oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

The Analysis of Jamkesmas Drug Planning Using Combination Methods ABC and VEN in Pharmacy Installation of RSUD Dr. M. M. Dunda Gorontalo 2013

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit dr. Raden Soedjati Soemodiardjo merupakan rumah sakit umum milik pemerintah daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga masyarakat guna mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pengelolaan kesehata n dalam SKN

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental bersifat deskriptif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

ANALISIS PENULISAN RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM NASIONAL PADA PESERTA BPJS NON PBI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana upaya kesehatan yang

Pengalaman dan Tantangan dalam Manajemen Obat di RSUDZA dalam Era JKN dr. Fachrul Jamal, SpAn.KIC

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usaha pelayanan medis, pelayanan rehabilitasi medis, usaha

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT UMUM R.A.

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik digunakan pada hewan maupun manusia (Mutschler, 1991), menurut

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan obat yang tidak rasional sering dijumpai dalam praktek sehari-hari.

KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

MANAGEMEN FARMASI RUMAH SAKIT. Oleh : Dra. Hj. Deswinar Darwin, Apt.,SpFRS

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Instalasi farmasi mempunyai pengaruh yang sangat besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tin Herniyani, SE, MM

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI SATU PINTU DI RUMAH SAKIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan salah satu komponen penting dan tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan primer maupun pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Menurut WHO (2011), belanja obat merupakan bagian terbesar dari anggaran kesehatan. Di beberapa negara maju biaya obat ini berkisar antara 10-20% dari anggaran kesehatan, seperti di Jerman 15% dan Jepang 19%. Sedangkan di negara berkembang biaya ini lebih besar lagi antara 25-65%, seperti di Indonesia sebesar 40%. Keberadaan obat merupakan kondisi pokok yang harus terjaga ketersediaannya karena ketersediaan obat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pelayanan kesehatan, dan dengan persepsi masyarakat tentang hasil dari pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah berkunjung ke sarana kesehatan. Bila diumpamakan, tenaga medis adalah tentara yang sedang berperang di medan tempur, maka obat adalah amunisi yang mutlak harus dimiliki untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Oleh karena vitalnya obat dalam pelayanan kesehatan, maka pengelolaan yang benar, efektif dan efisien sangat diperlukan oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007). Manajemen pengelolaan obat merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, sampai monitoring dan evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Dalam siklus tersebut,

perencanaan merupakan tahap awal dan sebagai tahap yang penting dan menentukan, karena perencanaan kebutuhan obat akan mempengaruhi pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan. Apabila lemah dalam perencanaan maka akan mengakibatkan kekacauan dalam siklus manajemen secara keseluruhan, yang menimbulkan dampak seperti pemborosan, tidak tersedianya obat, tidak tersalurnya obat, obat rusak, dan lain sebagainya (Kemenkes RI, 2010b). Dalam melakukan kegiatan perencanaan obat ini, komponen input juga menjadi penentu berupa struktur organisasi yang jelas, tenaga perencana yang cukup dan berkualitas, prosedur yang tepat, serta anggaran yang tersedia untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan, yaitu tersedianya jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan, menghindari terjadinya kekosongan obat, meningkatkan penggunaan obat secara rasional, dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat (Febriawati, 2013). Manajemen perencanaan obat yang efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan dengan tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Manajemen obat di rumah sakit dilakukan oleh instalasi farmasi rumah sakit. Instalasi farmasi rumah sakit sebagai satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat/perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit tersebut (Siregar dan Amalia, 2004).

Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus menjadi revenue center utama bagi rumah sakit karena hampir 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan, alat kedokteran dan gas medik) dan 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dan Adisasmito, 2006). Manajemen perencanaan obat di instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu aspek yang menentukan untuk suksesnya program pengobatan secara rasional di rumah sakit, serta merupakan aspek penting karena ketidakefektifan dan ketidakefisienannya akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun secara ekonomi, seperti biaya operasional rumah sakit dan keberhasilan manajemen obat di suatu rumah sakit secara keseluruhan (Fakhriadi, dkk. 2011). Oleh karena itu, obat di rumah sakit harus selalu tersedia serta tidak boleh kosong. Jika terjadi kekosongan dapat mengganggu kegiatan operasional rumah sakit. Maka perlu dilakukan penelusuran terhadap gambaran pengelolaan serta pendukung manajemennya agar dapat diketahui permasalahan dan kelemahan dalam pelaksanaannya sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Fakhriadi, dkk. 2011). Manajemen obat yang kurang baik terjadi di rumah sakit di negara maju seperti Amerika, yang mengakibatkan terjadinya kekosongan stok obat di rumah sakit. Berdasarkan survei yang dilakukan American Hospital Association (2011) pada 820 rumah sakit, menyatakan bahwa 99,5% rumah sakit di negara tersebut

mengalami kekurangan stok obat dalam enam bulan terakhir (Januari-Juni 2011). Hampir setengah dari rumah sakit tersebut melaporkan lebih dari 21 jenis obat yang mengalami kekurangan stok. 82% rumah sakit di negara tersebut telah menunda perawatan pasien akibat kekurangan obat dan lebih dari setengahnya tidak mampu menyediakan obat sesuai dengan resep yang diberikan. Selain itu sebagian besar rumah sakit tersebut melaporkan biaya obat meningkat sebagai akibat dari kekurangan obat. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh McLaughlin, et.al. (2013) di Amerika yang menyatakan bahwa kekosongan obat di rumah sakit dapat mempengaruhi mutu pelayanan yang diberikan. Penelitian ini dilakukan secara online dengan mengirimkan e-mail kepada 1.516 kepala farmasi, tetapi yang berpartisipasi dalam survei ini hanya 193 responden. Berdasarkan survei tersebut diperoleh hasil bahwa kekosongan obat dapat mengakibatkan kelalaian (55,5%), kesalahan dosis (54,8%), kesalahan obat (34,8%), perawatan tertunda (70,8%) dan mengakibatkan keluhan pasien (38%). Di negara berkembang seperti Indonesia, juga terjadi manajemen obat yang kurang baik yang mengakibatkan terjadinya kekosongan stok obat di rumah sakit. Berdasarkan survei yang dilakukan Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (2016), ditemukan pihak rumah sakit sering mengalami kekosongan obat. Dari hasil survei kepada 422 peserta JKN di 13 provinsi yang berhasil dihubungi, 20% responden mengeluarkan biaya pribadi untuk membeli obatobatan. Alasan responden antara lain karena kekosongan obat di rumah sakit (30%) dan obat yang diresepkan tidak ditanggung oleh BPJS kesehatan (33%).

Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Sulaiman merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah daerah kelas C yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai. Masyarakat sudah banyak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut. Hal ini tampak dari jumlah kunjungan pasien yang datang berobat semakin bertambah selama kurun waktu 4 tahun terakhir. Demikian pula dari jenis penyakit yang ditangani di rumah sakit cenderung semakin beraneka ragam. Hal ini menyebabkan rumah sakit harus selalu menyediakan obat yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan agar mendukung pelayanan yang bermutu. Pengelolaan obat di RSUD Sultan Sulaiman di lakukan di instalasi farmasi yang terdiri dari 16 orang dengan pembagian tugas yaitu 1 orang kepala instalasi farmasi yang dikepalai oleh seorang apoteker, 3 orang dibagian gudang farmasi, 9 orang dibagian apotek instalasi farmasi, 1 orang dibagian IGD, 1 orang administrasi dan 1 orang operator. (Profil RSUD Sultan Sulaiman) Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Agustus 2016 di RSUD Sultan Sulaiman diperoleh informasi bahwa perencanaan obat dilakukan di instalasi farmasi tanpa adanya tim perencanaan obat yang dibentuk di rumah sakit. Perencanaan obat dilakukan oleh kepala instalasi farmasi dan kepala gudang farmasi, yang dilakukan tanpa adanya prosedur perencanaan obat secara tertulis. Gambaran perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman adalah dengan melakukan penentuan jenis obat yang digunakan di rumah sakit berdasarkan data konsumsi obat terbanyak, sepuluh penyakit terbanyak di rumah sakit dan permintaan tertulis dari dokter-dokter. Selanjutnya juga akan dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan obat yang akan datang dengan penambahan 10%

dari jumlah kebutuhan obat sebelumnya. Usulan rencana kebutuhan obat yang telah dibuat di instalasi farmasi akan diajukan kepada bagian perencanaan rumah sakit untuk dilakukan pengadaan obat di rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala instalasi farmasi, diketahui terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi di RSUD Sultan Sulaiman, yaitu terjadinya kekosongan stok obat, bahkan ada obat yang jumlah stoknya kosong selama ±6 bulan; adanya obat yang tidak digunakan sama sekali dalam waktu ±3 bulan; adanya obat yang belum dipergunakan dengan jumlah stok pada akhir tahun masih sama jumlahnya dengan stok awal; adanya obat yang mengalami kadaluarsa; dan tidak pernah dilakukan pemusnahan obat yang mengalami kadaluarsa. Dan berdasarkan hasil wawancara dengan pasien rawat jalan, diperoleh informasi bahwa pasien mengeluh karena lamanya waktu pelayanan resep sehingga banyak pasien yang menunggu lama di apotik farmasi; serta pasien mengeluh karena obat yang diresepkan oleh dokter tidak tersedia di rumah sakit sehingga pasien harus membeli obat ke apotik luar. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purba (2011) mengenai manajemen obat di Rumah Sakit Advent Medan, menyatakan bahwa perencanaan obat di IFRS tidak mendekati jumlah kebutuhan yang sebenarnya karena proses pengolahan data dilakukan secara manual, alokasi dana yang tidak mencukupi serta keadaan ruangan penyimpanan stok obat yang tidak cukup luas yang berakibat pembelian obat hampir setiap hari. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmah (2013) di Rumah Sakit Haji Medan, menyatakan bahwa pelaksanaan manajemen obat di instalasi farmasi

belum optimal, terlihat dari instalasi farmasi tidak melaksanakan perencanaan obat, tim perencanaan obat tidak terpadu, tidak memiliki jadwal kegiatan penyusunan rencana kerja operasional, gudang penyimpanan obat belum sesuai dengan persyaratan, sarana penyimpanan obat yang belum lengkap, obat tidak terdistribusi secara teratur karena kekosongan obat sering terjadi, kecepatan dalam menyiapkan obat lama karena pengaturan kerja karyawan belum sesuai dengan beban kerja yang ada, tidak ada tupoksi kerja karyawan dan struktur organisasi yang dimiliki instalasi farmasi belum memenuhi standar. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Sinuraya (2014) di RSUD dr. Hadrianus Sinaga, menyatakan bahwa perencanaan obat tidak berjalan dengan baik karena hanya memakai metode konsumsi sehingga terjadi ketidaksesuaian obat dengan rencana anggaran obat. Proporsi anggaran untuk pengadaan obat rumah sakit juga masih minim karena hanya berdasarkan pada dana yang tersedia dari pemerintah daerah. Akibatnya sering terjadinya kekurangan obat yang dibutuhkan pasien. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan perencanaan obat di RSUD Sultan Sulaiman dengan memperhatikan komponen masukan (input), proses (process), dan keluaran (output) yang diperoleh. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perencanaan obat di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran perencanaan obat di RSUD Sultan Sulaiman Kabupaten Serdang Bedagai. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengidentifikasi unsur-unsur input perencanaan obat (sumber daya manusia, prosedur, metode dan data) di RSUD Sultan Sulaiman. 2. Untuk mengidentifikasi unsur-unsur proses perencanaan obat (pemilihan jenis obat dan perhitungan jumlah obat) di RSUD Sultan Sulaiman. 3. Untuk mengidentifikasi unsur output perencanaan obat (kebutuhan obat tahun yang akan datang) di RSUD Sultan Sulaiman. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi RSUD Sultan Sulaiman, sebagai bahan masukan bagi rumah sakit agar perencanaan obat dapat terlaksana dengan optimal dimasa yang akan datang untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. 2. Bagi instalasi farmasi RSUD Sultan Sulaiman, sebagai bahan masukan dalam melakukan perencanaan obat di masa yang akan datang sesuai dengan pedoman yang berlaku. 3. Bagi peneliti lain, dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman, serta dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian yang terkait dengan perencanaan obat di rumah sakit. 4. Bagi perkembangan ilmu administrasi dan manajemen, khususnya mengenai perencanaan obat di rumah sakit.