BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pemilih Pemula di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

PENGARUH IKLAN POLITIK TELEVISI TERHADAP PILIHAN POLITIK CALON PEMILIH PEMULA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) Capres & Cawapres secara langsung yaitu pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu proses bisnis yang paling kompleks. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

Fokus Malam Edisi Rabu, 24 Juni 2009 Tema : Politik Topik : Mencermati Iklan-iklan politik capres di Media

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tetap eksis selama bertahun-tahun hingga saat ini. Pada harian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. media atau khalayak menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Sumber

Analisis Isi Media Judul: MIP. No. 97 Pilpres 2014 Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 05/05/2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan global pada saat ini sudah merupakan fenomena yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. kurangnya 51 tahun. Sampai detik ini, terdapat banyak stasiun televisi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin, kebijakan dan kemana arah masa depan bangsa. Kita ketahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Periklanan merupakan salah satu kegiatan promosi yang banyak dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. Marketing politik adalah salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia periklanan saat ini semakin marak dengan ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dan masyarakat tak dapat di pisahkan, maka itu ada istilah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. satunya melalui media massa, seperti televisi, radio, internet dan surat kabar.

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1998, Indonesia mengawali Era Reformasi. Sejak itu telah

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyedot perhatian yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Penentuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bidang informasi dan komunikasi telah melahirkan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. promosi atau media komunikasi yang sangat penting. Dalam. perkembangannya Public Relations memiliki berbagai macam definisi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. waktunya untuk menonton acara yang beragam ditelevisi. Televisi sebagai media

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penulisan

3 Sukses LSI di Pilpres 2014

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang memproduksinya. Hal ini membuat kesulitan bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. turut merubah peradaban manusia. Bukan hanya itu, teknologi juga merubah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. yang kita perhatikan (Kotler, Keller, 2007:3). Di dalam pemasaran itu sendiri

PENGARUH TAYANGAN IKLAN GENERASI PEMILIH CERDAS PEMILU 2014 TERHADAP MINAT MEMILIH BAGI PEMILIH PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. peran-peran pihak terkait, dengan prosedur yang telah ditentukan dalam. dewan perwakilan rakyat daerah (Mashudi, 1993:23).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Pemilih Pemula di Indonesia Pada tahun 2014 ini, Indonesia mengadakan pemilu yang ke- 11. Dimana pemilu pertama kali diadakan pada tahun 1955. Pada pemilu kali ini, yang sangat menarik perhatian adalah jumlah pemilih pemula yang ada, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu di tahun 2004 ada sekitar 27 juta pemilih pemula dari 147 juta pemilih. Pada pemilu 2009 ada sekitar 36 juta pemilih pemula dari 171 juta pemilih. Sedangkan di tahun 2014 ini diperkirakan jumlah pemilih pemula mencapai angka 40,7 juta pemilih pemula dari 185 juta pemilih (Antara, 2014). Kenapa peran pemilih pemula menjadi begitu penting pada pemilu kali ini. Karena terdapat beberapa faktor mengapa pemilih pemula menjadi sangat penting pada pemilu kali ini, faktor-faktor tersebut antara lain : a. Tahun 2014 adalah titik krusial peralihan generasi, maka aspirasi pemuda menjadi penting dan menentukan b. Generasi muda saat ini sangat kritis terhadap isu korupsi, terutama yang membelit banyak partai polititk dan politisi terkenal Indonesia. Secara psikologis, pemilih pemula memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang-orang tua pada umumnya. Pemilih pemula cenderung kritis, mandiri independen, anti status quo atau tidak puas dengan anti kemapanan, pro perubahan, dan sebagainya. Karakteristik itu cukup kondusif untuk membangun komunitas pemilih cerdas dalam pemilu, yakni pemilih yang memiliki pertimbangan rasional dalam menentukan pilihannya. 1

Karena belum punya pengalaman memilih dalam pemilu. Pemilih pemula perlu mengetahui dan memahami berbagai hal yang terkait dengan pemilu. Misalnya untuk apa pemilu diselenggarakan, apa saja tahapan pemilu, siapa saja yang boleh ikut serta dalam pemilu, bagaimana tata cara menggunakan hak pilih dalam pemilu dan sebagainya. Pertanyaan itu penting diajukan agar pemilih pemula menjadi pemilih cerdas dalam menentukan pilihan politiknya di setiap pemilu. Dalam penghitungan pemilu, satu suara saja sangat berarti karena bisa mempengaruhi kemenangan politik. Apalagi suara yang berjumlah jutaan sebagaimana halnya yang dimiliki kalangan pemilih pemula. Itu sebabnya dalam setiap pemilu, pemilih pemula menjadi rebutan berbagai kekuatan politik. Menjelang pemilu, partai politik atau peserta politik lainnya biasanya membuat iklan atau propaganda politik yang menarik pemilih pemula. Mereka juga membentuk komunitas kalangan muda dengan aneka kegiatan yang menarik anak-anak muda, khususnya pemilih pemula. Tujuannya agar para pemilih pemula tertarik dengan partai atau kandidat tersebut dan memberikan suaranya dalam pemilu untuk mereka sehingga mereka dapat mendulang suara yang signifikan dan meraih kemenangan. Selain memiliki banyak kelebihan pemilih pemula juga memiliki kekurangan, yakni belum memiliki pengalaman memilih dalam pemilu. Pemilu mendatang merupakan pengalaman pertama bagi pemilih pemula untuk menggunakan hak pilihnya. Karena belum punya pengalaman memilih dalam pemilu, pada umumnya banyak dari kalangan mereka yang belum mengetahui berbagai hal yang terkait dengan pemilihan umum. Mereka juga tidak tahu bahwa suaranya sangat berarti bagi proses politik di negaranya. Bahkan tidak jarang mereka enggan berpartisipasi dalam pemilu dan memilih ikut-ikutan tidak mau menggunakan hak pilihnya atau golongan putih (golput). Temuan Lembaga Peduli Remaja (LPR) Kriya Mandiri Solo yang melakukan jajak pendapat pada pemilih pemula di Kota Solo tanggal 19 Februari 2009, menyatakan bahwa potensi golput pemilih pemula di Solo 2

cukup tinggi. Dari 340 responden yang dipilih secara acak dari sepuluh SMA dan SMK di Solo, hanya 21,49% saja yang menyatakan siap memberikan suara. Sisanya 60,51% menyatakan belum yakin apakah akan memilih atau tidak, artinya berpotensi golput, dan 18% dengan tegas menyatakan tidak memilih (Antara, 2014). Oleh karena itu, penting bagi pemilih pemula mendapatkan pendidikan politik secara spesisfik yang ditujukan bagi pemilih pemula. Dalam pendidikan, pemilih pemula akan disampaikan arti penting suara pemilih pemula dalam pemilu, berbagai hal yang terkait pemilu. Seperti fungsi pemilu, sistem pemilu, tahapan pemilu, peserta pemilu, lembaga penyelenggara pemilu, dan sebagainya. Tujuannya agar pemilih pemula memahami apa itu pemilu, mengapa perlu ikut pemilu, dan bagaimana tatacara menggunakan hak pilih dalam pemilu. Setelah pemilih pemula memahami berbagai persoalan pemilu diharapkan pemilih pemula menjadi pemilih yang cerdas yakni pemilih yang sadar menggunakan hak pilihnya dan dapat memilih pemimpin yang berkualitas demi perbaikan masa depan bangsa dan negara 1.2 Latar Belakang Pada masa sekarang ini strategi-strategi marketing memang sudah saatnya diterapkan dalam politik. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, semakin terintegrasinya masyarakat global dan tekanan untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, institusi politik pun membutuhkan pendekatan alternatif untuk membangun hubungan dengan konstituen dan masyarakat luas.dalam konteks inilah marketing sebagai suatu disiplin ilmu yang berkembang dalam dunia bisnis diasumsikan berguna bagi institusi politik (Firmanzah, 2007:140). Institusi politik dapat menggunakan metode marketing dalam penyusunan produk politik, distribusi produk politik kepada publik dan meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibanding yang lain. Salah satu metode marketing yang digunakan dalam politik adalah promosi (promotion). Maka tidak jarang institusi politik bekerjasama 3

dengan sebuah agen iklan dalam membangun slogan dan citra yang akan ditampilkan (Wring dalam Firmanzah, 2007:206). Dalam penelitian kali ini peneliti akan membahas mengenai media promosi yang digunakan dalam proses marketing politik, yaitu iklan melalui media televisi. Iklan di media massa seperti televisi tentu punya daya penetrasi jauh lebih kuat daripada menyebarkan flyer, poster ataupun spanduk. Efeknya pun akan jauh lebih besar jika dilakukan melalui TV, bahkan hingga kini televisi tidak tergantikan efektifitasnya untuk mengarahkan persepsi publik. Media televisi dapat membentuk kepercayaan (trust) terhadap publik, karena itu iklan politik (political ads) di televisi memang sudah seharusnya menjadi sebuah keperluan dalam kampanye pemenangan calon presiden nanti. Menurut lembaga riset Nielsen (2012) kategori pemerintahan atau parpol menjadi pengiklan ke-2 terbesar setelah produk telekomunikasi dengan belanja iklan Rp. 4,3 triliun. Pada tahun 2013 secara nasional belanja iklan politik diperkirakan sebesar Rp. 12,5 triliun dan diprediksi akan terus naik hingga 2014. Sebagian besar iklan politik atau sekitar 63% diserap media TV, media cetak 30 % sedangkan iklan out door berada pada kisaran 7 % (Okezone, 2013). Dikarenakan hanya ada dua calon presiden terpilih maka iklan politik Pemilu Pilpres 2014 akan menjadi ladang kampanye yang semakin atraktif. Iklan televisi akan sering dihiasi dengan visi dan misi para calon presiden. Seperti yang dikatakan oleh Budi Riza bahwa dari kubu Prabowo/Hatta, spot iklan televisi bertajuk Garuda Merah menjadi tema iklan yang banyak ditayangkan dengan frekuensi tayang menacapai 2898 kali. Sementara itu dari kubu Jokowi/Jusuf Kalla dengan tema Siapakah Kita mendapat frekuensi tayang sebanyak 2885 kali (Tempo, 2014). Berikut ini adalah tabel persebaran spot iklan kedua pasang calon presiden di stasiun televisi nasional : 4

Persebaran Spot Iklan Capres di Stasiun Televisi Nasional Tabel 1.1 NO Stasiun Televisi Prabowo - Hatta Jokowi Jusuf Kalla 1 RCTI 238 kali 278 kali 2 SCTV 310 kali 435 kali 3 TRANS 7 296 kali 292 kali 4 TRANS TV 241 kali 266 kali 5 INDOSIAR 192 kali 353 kali 6 TV ONE 254 kali 162 kali 7 METRO TV 91 kali 419 kali 8 ANTV 204 kali 109 kali 9 MNC 251 kali 199 kali 10 GLOBAL TV 275 kali 145 kali 11 TVRI 162 kali 70 kali 12 KOMPAS TV 262 kali 134 kali 13 NET TV 122 kali 23 kali JUMLAH 2898 2885 TOTAL 5885 Sumber: Tempo Berdasarkan tabel tayang diatas, spot iklan dari garuda merah sedikit lebih banyak dibandingkan dengan spot iklan siapakah kita. Akan tetapi pada hasil pilpres 2014 menunjukkan hasil iklan siapakah kita membawa kemenangan pada calon presiden Jokowi. Fenomena inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti iklan televisi garuda merah. Beriklan melalui televisi memang memiliki keunggulan, hasil survey nasional menunjukkan bahwa model iklan dengan pemasangan bendera memiliki tingkat efektivitas sebesar 44,7%, spanduk 44,8%, aksi pengerahan massa 71,2%, pawai atau karnaval sebesar 70,9% sementara 5

iklan di TV sebesar 71,7% (Kompas, 2008). Dari data ini, para politikus berebut kesempatan memanfaatkan slot iklan semaksimal mungkin, terutama iklan di televisi yang memiliki pengaruh paling besar dan efektif. Akan tetapi melihat kondisi saat sekarang ini, dimana perkembanagan teknologi berkembang begitu cepat masihkah para pemilih pemula tadi menonton televisi. Seperti yang kita ketahui pemilih pemula berada pada rentang usia pelajar dan mahasiswa. Kondisi saat ini menggambarkan bahwa para pemuda tadi lebih tertarik menghabiskan waktunya dengan bermain game, bersosialisai di media sosial, dan mendirikan komunitaskomunitas yang sesuai dengan hobi mereka Persoalan berikutnya dapatkah iklan politik melalui televisi itu merebut simpati para pemilih, terutama pemilih pemula dalam menentukan pilihan politiknya. Preferensi atau pilihan konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif (individu) yang diukur dengan utilitas, dari bundel berbagai barang. Konsumen dipersilahkan untuk melakukan rangking terhadap bundel barang yang mereka berikan (Indarto, 2011). Sedangkan politik adalah perangkat-perangkat tertentu yang bertalian dan diperlukan untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan masyarakat guna mencapai tujuan (Parson dalam Suprayogo, 2007:63). Politik juga merupakan usaha menggapai kehidupan yang baik. Dimana dalam sebuah negara (estate) berkaitan dengan masalah kekuasaan (power) pengambilan keputusan (decision making) kebijakan publik (publik policy) dan alokasi atau distribusi (Budiarjo, 2008:14). Sikap pemilih pemula yang dalam UU Pemilu 2009 disandarkan pada pemilih berusia antara 17-21 tahun, sangat sensitif dan rentan dengan berbagai kondisi kognitif, afektif, dan perilaku individu ketika bersentuhan dengan realitas sosial. Karena menurut Azwar (2011: 30) struktur sikap individu akan sangat dipengaruhi oleh pengalaman (pengetahuan) pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, kondisi budaya, aspek emosional, lembaga pendidikan dan agama serta media massa. Sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti 6

televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Proses penyampaian pesan iklan politik secara sugestif dan konstruktif melalui televisi akan menggerakkan pengetahuan, opini, perasaan, tindakan, dan sikap, baik secara sadar ataupun tidak terhadap keputusan akhir yang dipilihnya. Artinya bahwa pesan-pesan sugestifinformatif yang secara kontinyu diberikan akan menjadi sumber pengetahuan (stock of knowledge) dan memberi dasar afektif pemilih dalam menilai suatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap politik tertentu. Karena itu, pasangan Capres-Cawapres Pilpres 2014 setiap saat mencoba menghiasi televisi dengan pesan politik yang dianggapnya baik. Hingga akhirnya, saling klaim, saling menjelekkan kompetitor dan saling berpropaganda keunggulan diri dibanding yang lain adalah menjadi hal biasa. Data di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat. Total pemilih seluruh Indonesia berjumlah 185 juta pemilih, 30%-42% nya adalah pemilih pemula (Antara, 2014). Dalam undang-undang Pemilihan Umum, pemilih pemula adalah mereka yang telah berusia 17-21 tahun, telah memiliki hak suara dan tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Cukup signifikan kuota 30% jumlah pemilih pemula dan sangat menentukan kemenangan dalam Pilpres 2014, bagi pasangan Capres- Cawapres. Menurut Ahmadi (2004:124) di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih banyak remaja (bahkan orang dewasa) belum mampu sepenuhnya mencapai kematangan secara psikologis. Sehingga emosinya masih kurang stabil dan masih mudah terpengaruh serta goyah pendiriannya. Maka pasangan Capres-Cawapres menjadikan pemilih pemula sebagai target pemilih untuk dipengaruhi dan dikonstruk melalui iklan politik di televisi. Melalui iklan politik televisi dapatkah masing-masing pasangan Capres-Cawapres 2014 merebut sebanyak-banyaknya suara atau simpati pemilih, paling tidak terhadap pemilih pemula yang potensial dan rasional. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 7

dalam hal ini dengan judul, Pengaruh Iklan Politik Televisi Terhadap Pilihan Pemilih Pemula di Indonesia. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana persepsi responden terhadap iklan politik televisi di Indonesia? 2. Bagaimana pilihan politik dari responden? 3. Bagaimana pengaruh iklan politik televisi terhadap pilihan politik pemilih pemula di Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Mengetahui persepsi responden terhadap iklan politik televisi di Indonesia 2. Mengetahui pilihan politik responden. 3. Mengetahui pengaruh iklan politik televisi terhadap pilihan politik pemilih pemula di Indonesia. 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat akhir yang diharapkan dari hasil penelitian ini, diantaranya: 1. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University a. Hasil ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan marketing, terutama dalam memahami tipologi politik dalam konteks analisis marketing dan politik. b. Hasil ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 2. Bagi Partai Politik a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna untuk menyusun bentuk kebijakan politik dan sistem pemilihan umum Pilpres yang lebih baik. 8

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi strategi politik dan kampanye politik melalui periklanan di televisi. 3. Bagi Peneliti a. Sebagai aplikasi dari ilmu yang telah diperoleh peneliti selama perkuliahan. b. Dapat memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, dan cepat dalam memahami dan menerjemahkan kondisi sosial politik. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN Pada bab I berisi mengenai tinjauan objek studi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dari penelitian, kegunaan penelitian, batasan penelitian, dan sistemika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab II berisi teori-teori yang mendukung penelitian ini. Pada bab II menceritakan tentang kerangka pemikiran. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III berisi mengenai jenis penelitian, operasionalisasi variabel, sakala pengukuran, jenis, dan teknik pengumpulan data, teknik samplin, uji validitas dan reliabilitas, analisis data yang digunakan dalam penelitian dan pengujian hipotesis. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab IV menceritakan hasil dan pembahasan mengenai karakteristik responden dilihat dari berbagai aspek, membahas dan menjawab rumusan masalah serta hasil perhitungan analisis data yang telah dilakukan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V berisi mengenai kesimpulan hasil analisis, saran bagi perusahaan dan saran bagi penelitian selanjutnya. 9

halaman ini sengaja dikosongkan 10