BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan kesehatan kerja adalah berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui Undang Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Undang-undang keselamatan kerja lebih bersifat pencegahan (preventif), maka sangat diperlukan usaha-usaha pengendalian lingkungan kerja, supaya semua faktor-faktor lingkungan kerja yang mungkin membahayakan atau dapat menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja dapat dihilangkan (Anggraeni, 2006). Salah satu faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja adalah kebisingan. Kebisingan di tempat kerja dapat mengurangi kenyamanan, dan ketenangan kerja, mengganggu indera pendengaran, mengakibatkan penurunan daya dengar dan bahkan pada akhirnya dapat mengakibatkan ketulian menetap kepada tenaga kerja yang terpapar kebisingan itu. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain intensitas bising yang tinggi, frekuensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian (Gunawanta, 2002).
Gangguan pendengaran akibat bising terjadi secara perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari oleh penderitanya, sehingga pada saat penderita mulai mengeluh kurang pendengaran, biasanya sudah dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan (irreversible). Kondisi seperti ini akan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya derajat kesehatan tenaga kerja. Cara yang paling memungkinkan adalah mencegah terjadinya ketulian total (Ballantyne, 1990; Beaglehole, 1993). Dalam Kepmenaker No. 51/MEN/1999, disebutkan Nilai Ambang Batas untuk kebisingan adalah 85 db untuk waktu 8 jam perhari. Namun pada kenyataannya beberapa jenis industri dalam proses industrinya mengeluarkan suara atau kebisingan di atas Nilai Ambang Batas yang ditentukan. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan. WHO (1995) memperkirakan hampir 14% total tenaga kerja negara industri terpapar bising melebihi 90 db di tempat kerjanya. Diperkirakan sebanyak 20 juta orang Amerika terpapar bising lebih dari 85 db. Kamal, A (1991) yang dikutip oleh Rambe (2003) melakukan penelitian terhadap pandai besi yang berada di sekitar kota Medan. Ia mendapatkan sebanyak 92,3% pandai besi tersebut menderita sangkaan NIHL. Harnita, N (1995) dalam suatu penelitian terhadap karyawan pabrik gula mendapati sebanyak 32,2 % menderita sangkaan NIHL. Dari penelitian Syahriani (2003) pada tenaga kerja bagian pengolahan pabrik kelapa sawit diperoleh data dari 24 responden sebanyak 21 orang telah mengalami
penurunan daya dengar yang diakibatkan kebisingan. Husdiani (2008) pada penelitiannya di PT. X Medan diperoleh 40 % pekerja mengalami NIHL. Daulay (2006) melakukan penelitian pada tenaga kerja bagian pengolahan kelapa sawit. Ia memperoleh hasil dari 20 orang tenaga kerja ditemukan 11 orang tenaga kerja yang mengalami penurunan kemampuan pendengaran ringan pada telinga kanan dan 10 orang pada telinga kiri, sedangkan yang mengalami penurunan kemampuan pendengaran sedang ada 3 orang untuk telinga kanan dan 4 orang untuk telinga kiri. Bagi tenaga kerja, ketulian atau kehilangan daya dengar yang disebabkan oleh bising mesin merupakan gangguan kesehatan yang tidak dapat diobati. Dengan terjadinya ketulian berarti tenaga kerja kehilangan alat komunikasi yang dapat menyebabkan salah dalam menerima instruksi, di satu pihak dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pelaksanaan kerja, dan dapat membahayakan keselamatannya. Kondisi demikian berarti kerugian bagi perusahaan atau tenaga kerja tidak produktif (Widjaya Meily, 1996). Pada penelitian ini penulis meneliti tentang hubungan kebisingan terhadap kemampuan pendengaran pada tenaga kerja bagian pengolahan Pabrik Kelapa Sawit Adolina PTPN IV Kabupaten Serdang Bedagai. Proses kerjanya meliputi proses penimbangan, loading ram, perebusan, penebahan, pengepresan, klarifikasi, kernel, dan demint plant. Pada proses kerja ini digunakan mesin-mesin seperti blower, polishing drum, ripple mill, dan mesin pabrik biji yang menghasilkan intensitas kebisingan yang cukup tinggi, serta kurangnya pemakaian alat pelindung telinga pada tenaga kerja yang terpapar kebisingan.
Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti, kondisi lingkungan kerja mempunyai intensitas kebisingan yang cukup tinggi. Jenis kebisingannya termasuk kebisingan kontinu atau kebisingan tetap. Terdapat 2 shift kerja, yaitu shift I dan shift II, dengan rotasi setiap seminggu sekali. Lama bekerja selama 9 jam juga mempengaruhi pendengaran pekerja karena terpapar bising lebih dari 8 jam. Hal ini diperburuk dengan tidak digunakannya alat pelindung telinga oleh pekerja ketika bekerja. Kebanyakan pekerja juga bersuara keras ketika berbicara dengan pekerja lainnya ketika berada di dalam pabrik. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kebisingan dengan Kemampuan Pendengaran Tenaga Kerja Pabrik Kelapa Sawit Adolina PTPN IV Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Adakah hubungan kebisingan dengan kemampuan pendengaran pada tenaga kerja bagian pengolahan di pabrik kelapa sawit Adolina PTPN IV Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kebisingan dengan kemampuan pendengaran pada tenaga kerja bagian pengolahan di pabrik kelapa sawit Adolina PTPN IV Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui intensitas kebisingan di bagian pengolahan pabrik kelapa sawit Adolina PTPN IV Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010. 2. Untuk mengetahui kemampuan pendengaran pada tenaga kerja bagian pengolahan pabrik kelapa sawit Adolina PTPN IV Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan terutama mengenai risiko kebisingan terhadap pendengaran pekerja, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan risiko kebisingan. 2. Masukan bagi pekerja untuk mengetahui risiko akibat dari kebisingan terhadap pendengaran, sehingga pekerja lebih menyadari pentingnya menggunakan alat pelindung diri. 3. Bagi peneliti bermanfaat sebagai sarana memperdalam ilmu pengetahuan. 4. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.