun mengalami kenaikan sebesar 5%.
52 4.5. Kriteria Keputusan Penganggaran Modal Dalam menentukan apakah investasi SPBU ini layak atau tidak, digunakan beberapa kriteria. Kriteria-kriteria capital budgeting yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Net Present Value Berdasarkan perhitungan dari periode proyeksi diperoleh nilai Net Present Value (NPV) positif, yaitu sebesar Rp. 3.572.979.746. Internal Rate of Return Berdasarkan perhitungan dari periode proyeksi diperoleh Internal Rate of Return (IRR) sebesar 27,22 %, yang berarti lebih besar dari tingkat bunga pinjaman bank yang sebesar 12 %. Profitability Index Berdasarkan perhitungan dari periode proyeksi diperoleh Profitability Index (PI) yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,92. Discounted Payback Period Discounted Payback Period yang dihasilkan selama periode proyeksi adalah 5,57 Tahun (5 tahun 7 bulan).
53 4.6. Analisis Sensitivitas Proyek Berikut adalah analisis terhadap sensitivitas kelayakan proyek SPBU ini terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi kriteria-kriteria capital budgeting dalam pengambilan keputusan. Variabel-variabel yang kami lakukan analisis sensitivitas antara lain adalah: Menaikan biaya pegawai, dimana kami asumsikan bahwa gaji pegawai mengalami kenaikan sebesar 3 % dari proyeksi yang kami lakukan. Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar perhari turun dari 40 % dari jumlah kendaraan yang melewati lokasi SPBU, menjadi 35 % dari jumlah kendaraan yang melewati SPBU. Suku bunga pinjaman bank naik dari 12 % menjadi 14 %. Margin yang diberikan oleh pertamina turun sebesar 1 % untuk setiap jenis bahan bakar. Inflasi yang terjadi di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 2 %. Tabel 4.5. Analisis kelayakan berdasarkan IRR, NPV, PI dan Discounted Payback Period No. NPV IRR PI Discounted payback Period 1 Rp. 3.413.272.287 26,69 % 1,87 5,69 (5 Tahun 9 Bulan) 2 Rp. 3.376.529.188 26,56 % 1,86 5,70 (5 Tahun 9 Bulan) 3 Rp. 2.436.751.887 22,45 % 1,59 6,12 (6 Tahun 2 Bulan) 4 Rp. 3.350.318.226 26,41 % 1,86 5,74 (5 Tahun 9 Bulan) 5 Rp. 1.553.343.174 18,18 % 1,33 6,42 (6 Tahun 6 Bulan) 6 Rp. 4.079.379.516 29,18 % 2,07 5,43 (5 Tahun 6 Bulan)
54 Keterangan: 1. Periode proyeksi. 2. Periode dimana jika biaya pegawai naik 3 %. 3. Periode dimana jika jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar turun 5 %. 4. Periode dimana jika tingkat suku bunga pinjaman naik 2 %. 5. Periode dimana jika margin yang diberikan oleh pertamina turun 1 %. 6. Periode dimana jika inflasi naik sebesar 2 %. Dari hasil analisis sinsitivitas terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi kriteria-kriteria capital budgeting, dapat dilihat bahwa pembangunan SPBU ini sangat sensitif terhadap perubahan margin yang diperoleh dari pertamina dan perubahan terhadap jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar di SPBU. Sedangkan variabelvariabel yang lainnya tidak terlalu sensitif terhadap perubahan yang diasumsikan terjadi. Net Present Value Rp. (Jutaan) 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 1 2 3 4 5 6 Asumsi Gambar 4.1. Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Net Present Value
55 Internal Rate of Return Persentase 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 1 2 3 4 5 6 Asumsi Gambar 4.2. Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Internal Rate of Return Profitability Index 2.50 2.00 Nilai 1.50 1.00 0.50 0.00 1 2 3 4 5 6 Asumsi Gambar 4.3. Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Profitability Index
56 Discounted Payback Period Tahun 6.60 6.40 6.20 6.00 5.80 5.60 5.40 5.20 5.00 4.80 1 2 3 4 5 6 Asumsi Gambar 4.4. Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Discounted Paybak Period 4.7. Ukuran Kinerja Keuangan 4.7.1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan melunasi hutang-hutangnya. Semakin besar rasio likuiditas, maka semakin baik perusahaan tersebut. Dari data laporan keuangan yang diperoleh, maka rasio likuiditas dari PT. UPS adalah sebagai berikut: Current Ratio Pada tahun pertama didapat current ratio sebesar 2,91 kali, dan terus meningkat sampai tahun 2010 sebesar 7,03 kali. Kemudian tahun 2011 dan
57 2012 current ratio nilainya nol, karena pada tahun tersebut PT. UPS sudah tidak memiliki hutang lagi. Quick Ratio Pada tahun pertama didapat quick ratio sebesar 2,76 kali, dan terus meningkat sampai tahun 2010 sebesar 6,78 kali. Kemudian tahun 2011 dan 2012 quick ratio nilainya nol, karena pada tahun tersebut PT. UPS sudah tidak memiliki hutang lagi. 4.7.2. Rasio Leverage Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kegiatan operasi perusahaan dibiayai oleh modal pinjaman. Dari data laporan keuangan yang diperoleh, maka rasio leverage dari PT. UPS adalah sebagai berikut: Total Debt to Equity Ratio Pada tahun pertama didapat total debt to equity ratio sebesar 0,36 kali, dan terus menurun sampai tahun 2010 sebesar 0,07 kali. Kemudian tahun 2011 dan 2012 total debt to equity ratio adalah nol, karena pada tahun tersebut PT. UPS sudah tidak memiliki hutang lagi.
58 Total Debt to Total Asset Ratio Pada tahun pertama didapat total debt to total asset ratio sebesar 0,27 kali, dan terus menurun sampai tahun 2010 sebesar 0,06 kali. Kemudian tahun 2011 dan 2012 total debt to total asset ratio adalah nol, karena pada tahun tersebut PT. UPS sudah tidak memiliki hutang lagi. Total Time Interest Earned Ratio Pada tahun pertama didapat total time interest earned ratio sebesar 4,37 kali, dan terus menurun sampai tahun 2011 sebesar 301,78 kali. Kemudian tahun 2012 total time interest earned ratio adalah nol, karena pada tahun tersebut PT. UPS sudah tidak memiliki hutang lagi. 4.7.3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktivitas perusahaan dalam menggunakan dana-dananya secara efektif dan efisien. Dari data laporan keuangan yang diperoleh, maka rasio aktivitas dari PT. UPS adalah sebagai berikut: Total Asset Turnover Ratio Pada tahun pertama total asset turnover ratio adalah 8,18 kali, dan terus meningkat sampai tahun 2012 sebesar 30,31 kali.
59 Receivables Turnover Ratio Untuk rasio receivable turnover adalah nol, karena PT. UPS tidak memiliki account receivable. Inventory Turnover Ratio Pada tahun pertama didapat inventory turnover ratio sebesar 211,18 kali, dan terus meningkat hingga tahun 2012 sebesar 2626,15 kali. 4.7.4. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh efektifitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Dari data laporan keuangan yang diperoleh, maka rasio aktivitas dari PT. UPS adalah sebagai berikut: Gross Profit Margin Gross profit margin dari tahun pertama (2006) hingga tahun terakhir (2012) tidak ada perubahan, yaitu sebesar 5%. Hal ini disebabkan karena profit margin telah ditentukan oleh pihak Pertamina. Operating Profit Margin Pada tahun pertama didapat operating profit margin sebesar 1,72% dan terus meningkat hingga tahun 2012 sebesar 3,70%.
60 Net Profit Margin Pada tahun pertama didapat net profit margin sebesar 0,93% dan terus meningkat hingga tahun 2012 sebesar 2,59%. Return On Asset Pada tahun pertama didapat return on asset sebesar 7,60% dan terus meningkat hingga tahun 2012 sebesar 78,46%. Return On Equity Pada tahun pertama didapat return on equity sebesar 10,64% dan terus meningkat hingga tahun 2012 sebesar 150,85%.