BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati serta dalam penelitian kualitatif mengungkap lebih dalam, menganalisis serta menggambarkan lebih lanjut tentang apa yang diteliti. Dan pada kesempatan ini peneliti akan melakukan penelitian tentang Pengambilan keputusan pada Dewasa yang melakukan konversi agama. Menurut Moleong (2000) dalam penggunaan metode kualitatif ada beberapa pertimbangan yang di pakai. Pertama, menyesuaikan motode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang di hadapi. Metode penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian karena data yang akan di ambil peneliti berupa data verbal dan bukan data angka, dimana dalam pendekatan kualitatif ini mempertimbangkan suatu peristiwa yang mempunyai makna dan arti tertentu yang tidak dapat di ungkapkan secara kuantitatif atau dengan angka-angka. Bila dalam penelitian nantinya di butuhkan data berupa angka, maka data tersebut hanya berfungsi sebagai data pendukung saja. 33
B. Unit Analisis 1. Defenisi Dewasa Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Hurlock mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. 2. Defenisi Konversi Agama Konversi agama merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya, Heirich (dalam Arifin, 2008) 3. Defenisi Pengambilan Keputusan Menurut Suharnan (2005), pengambilan keputusan adalah poses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta seseorang harus membuat prediksi kedepan, memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih, membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi prakiraan yang akan terjadi. C. Subjek Penelitian 1. Krtiteria Responden Penelitian sampel menggunakan cara purposive sampling, yaitu subjek penelitian tidak di tentukan secara acak atau random melainkan penentuan subjek penelitian di sesuaikan dengan kriteria yang 34
sebelumnya sudah di susun oleh peneliti dimana kriteria tersebut di sesuaikan dengan konsep permasalahan yang di teliti. Kriterianya adalah : a. Responden dalam penelitian ini adalah dewasa dini, madya dan usia lanjut yang telah berpindah ke agama Islam (mu allaf) dan tidak dibatasi asal agamanya. b. Dewasa Laki-laki dan perempuan c. Telah melakukan konversi agama pada 2 tahun terakhir 2. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah kota Medan dan sekitarnya. 3. Jumlah Responden Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2007), desain kualitatif memiliki sifat luwes, oleh sebab itu tidak ada aturan yang pasti dalam jumlah sampel yang harus diambil untuk penelitian kualitatif. Jumlah sampel sangat tergantung dengan apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Dalam penelitian ini, jumlah responden yang diteliti berjumlah 2 (dua) orang. D. Teknik Pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara, dan observasi. 1. Wawancara Banister dkk (dalam Poerwandari, 2007) menyatakan bahwa, wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan karena peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif 35
yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan lain. Selanjutnya wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktut, dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun menggunakan telepon (Sugiono, 2010). a. Wawancara Terstruktur Pada wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya selain membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan amterial lain yang dapat membantu dalam wawancara. b. Wawancara tidak Terstruktur Wawancara tidak terstruktur maksudnya adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. 2. Observasi Poerwandari (2007), observasi barangkali menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Observasi adalah suatu aktivitas dalam mengenal tingkah laku individu dan biasanya diakhiri dengan mencatat hal-hal yang penting dan merupakan studi yang dilakukan dengan sengaja dan 36
secara sistematis melalui proses pengamatan atau gejala-gejala spontan yang terjadi pada saat itu (Poerwandari, 2007). Banister dkk (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan bahwa observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah. Sedangkan menurut Patton (dalam Poerwandari, 2007) observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. E. Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data. Tahapan menganalisa data kualitatif menurut Poerwandari (2007), yaitu: 1. Organisasi Data Pengelolaan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan mengorganisasikan data dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin sehingga data-data menjadi terorganisasi untuk pengelolaan data selanjutnya. 2. Coding dan Analisis Langkah penting pertama adalah membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Coding dimaksudkan untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari, dengan demikian peneliti akan dapat menentukan makna dari data yang dikumpulkan. 3. Pengujian terhadap dugaan Dugaan adalah kesimpulan sementara dan dengan mempelajari 37
data, kita mengembangkan dugaan-dugaan yang merupakan kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang berkembang tersebut harus dipertajam dan diuji ketepatannya. 4. Hal-hal penting sebagai strategi analisis Patton (dalam Poerwandari, 2007) menjelaskan bahwa proses analisis dapat melibatkan konsep-konsep yang muncul dari jawaban atau kata-kata responden sendiri (indigenous concept). Kata-kata kunci dapat diambil dari istilah yang dipakai oleh responden sendiri, yang oleh peneliti dianggap benar-benar tepat dan dapat mewakili fenomena yang diajukan. 5. Tahapan Interpretasi Meskipun dalam penelitian kualitatif istilah analisis dan interpretasi sering digunakan bergantian, Kvale (dalam Poerwandari, 2007) mencoba membedakan keduanya. Menurutnya, interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasikan data melalui perspektif tersebut. Metode analisis dan interpretasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan organisasi data, koding dan analisis, pengujian terhadap dugaan, hal-hal penting sebagai strategi analisis, dan interpretasi data. Hal ini dilakukan sebagai upaya data yang diperoleh dapat diolah dengan benar. F. Kredibilitas Hasil Penelitian Hal penting yang dapat meningkatkan teknik pemantapan kredibilitas penelitian kualitatif adalah melakukan triangulasi. 38
Triangulasi mengacu bertujuan untuk mengambil sumber-sumber data yang berbeda, dengan cara berbeda, untuk memperoleh kejelasan mengenai suatu hal tertentu. Data dari berbagai sumber berbeda dapat digunakan untuk mengelaborasi dan memperkaya penelitian, dan dengan memperoleh data dari sumber berbeda, dengan teknik pengumpulan yang berbeda, maka peneliti dapat menguatkan derajat manfaat studi pada setting-setting berbeda pula (Marshall dalam Poerwandari, 2007). Selanjutnya Patton (dalam Poerwandari, 2007) menyatakan bahwa triangulasi dapat dibedakan, antara lain sebagai berikut : 1. Triangulasi data, yaitu digunakannya variasi sumber-sumber data yang berbeda. 2. Triangulasi Peneliti, yaitu disertakannya beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda 3. Triangulasi teori, yaitu digunakannya beberapa perspektif yang berbeda untuk menginterpretasi data yang sama 4. Triangulasi metode, yaitu dipakainya beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama. Untuk menjaga keajegan dan kesahihan dari penelitian, maka peneliti menggunakan triangulasi data. Triangulasi data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber, yaitu melalui responden dan informan. 39