POKOK BAHASAN III KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE) DENGAN CARA USCS

dokumen-dokumen yang mirip
POKOK BAHASAN II KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE) DENGAN CARA AASHTO

BAGIAN 3-2 KLASIFIKASI TANAH

BAGAN ALIR BAHASAN BAGAN ALIR BAHASAN. Mata kuliah. Mata kuliah MEKANIKA TANAH (PS-1335) Prof. Ir.Noor Endah Msc. Ph.D.

KLASIFIKASI TANAH SI-2222 MEKANIKA TANAH I

MEKANIKA TANAH KLASIFIKASI DARI SIFAT TANAH MODUL 3. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PAKSITYA PURNAMA PUTRA, S.T., M.T. Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember MEKANIKA TANAH

Proses Pembentukan Tanah

Modul (MEKANIKA TANAH I)

PENGERTIAN TENTANG TANAH

PENGERTIAN TENTANG TANAH

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

BAB III LANDASAN TEORI

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

STUDI VERIFIKASI METODE PENENTUAN BATAS SUSUT TANAH

Dr. Ir. Erizal, MAgr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEMPERATUR PADA PENGERINGAN SAMPEL TANAH TERHADAP PENENTUAN NILAI ATTERBERG LIMITS

KORELASI CBR DENGAN INDEKS PLASTISITAS PADA TANAH UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB II HUBUNGAN FASE TANAH, BATAS ATTERBERG, DAN KLASIFIKASI TANAH

KECENDERUNGAN RUMPUN KURVA UNTUK TANAH PASIR KELANAUAN KELEMPUNGAN DAN TANAH LANAU KELEMPUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYELIDIKAN LAPISAN TANAH DENGAN HAND BORING DI BANTARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI LABORATORIUM DALAM MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN METODE FALL CONE PADA TANAH BUTIR HALUS DI WILAYAH BANDUNG UTARA

ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH (DDT) PADA SUB GRADE

PENENTUAN BATAS PLASTIS TANAH DENGAN MODIFIKASI FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN

Yusuf Amran. Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung.

TINJAUAN PUSTAKA. (dikokohkan) yang tersusun dari partikel padat yang terpisah-pisah dengan

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

MENINGKATKAN NILAI KUAT TEKAN BEBAS (UCS) TANAH MANYAWANG DISTABILISASI DENGAN SEMEN

BAB VII ANALISIS SARINGAN

BAB III LANDASAN TEORI

KORELASI ANTARA HASIL UJI DYNAMIC CONE PENETROMETER DENGAN NILAI CBR

Tabel 1. Faktor Koreksi ( )

PENGARUH STABILISASI ASPAL EMULSI TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN TANAH DASAR YANG BERASAL DARI TANAH LUNAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah. 1. Definisi Tanah. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk

SIFAT-SIFAT FISIS DAN MEKANIS TANAH TIMBUNAN BADAN JALAN KUALA KAPUAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral

TUGAS AKHIR STABILISASI TANAH DENGAN SEMEN PADA LOKASI BERAU - KALIMANTAN TIMUR ( PADA RENTANG PROSENTASE 3% - 11%)

PENGUJIAN MATERIAL TANAH GUNUNG DESA LASOSO SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN TIMBUNAN PILIHAN PADA PERKERASAN JALAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Stabilisasi Menggunakan Abu Cangkang Sawit (ACS) di dalam tungku pembakaran (Boiler) pada suhu C.

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

PENGARUH GRADASI PASIR DAN KADAR LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

TUGAS AKHIR PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN STABILISASI KAPUR BERDASARKAN NILAI INDEKS PROPERTIS STUDI KASUS PEKERJAAN REKLAMASI PELABUHAN

MEKANIKA TANAH SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH MODUL 2. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

KORELASI PERMEABILITAS BERDASARKAN UKURAN BUTIRAN DAN PLASTISITAS TANAH

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

II. KLASIFIKASI TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah material yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE)

UJI SARINGAN (SIEVE ANALYSIS) ASTM D-1140

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat

PENGARUH PENGGUNAAN CERUCUK TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH TIMBUNAN PADA LAPIS TANAH DASAR (STUDI KASUS JALAN SOEKARNO-HATTA PALEMBANG)

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN PASIR BERMACAM GRADASI DAN CAMPURAN KAPUR

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

Kamaluddin Lubis Staff Pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Medan Area Jl Kolam No 1 Medan Estate-Medan. Kampus Universitas Medan Area

Outline Bahan Ajar. Prasyarat : MK Perancangan Geometri Jalan (TKS 7311/2 sks/smt V) Dosen Pengampu : Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Herwandi 1), Marsudi 2), Aprianto 2)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

KORELASI ANTARA HASIL UJI KOMPAKSI MODIFIED PROCTOR TERHADAP NILAI UJI PADA ALAT DYNAMIC CONE PENETROMETER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperhatikan, sebab didalam konstruksi jalan raya tanah adalah tempat. dihamparkannya langsung item-item pekerjaan.

4. ANALISA UJI LABORATORIUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. (makro/mikro) dan waktu, tersusun dari bahan padatan organik dan. anorganik), cairan dan gas, berlapis-lapis dan mampu mendukung

EVALUASI GRADASI MATERIAL CRUSHED LIMESTONE WELL GRADED SAAT PRA KOMPAKSI DAN PASCA KOMPAKSI ABSTRAK

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1995). Selain

TINJAUAN PUSTAKA. kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1995). butiran-butiran hasil dari pelapukan massa batuan massive, dimana

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

STUDI LABORATORIUM UNTUK MENENTUKAN BATAS PLASTIS DENGAN PENGUJIAN FALL CONE TEST PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BANDUNG SELATAN RITA MELIANI KUNTADI

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana material tersebut mengandung berbagai macam unsur senyawa kimia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI. yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 0 dan dengan luasan ujung 10

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah material yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang

TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN. Abstraksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah terbentuk dari terjadinya pelapukan batuan menjadi partikel-partikel yang

UJI KONSOLIDASI CONSTANT RATE OF STRAIN DENGAN BACK PRESSURE PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BATUNUNGGAL (BANDUNG SELATAN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel

PENGARUH TANAH GADONG TERHADAP NILAI KONSOLIDASI DAN KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG TANON YANG DI STABILISASI DENGAN SEMEN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

(^ Mulai j. Tipe. Konstruksi. Hilung Rasio Lapisan Aspal dan Beton (()) Asumsikan tebal aspal=tebalslab beton

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan kumpulan-kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

Transkripsi:

30 POKOK BAHASAN III KLASIFIKASI TANAH DASAR (SUBGRADE) DENGAN CARA USCS 3.1 Pendahuluan Selain klasifikasi tanah dasar dengan cara AASHTO yang telah dikenalkan di Bab II, maka terdapat satu klasifikasi lagi yang umum digunakan di Indonesia yaitu klasifikasi tanah dasar dengan cara USCS (unified soil classification system). Menariknya klasifikasi dengan cara USCS ini selain sederhana juga tanah dapat diklasifikasi didasarkan atas konsep: kesamaan sifat dengan kinerjanya. 3.1.1 Deskripsi Singkat Klasifikasi tanah dasar (subgrade) dengan cara USCS ini berisi tentang: 1. Menjelaskan sistim klasifikasi USCS 2. Mendeskripsikan ukuran fraksi butiran tanah 3. Menunjukkan contoh grafik butiran tanah 4. Menunjukkan prosedur menklasifikasi tanah dengan cara USCS 5. Membahas contoh soal dan penyelesaiannya 3.1.2 Relevansi Bab ini memberikan penjelasan pada para mahasiswa cara menklasifikasi material tanah yang digunakan untuk subgrade. Dalam konstruksi perkerasan jalan, subgrade merupakan lapisan yang paling penting. Kerusakan jalan paling besar adalah karena lemahnya subgrade. Apabila didapatkan material tanah yang sangat baik untuk bahan subgrade, maka bisa dipastikan material diatasnya menjadi lebih tipis ketebalannya, dengan demikian konstruksi jalan akan lebih murah biaya pembuatannya maupun pemeliharaannya.

31 3.1.3 Kompetensi Dasar Bila diberikan penjelasan cara menklasifikasi material tanah dengan cara USCS, maka mahasiswa Program Diploma III Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dapat menerangkan kembali cara menklasifikasikan material tanah dasar dengan cara USCS dengan 90% benar. 3.2 Penyajian 3.2.1 Sistim Klasifikasi USCS Sistim klasifikasi tanah dasar dengan cara USCS (unified soil classification system) dibuat oleh Arthur Casagrande yang mana pada awalnya digunakan oleh US Army untuk membuat landasan terbang selama perang dunia kedua. Sistim ini telah terbukti berdaya guna tinggi. Tanah pada sistem USCS ini dibagi menjadi 3 bagian utama: 1. Tanah berbutir kasar (coarse grained soils) lebih dari 50% tertahan saringan No. 200: gravel dan gravelly soils, sand dan sandy soils didalamnya terbagi lagi ke ukuran butiran (grain size), bentuk kurva gradasinya dan ada tidaknya nilai PI. 2. Tanah berbutir halus (fine grained soils) lebih dari 50% lolos saringan No. 200: lanau (silts) dan lempung (clays) didalamnya terbagi lagi berdasarkan hubungan antara LL dan PI dan ada tidaknya kandungan material organisnya. 3. Tanah humus (peaty soils): jenis ini mengandung serat organis yang tinggi. Ukuran Butiran Tanah Deskripsi ukuran butir tanah yang tersaji di Tabel 3.1 dibawah akan membantu kita dalam memahami simbol-simbol yang digunakan di klasifikasi USCS. Demikian juga gambar kurva gradasi tanah seperti pada Gambar 3.1 yang didapat dari analisa saringan terhadap tanah. Pada Gambar 3.1 dikenal 3 macam kurva yaitu:

32 1. Uniform-graded (bergradasi seragam), disini ukuran butiran tanah hampir sama semuanya. Uniform graded ini termasuk poorly-graded (bergradasi buruk). 2. Well-graded (bergradasi baik/menerus), tanah mempunyai butiran dari kecil hingga besar ada semuanya. 3. Gap-graded (bergradasi senjang), disini ada ukuran butiran tanah yang tidak ada, ditunjukkan oleh garis yang mendatar dari kurva. Gapgraded ini termasuk juga poorly-graded. Tabel 3.1 Ukuran fraksi butiran tanah Komponen Ukuran butiran Cobbles Diatas 75 mm Diatas 3 in Gravel Coarse gravel Fine gravel 75 mm hingga 4.75 mm 75 mm hingga 19 mm 19 mm hingga 4.75 mm Sand Coarse sand Medium sand Fine sand 4.75 mm hingga 0.075 mm 4.75 mm hingga 2 mm 2 mm hingga 0.425 mm 0.425 mm hingga 0.075 mm Saringan 3 in hingga No. 4 3 in hingga ¾ in Saringan ¾ in hingga No.4 No. 4 hingga No. 200 No.4 hingga No.200 No. 10 hingga No.40 No. 40 hingga No.200 Fines (silt atau Dibawah 0.075 mm Dibawah No. 200 clay) Sumber: Asphalt Technology And Construction Practices, The Asphalt Institute ES-1. Gambar 3.1 Bentuk kurva gradasi tanah

33 Prosedur Klasifikasi Hal pertama yang kita pelajari adalah mengetahui simbol ukuran butiran tanah, sehingga akan memudahkan dalam membaca tabel klasifikasi. Simbol yang digunakan dapat dilihat di Tabel 3.2. Tabel 3.2 Simbol untuk komponen, gradasi dan liquid limit Komponen Simbol Boulders Tidak ada Cobbles Tidak ada Gravel G Sand S Silt M *) Clay C Organic O Peat Pt Well graded W Poorly graded High LL Low LL *) Diambil dari bahasa Swedia: Mo atau Mjala. P H L Penentuan jenis tanah didasarkan atas hasil analisa saringan dan Atterberg limit di laboratorium, di Bab 3.2 diatas ada 3 bagian utama tanah pada sistim ini. Hasil dari analisa saringan dan Atterberg limit selanjutnya untuk membaca Tabel 3.3 dan 3.4. Cara klasifikasinya sebagai berikut: 1. Untuk tanah berbutir kasar (> 50% tertahan saringan No. 200): * G bila > 50% tertahan saringan No. 4 (4.76 mm). * S bila > 50% lolos saringan No. 4. * Bila pada G terdapat butiran halus yang lolos saringan No. 200 < 5%, maka dikatakan bersih (clean), untuk ini tidak diperlukan pengujian Atterberg limit. * Jika butiran halus yang lolos saringan No. 200 > 12% maka dikatakan ada butiran halusnya (with fines), untuk itu hasil Atterberg limit (PI dan LL) harus diplotkan ke Gambar 3.2. Bila jatuh diatas A-line, maka daerah

34 C dan bila dibawah A-line daerah M. Contoh GM. Tetapi bila tepat di A- line, maka harus memakai 2 simbol GM-GC. Catatan: Pengujian Atterberg limit dilakukan terhadap tanah yang lolos saringan No. 40 (0.42 mm). * Jika butiran halus yang lolos saringan No. 200: 5% < butiran halus < 12%, maka tanah dikatakan ada digaris batas (border line), untuk itu dipakai 2 simbol misal: GW-GC. * Hal diatas berlaku juga untuk S. * Untuk memakai simbol W, maka harus dipenuhi kriteria untuk Cu dan Cc di Tabel 3.4. Cu (coefficient of uniformity) = koefisien keseragaman dan Cc (coefficient of curvature) = koefisien kelengkungan. 2. Untuk tanah berbutir halus (> 50% lolos saringan No. 200): * Atterberg limit dilakukan untuk tanah yang lolos saringan No. 40, untuk menklasifikasi tanah didasarkan pada Gambar 3.2. Bila LL > 100 dan PI > 60 maka A-line harus diperpanjang sendiri. * Untuk tanah yang kelihatan organic (dari warna dan baunya), maka dilakukan pengujian LL yang kedua setelah tanah untuk yang kedua kalinya dipanaskan pada suhu 110 0 C selama 24 jam dioven. Apabila terdapat pengurangan harga LL > 25%, dapat dikatakan tanah dari jenis O. * Untuk tanah yang ada di garis batas antara tanah inorganic dan organic, yaitu bila hasil ploting LL vs PI nya jatuh tepat di A-line maka tanah diklasifikasikan sebagai CL-ML atau CL-OL. Apabila mempunyai LL = 50 maka untuk klasifikasi cenderung ke yang plastis. Jadi bila LL = 50 dan PI = 22 maka tanah diklasifikasikan sebagai CH-MH. Tetapi bila LL = 50 dan PI < 22 maka tanah diklasifikasikan sebagai ML-MH atau OL-OH, tergantung adanya benda organis. Pekerjaan laboratorium bisa dihilangkan didasarkan pada inspeksi secara visual. Misalnya bila jelas tanah tersebut berbutir halus, maka tidak diperlukan penentuan grain-size. Atterberg limit juga bisa dihilangkan setelah dilihat tanahnya coarse-grained dengan butiran halus kurang dari 5%. Untuk sejenis tanah yang kandungan utamanya

35 bahan organis bukan hasil pelapukan atau sebagian hasil pelapukan, berwarna coklat tua hingga hitam, mempunyai bau organis dan texturnya berserat maka boleh diklasifikasikan sebagai Pt tanpa harus diadakan pengujian laboratorium. Coarse- grained soils. More than 50% retained on No. 200 sieve Fine-grained soils 50% or more passes No. 200 sieve Tabel 3.3 Tabel klasifikasi tanah USCS Major divisions Group Typical names symbols GW Well-graded gravels and gravelsand mixtures, little or no fines GP Poorly graded gravels and gravelsand mixtures, little or no fines GM Silty gravels, gravel-sand-silt Gravels, 50% or more of coarse fraction retained on No.4 sieve Sands. More than 50% of coarse fraction passes No.4 sieve Silts and clays Liquid limit 50% or less Silts and clays Liquid limit greater than 50% Clean Gravels Gravels with fines Clean sands Sands with fines mixtures GC Clayey gravels, gravel-sand-clay mixtures SW Well-graded sands and gravelly sands, little or no fines SP Poorly graded sands and gravelly sands, little or no fines SM Silty sands, sand-silt mixtures SC Clayey sands, sand-clay mixtures ML Inorganic silts, very fine sands, rock flour, silty or clayey fine sands CL Inorganic clays of low to medium plasticity, gravelly clays, sandy clays, silty clays, lean clays OL Organic silts and organic silty clays of low plasticity MH Inorganic silts, micaceous or diatomaceous fine sands or silts, elastic silts CH Inorganic clays of high plasticity, fat clays OH Organic clays of medium to high plasticity Highly organic soils Pt Peat, muck, and other highly organic soils Sumber: Krebs, R.D. & Walker, R.D., Highway Materials (dp)

36 Table II.5 Lanjutan klasifikasi USCS Group Classification criteria symbols GW D60 Cu = Greater than 4 D GP GM GC SW SP SM SC ML Classification on basis of percentage of fines Less than 5% pass No. 200 sieve GW, GP, SW, SP More than 12% pass No. 200 sieve GM, GC, SM, SC 5% to 12% pass No. 200 sieve Borderline classification requiring use of dual symbols 10 ( D ) 2 30 Cc = Between 1 and 3 D10 D60 Not meeting both criteria for GW Atterberg limits plot below Atterberg A line or plasticity index less than 4 Atterberg limits plot above A line and plasticity index greater than 7 Cu = D60 Greater than 6 D 10 ( D ) 2 limits plotting in hatched area are borderline classifications requiring use of dual symbols 30 Cc = Between 1 and 3 D10 D60 Not meeting both criteria for SW Atterberg limits plot below Atterberg A line or plasticity index less than 4 Atterberg limits plot above A line and plasticity index greater than 7 limits plotting in hatched area are borderline classifications requiring use of dual symbols CL OL Ditentukan berdasarkan Gambar 3.2 MH CH OH PT Visual-manual identification, see ASTM D 2488 Sumber: Krebs,R.D. & Walker,R.D., Highway Materials (dp)

37 Gambar 3.2 Grafik plastisitas Contoh Soal Klasifikasi USCS 1. Tentukan klasifikasi sejenis tanah yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: Saringan % lolos ¼ in (6.35 mm) 60 No.4 (4.76 mm) 57 No. 20 (0.84 mm) 30 No. 200 (0.075 mm) 10 Untuk tanah yang lolos saringan No. 40, LL = 30 dan PI = 5. Tanah dari jenis inorganic. Penyelesaian: Tanah diatas mengandung 43% gravel, 47% pasir dan 10% butiran halus, dengan demikian tanah tersebut terletak digaris batas antara pasir bersih dan pasir yang mengandung butiran halus. Cu = 6.35/0.075 = 85.8

38 Cc = 2 (0.84) (6.35)(0.075) = 1.50 Dengan demikian didapatkan pasir dengan gradasi baik atau gradasi menerus (well-graded sand). Dengan melihat grafik plastisitas pada Gambar II.5, butir-butir halusnya (fines) diklasifikasi sebagai silt (lanau). Hasil akhir klasifikasi tanah tersebut adalah: SW-SM. 2. Klasifikasikan tanah inorganic yang mengandung lebih dari 50% butiran halus dan mempunyai LL = 60 dan PI = 29. Penyelesaian: Dengan menggunakan grafik plastisitas Gambar II.5 dan memplotkan nilai PI lawan LL, maka akan jatuh di A-line. Dengan demikian klasifikasi tanah tersebut adalah: CH-MH. 3. Hasil berikut adalah hasil test laboratorium untuk sejenis tanah dengan analisa ayakan dan Atterberg s limit test. Dimana yang lolos saringan No. 200 adalah: 82% dan LL =32 dan PL = 18. Klasifikasikan tanah tersebut dengan cara: a. AASHTO b. USCS Penyelesaian: Untuk a. klasifikasi AASHTO: Karena yang lolos saringan No. 200 lebih dari 35% berdasarkan Tabel II.1 maka tanah kelanauan atau kelempungan kemungkinan bisa A - 4, A 5, A 6 atau A 7.

39 Dengan LL = 32 dan PI = LL PL = 32 18 =14. Maka dari Tabel II.1 didapat bahwa tanah adalah jenis A 6. Untuk mencari group indexnya maka dengan memasukkan harga-harga kedalam rumus group index: GI = (F 35){0.2 + 0.005(LL 40)} + 0.001(F 15)(PI 10) Dengan F = 82%, maka: GI = (82 35){0.2 + 0.005(32 40)} + 0.001(82 15)(14 10) = 10.2 ~ 10 Dengan demikian tanah dari jenis: A 6(10). Untuk b. klasifikasi USCS: Dengan melihat Tabel II.4, karena lebih dari 50% tanah lolos saringan No. 200, maka merupakan tanah berbutir halus. Dengan LL = 32 dan PI = 14, melihat grafik plastisitas pada Gambar II.5, maka tanah dari jenis CL. 3.2.2 Latihan 1. Jelaskan sifat-sifat tanah yang dipakai sebagai dasar identifikasi tanah pada cara klasifikasi tanah USCS? 2. Jelaskan secara lengkap bentuk-bentuk kurva gradasi tanah? 3. Berikan penjelasan secara lengkap simbol untuk ukuran butiran? 4. Berikan penjelasan secara lengkap simbol untuk komponen gradasi? 5. Berikan penjelasan secara lengkap simbol untuk komponen liquid limit? 6. Apa yang dimaksud dengan coarse grained of soils pada sistim klasifikasi tanah USCS? 7. Apa yang dimaksud dengan fine grained of soils pada sistim klasifikasi tanah USCS? 8. Bagaimana cara mengetahui bahwa tanah yang sedang diuji merupakan tanah dengan kadar organik yang tinggi? 9. Jelaskan untuk tanah berbutir kasar, mengapa bisa memakai dual simbol?

40 10. Kriteria apa yang harus dipenuhi agar simbol huruf W dapat dipakai? 3.3 Penutup 3.3.1 Tes Formatif 1. Klasifikasikan tanah berikut menggunakan cara klasifikasi tanah USCS. Sieve Size Soil 1 % Lolos No. 4 99 No. 10 92 No. 40 86 No.100 78 No. 200 60 LL PL PI *Nonplastis 20 15 5 Soil 2 % Lolos 97 90 40 8 5 - - NP* Soil 3 % Lolos 100 100 100 99 97 124 47 77 Soil 4 % Lolos 92 81 78-65 48 16 32 3.3.2 Umpan Balik Kerjakan tes formatif diatas dalam waktu 60 menit. Cocokkan jawaban yang anda peroleh dengan kunci jawaban tes formatif dibawah. Berikan skor 25 untuk setiap jawaban anda yang betul dan 0 untuk yang salah. Bila jawaban anda betul semua maka skor anda 100, nilainya A. Bila terdapat kesalahan 1 jawaban maka nilai anda B. Bila terdapat 2 kesalahan dalam jawaban anda maka nilai yang anda peroleh C. 3.3.3 Tindak Lanjut Apabila hasil tes formatif yang anda kerjakan masih didapatkan 2 atau lebih, maka anda harus membaca sekali lagi Bab II dan mengerjakan ulang soal yang jawabannya salah. 3.3.4 Rangkuman

41 Klasifikasi tanah dengan cara USCS membagi tanah dalam 3 bagian utama yaitu: tanah berbutir kasar (coarse grained soils), tanah berbutir halus (fine grained soils) dan tanah humus (peaty soils). Cara penggolongannya didasarkan atas uji laboratorium yaitu: analisa saringan (didapatkan bentuk kurva gradasinya) dan uji Atterberg limit yang didapatkan nilai LL dan PI nya. Tanah berbutir kasar bila 50% atau lolos saringan No. 200. Tanah berbutir kasar yang mempunyai butiran halus antara 5% sampai dengan 12% akan mempunyai simbol ganda, sedangkan yang mempunyai butiran halus > 12% harus dicari LL dan PI nya. 3.3.5 Kunci Jawaban Tes Formatif 1. Soil 1: CL-ML 2. Soil 2: SP-SM 3. Soil 3: CH 4. Soil 4: CL DAFTAR PUSTAKA AASHTO, (1990), Standard Specifications For Transportation Materials And Methods Of Sampling And Testing, Part II Tests, 15 th edition, AASHTO Publication, Washington. AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS, (1990), Manual Book Of ASTM Standards, Section 4 Road and Paving Materials, Pavement Management Technologies, Volume 04.03, ASTM Publication Philadelphia, USA. ASPHALT INSTITUTE, (1983), Asphalt Technology And Construction Practices (ES-1), 2 nd edition, Maryland, USA.

42 CRONEY, D., AND CRONEY, P., (1992), The Design And Performance Of Road Pavements, 2 nd edition, McGraw-Hill Book Company, London, UK. DAS, BRAJA M., (1983), Advanced Soil Mechanics, Hemisphere Publishing Corporation, Washington, USA. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, No. 01/MN/BM/1976, Jakarta. H0LTZ, R. D., AND KOVACS, W.D., (1981), An Introduction To Geotechnical Engineering, 10 th edition, Prentice-Hall Inc., NJ, USA. KREBS, R.D., AND WALKER, R. D., (1971), Highway Materials, McGraw-Hill Book Company, New York, USA. YODER, E.J., AND WITCZAK, M.W., (1975), Priciples Of Pavement Design, 2 nd edition, John Wiley & Sons, New York, USA. SENARAI A-line Arthur Casagrande Atterberg limit Border line Boulders Clays Clean Coarse grained soils Coarse gravel Coarse sand Gravelly soils Inorganic Medium sand Mjala Mo Organic Peat Peaty soils Poorly graded Sand

43 Cobbles Coefficient of curvature Coefficient of uniformity Fine grained soils Fine gravel Fines Fine sand Gap graded Grain size Gravel Silts Subgrade Unified soil classification system Uniform graded US army Well graded