BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB 4. Nilai Luhur Dari Tradisi Kawin Lari Dalam Perkawinan Adat Suku Sasak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB IV PENUTUP. mempertahankan adat istiadat yang telah diwariskan oleh generasi terdahulu secara

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu upacara daur hidup manusia yang dilakukan secara turun-temurun untuk melanjutkan roda kehidupan. Dalam Undang- Undang Perkawinan no. 1 tahun 1974 pengertian perkawinan atau pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa). Pernikahan merupakan suatu hal yang sifatnya sangat sakral dan penting bagi dua orang sepasang kekasih untuk menjalin hubungan yang lebih intim. Prosesi upacara pernikahan sangat erat kaitannya dengan nilai kebudayaan, karena setiap budaya memiliki prosesi adat pernikahan yang berbeda-beda. Dalam setiap prosesi adat budaya pernikahan memiliki bentuk komunikasi baik verbal maupun non verbal. Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana, 2009:18). Budaya sangat erat kaitannya dengan kehidupan seharihari karena melalui nilai-nilai budaya yang ditanamkan dalam kehidupan maka dari sanalah seseorang belajar dalam berperilaku dan berkomunikasi dalam suasana interaksi sosial. Baik komunikasi verbal, komunikasi nonverbal dibentuk oleh gagasan budaya, nilai-nilai, kebiasaan, dan sejarah (Andersen, Hecht, Hoobler, & Smallwood, 2002; Emoons, 1998). Arti kebudayaan dalam bahasa sehari-hari adalah segala sesuatu yang indah, misalnya candi, tarian, seni rupa, seni suara, kesasteraan, dan filsafat. Sedangkan menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan

bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 2011:72). Dalam menganalisa suatu kebudayaan maka akan dibagi ke dalam beberapa unsur kebudayaan yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian hidup, sistem religi, dan kesenian. Semua unsur-unsur tersebut disebut sebagai unsurunsur kebudayaan universal karena selalu ada pada setiap sekumpulan masyarakat (Koentjaraningrat, 2011:80-81). Masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam bentuk kebudayaan yang kaya dengan ciri khas dan karakteristik unik dalam mengaktualisasikan perilakunya didalam berkomunikasi pada saat melakukan hubungan sosial dengan orang lain, baik itu posisinya sebagai komunikator maupun komunikan. Segala macam bentuk ciri khas dan karakter yang dimiliki oleh tiap individu tersebut pada dasarnya dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan yang dimiliki. Hal ini akan membentuk suatu kebiasaan dan adat istiadat yang diperoleh secara turun temurun dan juga dari lingkungan wilayah di mana seseorang hidup. Latar belakang kebudayaan itulah yang akan mempengaruhi segala tingkah laku individu termasuk dalam melakukan prosesi adat upacara pernikahan. Salah satu bentuk kebudayaan yang menarik untuk dijadikan penelitian oleh peneliti adalah budaya pada suku sasak. Suku sasak adalah etnis asli penduduk pulau Lombok. Lombok adalah nama sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Luas wilayah pulau Lombok adalah sekitar 5435 2 km merupakan pulau terbesar ke 108 di dunia. Pulau ini juga terdiri dari 5 kota dan kabupaten yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, dan Kabupaten Lombok Utara. Pulau Lombok didiami kurang lebih sekitar 3 juta jiwa yang 80% nya merupakan penduduk asli pulau lombok yaitu Suku Sasak (http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/987/suku-sasak diakses pada tanggal 20 November 2014, pukul 08.10 WIB).

Masyarakat suku sasak masih memegang teguh tradisi dan kebudayaan yang dimiliki hingga saat ini. Terbukti dengan eksistensi tradisi-tradisi yang tetap diadakan oleh masyarakat suku sasak di beberapa wilayah pulau Lombok seperti tradisi presean sebagai simbol kejantanan taruna sasak, tradisi bau nyale sebagai simbol yang mengisahkan tentang Putri Mandalika, dan tradisi pernikahan kawin culik suku sasak. Upacara pernikahan merupakan suatu siklus hidup yang kaya akan makna dan mengandung situasi yang sangat sakral serta dirayakan oleh hampir seluruh umat manusia. Kawin culik adalah tradisi pernikahan yang dianut oleh masyarakat suku sasak sejak dahulu kala. Kawin culik menggambarkan bahwa ketika seseorang lelaki ingin menikahi seorang gadis maka lelaki tersebut harus menculik gadis tersebut dari keluarga si gadis. Penculikan yang dilakukan pada prosesi adat pernikahan tentunya merupakan penculikan yang dilegalkan karena penculikan tersebut memiliki simbol makna tersendiri bagi masyarakat suku sasak yang menjalani prosesi adat pernikahan. Suatu prosesi upacara pernikahan yang mengandung nilai adat budaya tentunya mengandung nilai luhur adat istiadat dan ciri khas unik budaya. Selain mencitrakan kesukuan dan identitas, upacara pernikahan juga menciptakan suasana sakral dan mengukukan kelestarian budaya.namun hal yang tidak dapat dipungkiri di era modernisasi saat ini yaitu dimana tradisi suatu budaya semakin memudar seiring dengan perkembangan zaman, termasuk pada suatu adat budaya upacara pernikahan pada suatu daerah. Masyarakat suku sasak tidak dapat memungkiri adanya modernisasi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat suku sasak, termasuk didalamnya yaitu pada prosesi adat pernikahan suku sasak. Tradisi pernikahan kawin culik yang mencerminkan ciri khas dari masyarakat suku sasak saat ini perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat suku sasak saat melakukan prosesi pernikahan. Saat ini dikenal beberapa tradisi masyarakat suku sasak dalam melakukan pernikahan yaitu dengan cara perondongan (perjodohan), mepadik lamar (kawin lamar), dan merariq (kawin culik atau kawin lari) (sumber: https://nusamutiara.wordpress.com/2011/08/07/adat-perkawinan-suku-

sasak/diakses pada tanggal 1 Februari 2015, pukul 21.37 WIB). Pada era modernisasi ini sebagian besar masyarakat suku sasak melakukan pernikahan dengan tradisi yang lebih modern yaitu kawin lamar. Hanya sebagian kecil masyarakat suku sasak yang tetap mempertahankan tradisi khas pernikahan kawin culik yang sesungguhnya merupakan ciri khas dari masyarakat suku sasak sejak dahulu kala. Hal menarik yang diangkat oleh peneliti adalah di tengah modernisasi masyarakat suku sasak di Pulau Lombok terdapat suatu kumpulan masyarakat di salah satu desa yang masyarakatnya terdiri dari masyarakat suku sasak asli. Hingga saat ini masih mempertahankan budaya serta adat istiadat masyarakat suku sasak. Desa tersebut adalah Desa Rembitan kecamatan Pujut yang terletak di Lombok Tengah. Bahasa yang digunakan di lingkungan desa adalah bahasa sasak, seluruh masyarakat Desa Rembitan beragama Islam. Di tengah modernisasi, Desa Rembitan dapat mencerminkan gambaran masyarakat suku sasak asli mulai dari bangunan rumah asli suku sasak yang masih dipertahankan, tradisi-tradisi suku sasak yang masih dijalankan hingga saat ini. Selain kondisi masyarakat dan wilayah Desa Rembitan yang mencerminkan gambaran masyarakat suku sasak, hal yang tetap dipertahankan hingga saat ini oleh masyarakat Desa Rembitan adalah tradisi kawin culik dalam prosesi adat pernikahan. Seluruh masyarakat Desa Rembitan harus melakukan prosesi adat pernikahan kawin culik dengan mempertahankan makna dari simbol-simbol prosesi kawin culik, dan tentunya mempertahankan suasana yang penuh sakral pada prosesi pernikahan kawin culik. Pernikahan di Desa Rembitan dapat dikatakan sebagai pernikahan dini yaitu pada umur 17-18 tahun. Pada umur tersebut gadis Desa Rembitan sudah siap untuk diculik setelah melaksanakan proses midang dengan beberapa laki-laki. Setelah itu gadis tersebut akan memilih salah satu laki-laki yang diinginkan untuk dinikahi. Fenomena menarik lainnya dari pernikahan kawin culik di Desa Rembitan adalah tradisi masyarakat Desa Rembitan yang menikah dengan sepupu atau saudara sendiri, atau yang biasa disebut pernikahan sedarah (incest). Menurut

penuturan masyarakat Desa Rembitan mereka menikah dengan sepupu atau saudara sendiri karena ingin mempertahankan keturunan masyarakat suku sasak asli Desa Rembitan. Selain itu mahar untuk pernikahan sedarah jauh lebih murah dibandingkan dengan mahar yang digunakan dalam pernikahan tidak sedarah. Karena jika menikah sedarah untuk menentukan nominal mahar terdapat proses tawar menawar hingga mencapai kesepakatan bersama. Hal ini setidaknya mencerminkan gambaran sisi lain Desa Rembitan yaitu keterbatasan ekonomi pada masyarakat Desa Rembitan. Bagi gadis Desa Rembitan sebelum menikah biasanya mereka memiliki kekasih lebih dari satu karena semakin banyak gadis tersebut memiliki kekasih dianggap sebagai gadis yang laris di kalangan para lelaki. Selain itu bagi keluarga gadis Desa Rembitan prosesi adat pernikahan kawin lamar dianggap menghina keluarga gadis tersebut karena seakan-akan orang tua gadis tersebut secara suka rela menyerahkan anak gadisnya. Oleh karena itu hingga saat ini masyarakat Desa Rembitan masih memegang teguh tradisi pernikahan kawin culik karena seorang lelaki dianggap lebih ksatria, jika berhasil menculik anak gadis dari keluarga gadis tersebut, dan keluarga gadis tersebut merasa terhormati apabila anak gadisnya diculik untuk dinikahi. Tradisi kawin culik di Desa Rembitan yaitu ketika seorang lelaki ingin menikahi sang gadis maka lelaki tersebut harus menculik gadis tersebut secara paksa dari keluarga sang gadis tersebut. Sehingga tak jarang seorang gadis tersebut harus menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya. Karena ketika lelaki telah berhasil menculik gadis tersebut maka maknanya adalah bahwa gadis tersebut telah menikah dengan lelaki tersebut setelah itu tentunya akan dilaksanakan prosesi adat pernikahan selanjutnya sesuai dengan kaidah Agama dan tradisi khas masyarakat suku sasak. Proses penculikan yang dilakukan oleh lelaki pada gadis yang ingin dinikahi tentunya tidak boleh diketahui oleh keluarga gadis tersebut karena jika diketahui maka tidak akan terjadi proses pernikahan. Walaupun sang gadis berhasil diculik oleh lelaki tantangan selanjutnya yaitu lelaki harus berhasil menyembunyikan sang gadis dan jangan sampai ditemukan oleh orang tua sang gadis. Apabila orang tua gadis berhasil

bertemu dengan anak gadisnya sebelum terjadi pernikahan maka lelaki tersebut harus membayar sanksi tertentu kepada keluarga gadis. Setiap prosesi upacara kawin culik dilaksanakan penuh dengan suasana sakral dan setiap tahapan-tahapan prosesinya memiliki makna tersendiri sehingga hal ini tetap untuk dipertahankan oleh masyarakat suku sasak Desa Rembitan. Namun terjadi proses asimilasi tradisi adat pada prosesi pernikahan kawin culik suku sasak pada masyarakat Desa Rembitan, seiring dengan perkembangan teknologi yang berkembang saat ini. Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Dalam hal ini yang dimaksud adalah tradisi budaya suku sasak tradisional dengan suku sasak modern sehingga membentuk suatu budaya yang baru. Saat ini beberapa pasangan muda di Desa Rembitan tetap melakukan prosesi upacara pernikahan kawin culik menurut adat sasak, namun terjadi perbedaan ketika seorang gadis memilih lelaki untuk dijadikan suaminya. Jika pada zaman dahulu seorang gadis bisa saja diculik dengan paksa, namun saat ini proses penculikan dilakukan atas dasar suka sama suka. Saat ini jika seorang gadis dan lelaki ingin melakukan kawin culik maka terjadilah kesepakatan sebelumnya untuk merencanakan dan melaksanakan aturan main dalam melakukan kawin culik tersebut. Sehingga dapat dikatakan proses kawin culik masih tetap ada, namun terdapat skenario penculikan di dalamnya antara laki-laki dan gadis yang ingin menikah. Untuk melaksanakan sebuah skenario penculikan maka dibutuhkan peran komunikasi di dalamnya. Setelah proses penculikan tersebut, prosesi selanjutnya tetap seperti tradisi yang sesungguhnya dalam suasana sakral dan penuh makna menurut adat suku sasak. Proses upacara pernikahan kawin culik mulai dari tahapan awal penculikan hingga tahap akhir proses upacara pernikahan suku Sasak di Desa Rembitan tentunya terdapat proses komunikasi di dalamnya. Komunikasi merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tidak dapat tidak berkomunikasi, bahkan dalam keadaan diam pun manusia

mengekspresikan emosinya sabagai bentuk bagian dari komunikasi. Seperti ungkapan Deddy Mulyana (2011:108), we cannot not communicate yang artinya kita tidak dapat tidak berkomunikasi. Amat sulit bagi seseorang untuk tidak berkomunikasi, karena setiap perilaku manusia mempunyai potensi untuk ditafsirkan sebagai sebuah bentuk komunikasi. Dalam berinteraksi manusia melakukan aktivitas komunikasi, komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana maupun dengan cara yang kompleks. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2011:46). Dalam berkomunikasi orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator dan yang menerima pesan disebut komunikan. Komunikasi tidak hanya sebatas kata-kata yang diucapkan oleh seseorang atau disebut bahasa verbal. Melainkan terdapat bentuk komunikasi lainnya berupa senyuman, anggukan kepala, gerakan badan, gerakan mata, ataupun diam sekalipun, semua itu dikatakan sebagai bahasa non verbal. Dalam melakukan komunikasi, bahasa verbal dan bahasa non verbal berkombinasi satu sama lainnya yang bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Kunci pada saat seseorang melakukan komunikasi adalah untuk mencapai pemahaman yang sama dan mencapai suatu tujuan tertentu. Melalui proses komunikasi manusia juga menciptakan simbol-simbol tertentu, dimana simbolsimbol yang dibentuk oleh manusia mengandung makna-makna tertentu pula. Dalam penelitian mengenai upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan, peneliti akan membahas mengenai aktivitas komunikasi yang ada di dalamnya. Aktivitas komunikasi sama artinya dengan mengidentifikasikan peristiwa komunikasi dan atau proses komunikasi. Proses atau peristiwa komunikasi yang dibahas adalah proses komunikasi yang khas

yang dapat dibedakan dengan proses komunikasi yang dibahas pada konteks komunikasi yang lain (Kuswarno, 2008:41). Untuk membantu peneliti dalam meninjau pembahasan penelitian, peneliti menggunakan suatu metode penelitian etnografi komunikasi. Studi etnografi komunikasi akan mampu menggambarkan, menjelaskan dan membangun hubungan dari kategori-kategori data yang ditemukan oleh peneliti (Kuswarno, 2008:86). Oleh karena beberapa ketertarikan yang telah diungkapkan peneliti sebelumnya, peneliti hendak mengangkat penelitian dengan judul AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA PERNIKAHAN SUKU SASAK (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Kawin Culik Di Desa Rembitan, Lombok Tengah). 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka fokus penelitian yang ingin diangkat adalah : 1. Bagaimana terjadinya situasi komunikatif/konteks dalam upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan? 2. Bagaimana peristiwa komunikatif dalam upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan? 3. Bagaimana tindak komunikatif dalam upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan? 1.3 Tujuan Penelitian Atas dasar permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka dapat ditetapkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui situasi komunikatif/konteks dalam upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan. 2. Untuk mengetahui peristiwa komunikatif dalam upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan. 3. Untuk mengetahui tindak komunikatif dalam upacara pernikahan kawin culik suku sasak di Desa Rembitan.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis : 1.4.1 Aspek Teoritis Penelitian ini kelak diharapkan menjadi rujukan dan masukan bagi penelitian di bidang ilmu komunikasi yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi pada upacara pernikahan dalam suatu adat budaya dengan metode etnografi komunikasi, dan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan gagasan ilmiah mengenai pernikahan dalam suatu ikatan adat budaya. Beberapa temuan yang terungkap dalam penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi penelitian berikutnya. Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan bagi pihak akademisi, khususnya mahasiswa. 1.4.2 Manfaat Praktis Diharapkan dari hasil penelitian aktivitas komunikasi upacara pernikahan kawin culik suku sasak ini dapat dijadikan referensi dalam menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pernikahan kawin culik suku sasak khususnya di Desa Rembitan, Lombok Tengah. 1.5 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian menjadi proses yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian menurut Moleong yang dikutip oleh Ghony dan Almanshur (2012:144-157) dibagi dalam tiga tahapan umum, yaitu pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan analisis data : 1. Tahap Pra-lapangan a. Menyusun Rancangan Penelitian Rancangan penelitian akan dijabarkan secara detail,agar mudah dimengerti dan dapat dijadikan patokan oleh peneliti kualitatif.

Dalam penelitian ini peneliti merancang latar belakang, fokus penelitian, metode, hingga teknis pelaksanaan di lapangan. b. Memilih Lokasi Penelitian Memilih lokasi penelitian dimulai dengan mempertimbangkan fokus serta rumusan masalah penelitian dengan kesesuaian yang ada di lapangan. Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Desa Rembitan, Lombok Tengah sebagai wilayah yang masih menerapkan proses pernikahan kawin culik. c. Mengurus Perizinan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus mengetahui pihak yang berwewenang dalam memberikan izin pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengurus perizinan kepada prodi Ilmu Komunikasi yang ditujukan kepada Kepala Desa di Desa Rembitan sebagai pihak yang memiliki hak dalam perizinan pengambilan data. d. Menjajaki dan Menilai Lokasi Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian di lapangan maka peneliti harus melalukan tahap orientasi lapangan. Dalam hal ini peneliti mencoba memahami cara hidup masyarakat Desa Rembitan, memahami pandangan hidup masyarakat Desa Rembitan, dan mencoba mengenal keadaan lingkungan di Desa Rembitan. e. Memilih dan Memanfaatkan Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menentukan pasangan yang melakukan pernikahan kawin culik di Desa Rembitan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya sebagai informan. f. Mempersiapkan Perlengkapan Penelitian Sebelum melakukan penelitian di lapangan peneliti harus mempersiapkan alat tulis dan alat perekam untuk membantu proses pengumpulan data.

g. Persoalan Etika Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian di Desa Rembitan, peneliti harus mengetahui mengenai peraturan, norma, nilai sosial, adat, dan kebiasaan hidup masyarakat Desa Rembitan. Sehingga peneliti dapat mengatur etika dalam melaksanakan penelitian. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri Untuk memasuki pekerjaan di lapangan, peneliti harus memahami terlebih dahulu mengenai latar penelitian, menyesuaikan penampilan dengan adat di Desa Rembitan, dan melakukan hubungan baik dengan subjek-subjek yang akan dijadikan informan. b. Memasuki Lokasi Penelitian Pada saat di lapangan peneliti akan membentuk hubungan akrab dengan masyarakat di Desa Rembitan, peneliti mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat Desa Rembitan yaitu bahasa sasak, dan peneliti turut serta dalam beberapa kegiatan di Desa Rembitan. c. Berperan-Serta Sambil Mengumpulkan Data Dalam melakukan penelitian, peneliti akan mencatat data dan setiap bentuk informasi yang didapat peneliti dan peneliti akan turut serta berpartisipasi dalam proses upacara pernikahan kawin culik jika diberi kesempatan untuk menambah pendalaman penelitian. 3. Tahapan Analisis Data Peneliti melakukan proses analisis data di lapangan selama melakukan penelitian dan setelah itu melakukan proses analisis data secara intensif setelah data didapatkan.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti akan melaksanakan penelitian pada masyarakat suku sasak di Desa Rembitan, Lombok Tengah. 1.6.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian di lapangan dilaksanakan mulai bulan November 2014-Juni 2015. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Periode Penelitian No. Tahapan 1 Mencari Nov 2014 Des 2014 Jan 2015 Feb 2015 Bulan Mar 2015 Apr 2015 Mei 2015 Jun 2015 Informasi Awal (Pra-Penelitian) 2 Penyusunan Proposal Skripsi 3 Seminar Proposal Skripsi 4 Pengumpulan Data Primer 5 Pengumpulan Data Sekunder 6 Pengolahan Analisis Data 7 Sidang Skripsi Sumber: Olahan Peneliti, 2015