BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan Demam Berdarah Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. Vektor pembawa penyakitnya adalah nyamuk, oleh sebab itu chikungunya tergolong Arthropodborne disease, yaitu penyakit yang disebarkan oleh Arthropoda. Penyakit ini biasanya ditandai dengan adanya demam tinggi mendadak, muncul ruam kulit, dan nyeri pada persendian (Saroso, 2007). Chikungunya biasanya terjadi di daerah yang padat penduduk dan yang beriklim tropis ataupun subtropis. Karena vektor utama penyakit ini sama dengan DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti, maka lokasi penyebarannya pun hampir sama. Di daerah yang kemungkinan rawan DBD maka kemungkinan juga merupakan daerah yang rawan terhadap chikungunya (Widoyono, 2008). Demam chikungunya tidak mengakibatkan kematian. Pada anak kecil sering terjadi kejang demam serta dapat mengakibatkan perdarahan dan syok walaupun tidak sering dijumpai. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa rasa nyeri pada bagian sendi dan otot sangat dominan hingga dapat menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Dengan kata
lain seseorang yang menderita penyakit chikungunya dapat terggangu kenyamanan serta aktivitas sehari-harinya (Judarwanto, 2006). Belum tercatat di Indonesia adanya laporan kematian yang disebabkan karena Chikungunya, namun pada tahun 2005-2006 di pulau Reunion telah dilaporkan sebanyak 200 orang meninggal dihubungkan dengan Chikungunya dan KLB yang tersebar luas di India. 125 kematian dihubungkan dengan chikungunya terjadi di selatan India yaitu bagian Kerala (Widoyono, 2008). Meskipun di Indonesia belum tercatat adanya kematian karena Chikungunya, namun kita perlu mewaspadai penyakit ini. Kebersihan lingkungan harus tetap dijaga. Apalagi saat ini merupakan musim penghujan yang rawan timbulnya nyamuk. Penting bagi masyarakat untuk melakukan pemberantasan nyamuk secara rutin. Pencegahan yang murah dan efektif dapat dilakukan yaitu dengan 3M yaitu menguras bak seminggu sekali, menutup penampungan air serta mengubur barang-barang bekas. Selain itu jangan menggantung pakaian di belakang pintu kamar, karena hal ini juga dapat digunakan nyamuk sebagai tempat tinggal (Saroso, 2007). Perilaku pencegahan seperti di atas sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat. Perilaku merupakan suatu aktivitas atau kegiatan manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung oleh orang lain. Sedangkan pengetahuan merupakan hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what. Apabila pengetahuan mempunyai sasaran tertentu dan mempunyai pendekatan untuk mengkaji obyek tersebut akan memperoleh hasil pengakuan secara umum 2
(Notoatmodjo, 2005). Seseorang yang memiliki pengetahuan terhadap suatu penyakit dan mereka sadar bahwa penyakit tersebut dapat mempengaruhi kesehatan mereka menjadi lebih buruk, maka mereka pun tahu bagaimana harus bersikap yaitu mereka akan melakukan usaha-usaha pencegahan agar tidak terkena penyakit tersebut. Sikap merupakan respon atau reaksi seseorang yang masih tertutup, bukan merupakan reaksi tingkah laku yang terbuka terhadap stimulus atau obyek. Misalnya seseorang yang mengetahui bahwa penyakit chikungunya dapat mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat sementara maka ia akan berusaha mencegah terkena penyakit tersebut dengan melakukan 3M (menguras, mengubur dan menutup). Sebaliknya seseorang yang tidak tahu akan penyakit chikungunya maka kesadaran dan sikap pun juga tidak akan ada sehingga tidak ada usaha-usaha pencegahan penyakit tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Long lasting), sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap maka tidak akan berlangsung lama. Sehingga pengetahuan, kesadaran dan sikap mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perilaku seseorang. Saat ini mungkin masih terdapat masyarakat yang belum mengetahui apa itu Chikungunya, sehingga mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap dalam melakukan pencegahan penyakit tersebut. Sebagian orang mengetahui penyakit ini setelah mereka terkena penyakitnya. Berbeda dengan orang yang 3
sudah tahu, maka mereka tahu sikap apa yang harus dilakukan untuk pencegahan sejak dini. Pengetahuan tentang kesehatan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah timbulnya suatu penyakit. Perilaku warga sehari-hari juga dapat mempengaruhi kesehatan. Cara hidup mereka, makanan yang mereka makan, air yang digunakan, dan usaha menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit, misalnya kaleng-kaleng bekas yang berserakan dapat digunakan nyamuk sebagai tempat tinggal sehingga dapat mengakibatkan seseorang tertular Chikungunya dari nyamuk tersebut. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan mereka, semakin mereka tahu seberapa besar bahaya suatu penyakit maka akan semakin banyak pula usaha pencegahan yang mereka lakukan (Hendrawan, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Kecamatan Bergas bahwa di Desa Wringin Putih terdapat 8 warga yang terkena penyakit Chikungunya. Salah seorang dari warga hingga harus dirawat di Rumah Sakit selama 5 hari. Masyarakat Desa Wringin Putih mungkin masih ada yang belum mengetahui apa itu chikungunya. Mungkin juga mereka sudah mengetahui namun belum tahu bagaimana cara pencegahannya. Melihat fenomena di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai seberapa besar pengetahuan warga Desa Wringin Putih Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tentang penyakit Chikungunya. 4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan: adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dengan perilaku pencegahan penyakit Chikungunya di Desa Wringin Putih Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dengan perilaku pencegahan penyakit chikungunya di Desa Wringin Putih Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan warga tentang penyakit Chikungunya dan pencegahannya. b. Mengetahui tingkat sikap warga terhadap penyakit Chikungunya dan pencegahannya. c. Mengetahui perilaku warga terhadap penyakit Chikungunya dan pencegahannya. d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku warga terhadap penyakit Chikungunya dan pencegahannya. e. Menganalisis hubungan antara sikap dengan perilaku warga terhadap penyakit Chikungunya dan pencegahannya. 5
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit Chikungunya yaitu pengertian, penularan, tanda dan gejala, penanganan serta pencegahannya. 2. Bagi Profesi Keperawatan Memberikan informasi kepada perawat sebagai dasar perencanaan pelaksanaan penyuluhan tentang pengetahuan penyakit Chikungunya. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memperkaya bahasan tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku warga tentang penyakit Chikungunya. 4. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian keperawatan dan untuk tindak lanjut dalam penelitian selanjutnya. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan dengan kajian di bidang ilmu keperawatan komunitas. 6