BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan hasil survei UNDP adalah akibat rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan diri melalui proses belajar. Tentu sangat logis bagi manusia memilih jalur

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan-insan cendikia yang

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad informasi. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran geografi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh pendidik yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. maju tingkat pendidikan seseorang,maka semakin siap pula menghadapi perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu bangsa. Selain karena pendidikan dipandang

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, moral, keimanan dan ketakwaan manusia (Syaefudin, 2005: 6).

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, kemampuan berpikir menjadi kemampuan yang sangat diperlukan agar

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

Jumiah Abd. Rasul, Jamaludin, dan Hasdin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

Sriwinda Mana a, Bonifasius Saneba, dan Anthonius Palimbong

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia.

Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua mata pelajaran yang ada di SD tentunya memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba bervariasi. Dengan pendidikan, akan dapat membentuk manusia-manusia berkualitas dan berkebudayaan maju sehingga mewujudkan diri sebagai manusia yang bermoral dan produktif serta penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, indikator kemajuan dalam suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya manusianya dan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat pendidikannya dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu, indikator tersebut sangat ditentukan oleh kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di sekolah. Menyadari akan pentingnya pendidikan, maka pemerintah melalui berbagai program yang dicanangkan senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan disetiap lembaga pendidikan. Salah satu diantara upaya yang dilakukan adalah kurikulum. Kurikulum yang berlaku sekarang adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum KTSP, menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran khususnya pada jenjang dan jenis pendidikan formal (persekolahan). 1

Perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada peserta didik (student centered). KTSP menghendaki suatu pembelajaran yang pada hakikatnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta tetapi juga harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, materi pembelajaran tidak hanya sebatas hal-hal yang bersifat hafalan dan pemahaman semata, tetapi juga mencangkup hal-hal yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model/pendekatan pembelajaran yang sesuai, yang dapat menciptakan situasi yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009: 8). Untuk mencapai manusia yang profesional tidak terlepas dari peranan yang sangat penting dari seorang guru. Setiap guru mempunyai kewajiban untuk membina, membentuk, mendidik, membimbing dan mengasuh serta mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar. Dengan demikian, terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas bagi pembangunan nasional dan dapat menghadapi era globalisasi yang semakin berkembang saat ini. Guru sebagai pendidik dituntut untuk memiliki empat kompetensi antara lain: 1. Kompetensi pedagogik, yaitu guru harus memahami karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, menguasai metode pembelajaran, memanfaatkan teknologi 2

informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, menyelenggarkan penilaian proses belajar dan hasil belajar. 2. Kompetensi kepribadian yaitu, guru bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan dirinya sebagai pribadi yang mantap, stabil, jujur, dan berwibawa, menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 3. Kompetensi sosial yaitu, guru berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama guru, orang tua, dan masyarakat. 4. Kompetensi profesional yaitu, guru menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diajarkan, mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi mengembangkan diri. Tahapan penting yang harus dilakukan guru sehingga dapat tercipta iklim belajar yang kondusif dalam pencapaian kualitas belajar yang optimal dalam suatu proses pembelajaran adalah guru harus mampu merencanakan pembelajaran, guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik dan guru harus mampu melakukan evaluasi pembelajaran. Dalam tahapan perencanaan guru membuat semua perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yaitu membuat Silabus, Bahan Ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Lembar Diskusi Peserta Didik (LDPD), menyusun alat evaluasi 3

yang tepat, menentukan dan memanfaatkan sumber dan media pembelajaran yang tepat untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran. Kemudian dalam pelaksanaannya, guru tinggal merealisasikan segala hal yang telah dibuat dalam perencanaannya, tetapi harus memahami komponen-komponen pendidikan dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran, yaitu: tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metode pembelajaran, alat atau media pembelajaran dan evaluasi. Pada tahapan yang terakir yakni evaluasi, dimana guru melakukan penilaian untuk menilai prestasi belajar peserta didik selama proses pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan menilai dari kegiatan awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Sistem penilaian yang harus dilakukan guru adalah penilaian produk, penilaian afektif maupun penilaian psikomotor. Selain itu, ketersediaan fasilitas-fasilitas pembelajaran misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, juga dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran. Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang lengkap di sekolah maka peserta didik akan lebih bersemangat dalam pembelajaran dan peserta didik tidak perlu meminjam ataupun menggantungkan tugas pada teman lain karena ia dapat mengerjakan tugasnya sendiri dengan bantuan fasilitas yang disediakan. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) dan ketuntasan hasil belajar peserta didik, diukur dengan Tes Hasil Belajar (THB). KKM yang ditetapkan di SMA Muhammadiyah Kupang untuk mata pelajaran Fisika adalah 65. 4

Berdasarkan acuan ketuntasan yang digunakan Depdikbud bagi SMP dan SMA adalah 75 tetapi ketentuan KTSP mengenai penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah dengan mempertimbangkan kondisi sekolah seperti fasilitas sekolah, kemampuan akademik anak dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Sehingga penentuan kriteria ketentuan hasil belajar bisa ditinjau berdasarkan Depdikbud maupun KKM di sekolah tersebut. Respon peserta didik berbeda-beda karena peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda. Dengan kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka permasalahan yang dihadapi peserta didik pun berbeda-beda pula. Oleh karena itu, sebagai seorang guru yang profesional, harus pintar memilih dan menggunakan berbagai model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran juga harus sesuai dengan tujuan kurikulum, karakteristik peserta didik dan tingkat perkembangan peserta didik. Agar peserta didik mampu merespon informasi yang disampaikan guru dan dapat aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi terhadap perangkat pembelajaran (RPP), diketahui bahwa pembelajaran kooperatif belum diterapkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas. RPP yang disusun oleh guru cenderung menggunakan model pembelajaran langsung dan metode yang digunakan adalah metode ceramah sehingga guru lebih aktif dalam proses pembelajaran sedangkan peserta didik pasif dan jenuh dalam mendengarkan materi yang diajarkan. 5

Dalam pembelajaran guru jarang membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam menyelesaikan sesuatu (misalnya; mengerjakan soal ataupun melakukan eksperimen) sehingga keterampilan kooperatif seperti bekerja sama dan berinteraksi sosial belum terlihat. Oleh karena itu guru dituntut untuk mempersiapkan perencanaan pembelajaran sebagai acuan untuk melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta perlu bijaksana dalam menentukan model dan metode pembelajaran yang sesuai agar proses pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru melainkan semua peserta didik. Model pembelajaran yang dianggap cocok untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik adalah model pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, yakni mempelajari materi pembelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan peserta didik dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil yang mengutamakan adanya kerja sama antar peserta didik dalam kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. 6

Menurut Isjoni (2009: 42-43), disamping meraih keberasilan dalam belajar, peserta didik juga bisa dilatih untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thingking skill) maupun keterampilan sosial (social skill) seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahal 1994). Model pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan kemampuan dan menjamian keterlibatan semua peserta didik dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama. Model pembelajaran ini merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bekerja sama dengan orang lain, membuka kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi, berdebat dan mengemukakan pendapat serta mendengarkan pendapat orang lain (Trianto, 2007: 62). Kondisi ini dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih rileks, disamping itu menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama dan persaingan sehat sehingga dapat mengurangi aktivitas pembelajaran yang berpusat pada guru. Menurut Spancer Kagen (Trianto, 2009: 82) model pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman peserta didik terhadap isi pelajaran tersebut. Untuk mengecek pemahaman 7

seluruh peserta didik dalam kelas, guru hanya menunjuk seorang peserta didik dengan menyebutkan nomor yang mewakili kelompoknya itu. Sehingga masing-masing anggota kelompok harus paham dengan hasil kerja kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan struktur empat fase sebagai sintaksnya, yakni:1) penomoran (numbering); 2) mengajukan pertanyaan (quesioning); 3) berpikir bersama (Head together); dan 4) menjawab (answering). Materi pokok perpidahan kalor ini merupakan materi yang diajarkan pada kelas X semester genap tingkat SMA yang terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kalor dapat berpindah dengan cara tiga yaitu: konduksi, konveksi, dan radiasi. Contoh konkrit dari materi pokok perpindahan kalor dapat dilihat pada proses memasak air yakni pada saat memasak air dan nampak air mendidih maka peristiwa konduksi terjadi: saat tangan memegang gagang terasa panas, peristiwa konveksi terjadi: pada saat air yang mendidih dan peristiwa radiasi terjadi: pada panas yang dipancarkan api. Masih banyak peristiwa lainya yang dapat ditemukan pada materi perpindahan kalor. Oleh karena itu untuk mempelajari materi pokok ini, peserta didik tidak saja mempelajari konsep dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga akan dilakukan dengan eksperimen dimana peserta didik dituntut untuk melakukan kegiatan pembelajaran melalui diskusi dan bekerja sama dalam kelompok. Oleh karena itu penerapan model pembelajaran yang tepat untuk materi pokok perpindahan kalor adalah 8

dengan model pembelajaran kooperatif khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Number head Together (NHT). Adapun beberapa kondisi di SMA Muhammadiyah Kupang dalam proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran masih menerapkan proses pembelajaran tradisional sehingga masih banyak peserta didik yang belum aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Peserta didik yang diterima sekolah ini adalah peserta didik bersamalah yang pindah dari sekolah lain dan ketersediaan alat-alat laboratorium Fisika pun sangat minim serta sumbersumber belajar yang kurang memadai. Lingkungan sekolah yang kurang kondusif dalam proses pembelajaran yakni letek dua sekolah dalam satu lingkungan membawa dampak buruk bagi kenyamanan kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi dari guru mata pelajaran Fisika di SMA Muhammadiyah Kupang diperoleh gambaran kodisi riil saat proses pembelajaran Fisika berlangsung, antara lain: 1. Guru lebih memilih melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung dan metode ceramah tanpa ada variasi dalam pembelajaran, sehingga peserta didik cendrung pasif dan jenuh terhadap materi yang disampaikan. 2. Guru menyusun silabus dan RPP dalam kegiatan perencanaan pembelajaran. Namun, Bahan Ajar Peserta Didik jarang disusun karena guru hanya berpatokan pada buku peunjang yang disediakan sekolah. 9

3. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Namun, dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru tidak membawa perangkat-perangkat pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. 4. Evaluasi pembelajaran di sekolah ini evaluasi produk saja. Sedangkan evaluasi afektif dan evaluasi psikomotor tidak pernah dilakukan. 5. Respon peserta didik masih kurang dalam kegiatan pembelajaran. 6. Para peserta didik kurang dilibatkan dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam menyelesaikan sesuatu (misalnya; mengerjakan soal ataupun melakukan eksperimen) sehingga keterampilan kooperatif peserta didik masih kurang. 7. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih tidak selalu membantu sesamanya yang mempunyai kemampuan rendah, peserta didik hanya belajar dengan sesama teman yang ia senangi atau teman dekatnya. 8. Terbatasnya alat-alat praktikum yang tersedia pada laboratorium. 9. Ketuntasan Hasil Belajar peserta didik kelas X-B adalah 65. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) MATERI POKOK PERPINDAHAN KALOR PADA PESERTA DIDIK KELAS X-B SMA MUHAMMADIYAH KUPANG SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014. 10

B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan judul penelitian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014? Secara spesifik, masalah ini dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014? 2. Bagaimana keterampilan kooperatif peserta didik dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014? 3. Bagaimana ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014? 4. Bagaimana ketuntasan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014? 11

5. Bagaimana respon peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014. Secara terperinci tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014. 2. Mendeskripsikan keterampilan kooperatif peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014. 3. Mendeskripsikan ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014. 12

4. Mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014. 5. Mendeskripsikan respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi pokok perpindahan kalor pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peserta Didik a. Meningkatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. b. Meningkatkan semangat belajar c. Meningkatkan interaksi sosial antara teman dalam bentuk kerja sama. d. Meningkatkan hasil belajar. 2. Bagi Guru a. Sebagai bahan referensi dalam memilih model pengajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Sebagai bahan refleksi mengenai masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran. 13

3. Bagi peneliti Agar memiliki pengetahuan yang luas mengenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan memiliki keterampilan untuk menerapkannya, khususnya dalam pengajaran fisika. 4. Bagi LPTK UNWIRA Sebagai bahan panduan Bapak/Ibu dosen yang bernaung di lembaga ini, dalam membimbing para calon guru dan sebagai bahan referensi bagi para peneliti selanjutnya. E. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya dibatasi pada materi pokok perpindahan kalor. 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 3. Penelitian ini hanya pada peserta didik kelas X-B SMA Muhammadiyah Kupang semester genap tahun ajaran 2013/2014. F. Batasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah antara lain : 1. Penerapan adalah cara, hasil kerja, perbuatan menerapkan suatu teori menurut aturan atau kaidah tertentu. 14

2. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. 3. Model pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) adalah suatu pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas yang sistematis dan terorganisir dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. 4. Keterampilan kooperatif peserta didik adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam bekerja sama antar peserta didik dalam kelompok belajarnya yang meliputi: berada dalam tugas, mengambil giliran dan berbagi tugas, Mendorong berpartisipasi, menggunakan kesepakatan, mendengarkan dengan aktif, bertanya/menjawab, menafsirkan, memeriksa ketepatan, dan mengolaborasi. 5. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT): a. Numbered (Penomoran) Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5. b. Heads (Berpikir) Dalam kelompok heterogen yang terdiri dari berbagai perbedaan baik tingkat kemampuan kognitif, bakat, karakteristik, dan cara belajar yang 15

berbeda-beda untuk berpikir bersama-sama dalam memecahkan suatu pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran. c. Together (Bersama) Peserta didik menyatukan pendapatnya dan saling membagi pengalaman dalam meningkatkan kerjasama, memberi jawaban yang tepat terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban kelompok. 6. Materi pokok perpindahan kalor. Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu: a. Konduksi adalah proses perpindahan kalor melalui zat perantara tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat perantaranya. b. Konveksi (aliran) adalah proses perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat. c. Radiasi (pancaran) adalah proses perpidahan kalor dalam bentuk gelombang elektormagnetik tanpa melalui zat suatu perantara (medium). 16

G. Asumsi Penelitian Adapun asumsi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peserta didik mengerjakan tes awal dan tes akhir yang diberikan secara perorangan tanpa dibantu oleh pihak manapun, sehingga hasil penelitian yang diperoleh benar-benar mencerminkan kemampuan masing-masing peserta didik. 2. Pengamat berlaku obyektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap peneliti. 3. Peserta didik memberikan informasi secara jujur dan benar tentang proses pembelajaran dengan menjawab pertanyaan pada lembar isian respon peserta didik.