BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA JATINDO UKIR JEPARA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

DAFTAR PUSTAKA. 2. Aditama, Tjandra Yoga. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta. UI

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).

ABSTRAK. Kata Kunci : Kadar debu kayu industri mebel, keluhan kesehatan pekerja, Kepustakaan : 9 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

HUBUNGAN KADAR DEBU DENGAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN CEMENT MILL PT.SEMEN BOSOWA MAROS

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

B A B I PENDAHULUAN. penyakit akibat pajanan debu tersebut antara lain asma, rhinitis alergi dan penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha, pekerja dan pemerintah. Berdasarkan data dari Bereau of

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Area Produksi Industri Kayu

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran serta polusi. Pada tahun 2013 industri tekstil di Indonesia menduduki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Agar terciptanya lingkungan yang aman, sehat dan bebas dari. pencemaaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. secara luas di hampir setiap sektor industri. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

Muhammad Miftakhurizka J

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

Unnes Journal of Public Health

N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2. Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 80232, Indonesia, ABSTRAK


BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. saluran nafas yang menyebabkan gangguan kesehatan saat partikel tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

Novie E. Mauliku. (Kata Kunci : lama kerja, APD (masker), Kapsitas Vital Paksa paru). Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 70

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU TERHIRUP DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI INDUSTRI MEBEL CV. CITRA JEPARA FURNITURE KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI DAERAH CARGO PERMAI, KABUPATEN BADUNG, BALI

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI PT. ARUMBAI KASEMBADAN, BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi pertanian dan juga maupun dari segala industri yang lainya. Julukan

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

Hubungan Kadar Debu Terhirup (Respirable) Dengan Kapasitas Vital Paksa Paru Pada Pekerja Mebel Kayu di Kota Jayapura


BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Lemahnya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

Analisis Pengaruh Faktor Lingkungan Dan Faktor Pekerja Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Industri Meubel Di Kota Pekanbaru Tahun 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah satu investasi perusahaan dengan kata lain ketika pekerja sehat akan menghasilkan produksi perusahaan meningkat. Produktivitas kerja seorang tenaga kerja merupakan hasil nyata yang terukur, yang dapat dicapai seseorang dalam lingkungan kerja yang nyata untuk setiap satuan waktu, produktifitas kerja tersebut dipengaruhi oleh kapasitas kerja (umur, jenis kelamin, status gizi, anthropometri), beban kerja dan beban tambahan akibat lingkungan yang terdiri dari beban kerja karena faktor fisik, kimia, biologis dan sosial. 1 Setiap pekerjaan mempunyai risiko gangguan kesehatan berdasarkan tingkat risiko bahaya kerjanya misalnya seorang pekerja dapat mengalami gangguan pernapasan karena pekerja tersebut tidak menggunakan alat pelindung diri berupa masker dan juga sudah bekerja dalam kurun waktu yang lama sehingga terpapar setiap hari. Pekerja yang bekerja lebih lama, lebih banyak mengalami gangguan kesehatan daripada pekerja yang baru bekerja. Lingkungan kerja yang aman, selamat, dan nyaman merupakan persyaratan penting untuk terciptanya kondisi kesehatan prima bagi karyawan yang bekerja di dalamnya atau disekitarnya. 2 1

2 Jatindo ukir adalah perusahaan yang berskala usaha menengah yang memproduksi mebel dengan proses produksi meliputi penggergajian kayu, pembentukkan pola, penghalusan hingga finishing. Perusahaan tersebut mempunyai pekerja yang berjumlah 72 orang yang terdiri dari bagian pemotongan kayu, pembentukkan pola, pengukiran, perakitan, penghalusan dan finishing atau pengecatan. Pada proses produksi di perusahaan ini lebih banyak menggunakan teknik hand made atau secara manual dibandingkan dengan menggunakan mesin. Jatindo Ukir hanya melakukan penjualan internasional ke Eropa karena industri ini berpusat di Eropa dengan alur kerja produksi dari pemesanan melalui bidang pemasaran dan bidang produksi, kemudian ke bagian produksi (pengadaan bahan baku/kayu log) ke peng adaan bahan penunjang (pada bagian umum/logistik) ke pengadaan papan (untuk pengeringan kayu) dan ke bagian pengadaan komponen (pengecekan mesin). Setelah dari bagian pengadaan komponen (pengecekan mesin) dimulai pembentukan pada bahan baku (kayu yang tela h dikeringkan) kemudian perangkaian potongan (yang telah dibentuk) lalu di bentuk pola ukirnya (desain gambar) baru masuk kebagian ukiran (akhir), masuk ke perakitan barang jadi dan pemasangan rotan, kemudian ke bagian perbaikan (untuk dirapikan setelah di rakit dan dipasang rotan), kemudian barang diamplas (dihaluskan), Setelah diamplas, barang dikontrol (dicek ulang keseluruhannya) kemudian pembungkusan barang, dan yang terakhir barang dimuat kedalam kontainer dan siap dikirim. Dari beberapa proses produksi tersebut menghasilkan produk berupa furniture, namun juga menghasilkan

3 produk sampingan berupa debu kayu yang dapat mengakibatkan pekerja mengalami gangguan pada fungsi paru ketika terpapar debu kayu dalam waktu yang cukup lama. Pekerja mebel kayu adalah pekerja sektor informal yang menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan baku / utama dalam proses produksinya. 3 Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. 4 Menurut ILO ( International Labour Organization) setiap 15 detik, 160 pekerja mengalami kecelakaan akibat kerja. Setiap hari 6.300 orang meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan pekerjaan dan diperkirakan lebih dari 2,3 juta kematian per tahun. Lebih dari 337 juta per tahun kecelakaan terjadi pada seorang pekerja pada saat bekerja sehingga mengakibatkan banyak pekerja yang absen / tidak bekerja. 5 Salah satu bidang pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian adalah penyakit akibat kerja pada pekerja mebel kayu. Gangguan pernapasan atau fungsi paru akibat kerja adalah masalah yang paling umum di pabrik pabrik atau industri terutama dalam sector industri semen dan industri pengolahan kayu. 6 Butiran debu yang dihirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme berupa pekerja mengalami gangguan dan alergi pada saluran pernapasan yang mengakibatkan batuk hingga bersin. Otot polos di sekitar jalan napas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan. Keadaan ini terjadi biasanya bila kadar debu melebihi ambang batas. 7 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

4 oleh Tuti bahwa dari pengukuran kadar debu di 6 lokasi terdapat 2 lokasi yang memiliki kadar debu diatas NAB (4 mg/m 3 ) yaitu bagian warehouse dan bagian packing. Pekerja pada 2 bagian dengan kadar debu diatas NAB, didapatkan hasil pengukuran kapasitas vital baru seluruh pekerja tidak normal atau terdapat gangguan. Dan terdapat hubungan antara kadar debu dengan kapasitas vital paru ( p=0,003). 8 Sedangkan penelitian lain oleh Ahmad Hasyim juga menunjukkan hasil bahwa kadar debu total terdapat hubungan yang signifikan terhadap kapasitas vital paru (p=0,036). 9 Berdasarkan hasil penelitian Meta Suryani pada pekerja Industri pengolahan kayu PT. Surya Sindoro Sumbing Wood Industry Wonosobo menunjukkan hasil pengukuran kadar debu di bagian WWA ( wood working area) dan FC (furniture component). Kadar debu kayu dibagian WWA =6,1452 mg/m 3 atau > NAB dan dibagian FC = 4,0101 mg/m 3 atau <NAB. Kadar debu kayu tersebut tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan gangguan fungsi paru. 10 Pada kedua penelitian diatas menunjukkan bahwa nilai kadar debu di lokasi yang berbeda, diatas nilai ambang batas atau > 4 mg/m 3. Hal ini dapat juga terjadi di Jatindo Ukir yang nilai kadar debunya diatas nilai ambang batas atau > 4 mg/m 3, tepatnya pada bagian mekanik/profil dan pengamplasan yang pada proses kerjanya menghasilkan debu yang banyak. Setiap orang yang pernah menggergaji papan (kayu) telah terkena paparan debu kayu. Umumnya ini dianggap tidak berbahaya dan bahkan banyak orang yang terkena paparan debu kayu dalam jumlah besar tanpa masalah kesehatan. Namun, sejumlah masalah kesehatan yang paling sering dilaporkan adalah ruam kulit ( dermatitis), iritasi mata dan pernapasan,

5 masalah alergi pernapasan, kanker hidung dan beberapa jenis kanker lainnya. Diantara gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja, debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengaruh kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi vital paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Debu juga dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis bila terinhalasi selama bekerja terus menerus. Bila alveoli mengeras akibatnya mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara sehingga kemampuan mengikat oksigen menurun. 11 Pada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri, sehingga pada penelitian ini akan diambil variabel masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri (masker). Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Andika bahwa terdapat hubungan masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri dengan kapasitas vital paru. 12 Dan hasil penelitian yang dilakukan Riski faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru adalah masa kerja dan pemakaian masker sekali pakai. 13 Untuk variabel status gizi pada penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Yuma yaitu terdapat status gizi terhadap kapasitas vital paru. 14 Sedangkan variabel umur berdasarkan pada penelitian Wiwik dengan hasil terdapat hubungan umur terhadap kapasitas vital paru. 15 Pada penelitian Ahmad Hasyim menunjukkan hasil bahwa kadar debu total terdapat hubungan yang signifikan terhadap kapasitas vital paru.

6 Sehingga dapat diambil sebagai variabel pada penelitian ini yang merupakan salah satu faktor lingkungan dari penyebab terjadinya penurunan kapasitas vital paru. 9 Setelah dilakukan observasi dan wawancara pada 10 pekerja mendapatkan hasil yang pertama masa kerja pekerja di Jatindo yang berjumlah 72 orang menunjukkan bahwa 47 pekerja bekerja sudah lebih dari 5 tahun dan sisanya 25 pekerja bekerja kurang dari 5 tahun atau bisa dikatakan pekerja baru. Pekerja bekerja kurang lebih 8 jam perhari dan tidak ada rolling pekerja atau shift kerja. Sehingga pekerja bekerja dari pagi sampai sore hari dalam setiap harinya. Pada pengamatan peneliti diketahui banyak pekerja yang menggunakan alat pelindung diri berupa masker kain dengan alasan menghindari debu masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan mulut. Banyak juga pekerja yang bekerja dengan posisi kerja yang tidak baik atau tidak ergonomis seperti pada pekerja pengamplasan yang duduk di lantai dengan alas kain atau kardus seadanya. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pada bagian perlindungan Pasal 86 ayat 2 menyebutkan bahwa untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. 16 Potensi penyakit yang diakibatkan oleh kerja tidak selalu dapat dihindari oleh pekerja sehingga masih besar potensi terjadinya penyakit

7 akibat kerja. Setiap tenaga kerja pada mebel mempunyai tingkat paparan debu yang berbeda sesuai dengan pekerjaannya. Seperti pada pemotongan dan penggergajian kayu lebih tinggi terpapar debu dibandingkan pada tenaga kerja bagian lainnya. Secara umum, paparan debu kayu dapat memperburuk fungsi paru, meningkatkan prevalensi penyakit pernapasan, memperburuk adanya penyakit, insiden kanker meningkat hingga kematian. Selain itu, kayu mengandung banyak mikroorganisme (termasuk fungi), racun dan zat kimia sehingga debu kayu juga secara signifikan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Penyakit akibat kerja yang tersering adalah yang mengenai saluran nafas yaitu asma dan rhinitis. 17 Ketika menghirup debu halus dari kayu dapat terjadi banyak efek pada saluran pernapasan, seperti pada organ hidung dapat terjadi Rhinitis (pilek), bersin, hidung tersumbat, hidung berdarah (mimisan). Seda ngkan pada paru paru mengakibatkan terjadinya asma, penurunan fungsi paru, alergi alveoli ekstrinsik. Gangguan fungsi paru diantaranya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang terdiri dari emfisema dan bronkitis kronis, penyakit restriktif, penyakit paru mixed (campuran). 4 Hasil wawancara pada pekerja, 7 dari 10 pekerja yang diwawancara mengungkapkan keluhan kesehatan yang dirasakan setelah lama bekerja, dimana jenis keluhan yang dirasakan berbeda. Keluhan pernapasan yang banyak dialami pekerja mebel kayu antara sering batuk, flu dan sesak nafas akibat tempat kerja yang banyak debu kayu hasil proses produksi.

8 Hal ini yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel Jatindo Ukir Jepara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan adanya suatu permasalahan sebagai berikut : Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel Jatindo Ukir Jepara?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel Jatindo Ukir Jepara. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan jenis kelamin, status gizi, kebiasaan merokok, masa kerja, penggunaan masker dan posisi kerja. b. Mengukur kapasitas vital paru pekerja mebel. c. Menganalisis hubungan antara jenis kelamin dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel. d. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel. e. Menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel.

9 f. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel. g. Menganalisis hubungan antara penggunaan alat pelindung diri (masker) dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel. h. Menganalisis hubungan posisi kerja dengan kapasitas vital paru. D. Manfaat Manfaat yang didapat melalui penelitian ini yaitu: 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya pada pekerja dan pengelola industri mebel/perkayuan sehingga dapat memperhatikan kesehatan. 2. Bagi Keilmuan Sesuai dengan program kesehatan kerja dapat digunakan sebagai informasi mengenai efek-efek debu kayu pada lingkungan kerja industri perkayuan. 3. Bagi Instansi Kesehatan dan ketenagakerjaan Sebagai bahan masukan dalam pembinaan keselamatan kerja pada pekerja dan pengelola perusahaan.

10 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian Nama Judul Penelitian Metode Hasil Andika Puja Hutama (2013) Riska Riski (2012) Hubungan Antara Masa Kerja Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Unit Spinning I Bagian Frame PT. Pisma Putra Tekstil Pekalongan Hubungan Antara Masa Kerja Dan Pemakaian Masker Sekali Pakai Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bagian Composting di PT. Zeta Agro Corporation Brebes penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional Observasional dengan pendekatan cross sectional terdapat hubungan antara masa kerja (p=0,000) dan penggunaan alat pelindung diri (p=0,028) dengan kapasitas vital paru. variabel yang berhubungan dengan kapasitas vital paru adalah variabel masa kerja dengan nilai p 0,032 (<0,05) dan variabel pemakaian masker sekali pakai dengan nilai p 0,006 (<0,05).

11 Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian [lanjutan] Nama Yuma Anugrah (2014) Wiwik Dwi Lestari (2007) Judul Penelitian Metode Hasil Faktor-Faktor Yang Penelitian Terdapat hubungan antara Berhubungan explanatory masa kerja (p=0,021) dan Dengan Kapasitas research status gizi (p=0,00) dengan Vital Paru Pada dengan kapasitas vital paru. Pekerja pendekatan Sedangkan pada Penggilingan Divisi cross penggunaan masker dan Batu Putih di PT. sectional. riwayat penyakit tidak Sinar Utama Karya terdapat hubungan dengan kapasitas vital paru. Faktor-Faktor Yang Penelitian Hasil uji statistik diketahui Berhubungan explanatory bahwa tidak ada hubungan Dengan Kapasitas research antara lama kerja dengan Vital Paru Pada dengan kapasitas vital paru Tenaga Kerja Yang pendekatan (p=0,061i), tidak ada Terpapar Debu Di cross hubungan antara status gizi Bagian sectional. (IMT) dengan kapasitas Pengampelasan vital paru (p=0,222). Ada CV. Rico Gallery hubungan antara umur Ngabul Jepara (p=0,032) dan penggunaan masker (p=0,000) dengan kapasitas vital paru Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang berbeda yaitu pada variabel bebas karakteristik individu dan ditambahkan faktor ergomoni atau posisi kerja. Pada variabel terikatnya yaitu kapasitas vital paru. Objek penelitian dilakukan pada pekerja produksi Jatindo Ukir Jepara pada tahun 2016 dengan judul faktor-faktor yang berhubungan

12 dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel Jatindo Ukir Jepara Tahun 2016. F. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat khususnya kesehatan dan keselamatan kerja lingkungan industri. 2. Lingkup Materi Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru pada pekerja di Jatindo Ukir Jepara. 3. Lingkup Lokasi Penelitian ini dilakukan di perusahaan produksi mebel Jatindo Ukir desa Langon Kabupaten Jepara. 4. Lingkup Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. 5. Lingkup Obyek/sasaran Obyek/sasaran pada penelitian ini adalah pekerja produksi mebel Jatindo Ukir Jepara. 6. Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2016