BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dilengkapi dengan alat bajak singkal dan alat garu sisir (Sitompul, 1998).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TUGAS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu

PENDAHULUAN Latar Belakang

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

Iklim Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di zona

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

Proposal Masa Depan CONTOH PROPOSAL USAHA. Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya»

Chrisnanda Anggradiar NRP

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

BAB I PENDAHULUAN. permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

: pendampingan, vokasi, kelompok keterampilan, peternakan

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain yang terkait. Energi dimanfaatkan dalam berbagai bidang untuk menunjang berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi. Meskipun Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak dan gas, namun berkurangnya cadangan minyak, penghapusan subsidi menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan menjadi pilihan (Widodo, et al, 2005:289). Indonesia sebagai Negara agraris yang beriklim tropis memiliki sumber daya pertanian dan peternakan yang cukup besar. Sumber daya tersebut, selain digunakan untuk kebutuhan pangan juga dapat berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas (Rahayu, 2009:151). Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh suatu bakteri secara anaerob. Gas dari hasil fermentasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi. Biogas dapat menghasilkan energi karena mengandung gas metana (CH ₄), gas karbondioksida (CO ₂), dan gas-gas lain dalam jumlah yang terbatas. Selain menjadi energi alternatif, biogas juga dapat mengurangi permasalahan lingkungan, seperti polusi udara dan tanah. Kondisi tersebut sebenarnya merupakan peluang usaha untuk dijadikan bahan baku pembuatan biogas. Hasil dari pembuatan biogas dapat dijadikan sumber energi serta sisa keluaran berupa lumpur (sludge) dapat dijadikan pupuk siap pakai sehingga dapat menambah penghasilan bagi peternak sapi itu sendiri (Wahyuni, 2011:4). Biogas mulai diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1970. Namun, penggunaan biogas kurang berkembang karena tingginya penggunaan bahan bakar

2 minyak tanah dan tersedianya kayu bakar. Faktor lain yang mempengaruhi sangat lamban perkembangan biogas di Indonesia yaitu campur tangan pemerintah yang sangat minim sehingga perkembangan teknologi biogas di Indonesia kurang diminati oleh masyarakat. Namun, seiring perkembangan jaman dan teknologi pemerintah mencanangkan Program Desa Mandiri Energi yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan energi di masyarakat khususnya pedesaan. Program pemerintah tersebut merupakan salah satu cara memperkenalkan teknologi biogas kepada masyarakat sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan. Akan tetapi, pengembangan biogas bila ditinjau dari aspek sosiokultural penerapan teknologi baru kepada masyarakat merupakan suatu tantangan tersendiri, akibat rendahnya latar belakang pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki (Rahayu, 2009:151). Begitu juga dengan proses adopsi teknologi biogas. Banyak hal yang mempengaruhi masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk mengadopsi sebuah inovasi atau tidak. Hal ini lah yang menjadi salah satu bagian terpenting dalam proses adopsi inovasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi yaitu karakteristik teknologi, tipe/karakteristik pengambil keputusan, sistem sosial/karak- teristik lingkungan, saluran komunikasi dan usaha promosi. Karakteristik teknologi meliputi keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas dan observabilitas. Sementara karakteristik petani sebagai pengambil keputusan dipengaruhi oleh individu petani, kelompok tani dan penguasa. Karakteristik lingkungan sosial, saluran komunikasi dan usaha promosi dipengaruhi antara lain oleh toleransi terhadap perubahan, keberadaan organisasi petani, keberadaan sumber informasi, keberadaan pembina dan intensitas kerjasama antarpetani (Rogers, 1995 :10). Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Soekartawi (198 8:26) bahwa kecepatan adopsi teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (1) macam inovasi, (2) sifat dan ciri inovasi yang meliputi keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas dan obsevabilitas, (3) saluran komunikasi, (4) ciri sistem sosial, dan (5) kegiatan promosi. Penyebab para petani tidak mengadopsi teknologi karena seringkali teknologi yang direkomendasikan tidak menjawab masalah yang dihadapi petani

3 sasaran, teknologi yang ditawarkan sulit diterapkan petani dan mungkin tidak lebih baik dibandingkan dengan teknologi lokal yang sudah ada. Inovasi teknologi justru menciptakan masalah baru bagi petani karena kurang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, norma budaya, pranata sosial dan kebiasaan masyarakat setempat,. Penerapan teknologi membutuhkan biaya tinggi sementara imbalan yang diperoleh para petani sebagai adopter kurang memadai, sistem dan strategi penyuluhan yang masih lemah membuat penyuluh tidak mampu menyampaikan pesan dengan tepat, tidak informatif dan tidak dimengerti, serta ketidak pedulian petani terhadap tawaran teknologi baru, seringkali akibat pengalaman kurang baik di masa lalu dan telah merasa puas dengan apa yang dirasakan saat ini (Pretty, 1995:2). B. Perumusan Masalah. Menurut Soekartawi (2005 :15), adopsi inovasi merupakan sebuah proses pengubahan sosial dengan adanya penemuan baru yang dikomunikasikan kepada pihak lain, kemudian diadopsi oleh masyarakat atau sistem sosial. Proses adopsi merupakan proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai orang tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan, menggunakan) hal yang baru tersebut. Sedangkan inovasi adalah suatu ide yang dianggap baru oleh seseorang, dapat berupa teknologi baru, cara organisasi baru, cara pemasaran hasil pertanian baru dan sebagainya. Berbagai inovasi dalam bidang pertanian semakin berkembang, hal ini ditunjukkan dengan berbagai inovasi yang diperkenalkan kepada petani. Inovasi dalam bidang pertanian di antaranya adalah inovasi SRI ( System of Rice Intensification), teknologi traktor tangan, pengendalian hama penyakit, pemupukan berimbang, yang dapat dilihat secara langsung hasilnya pada saat panen. Biogas juga merupakan inovasi dari segi pertanian dan energi terbarukan. Berkembangnya usaha peternakan terutama dalam peningkatan produksi daging ternak dapat menghasilkan limbah kotoran ternak yang cukup banyak. Peningkatan produksi daging ternak sapi yang terjadi di Sumatera Barat, membuat provinsi ini berpotensi dalam mengembangkan inovasi biogas (Lampiran 1).

4 Salah satu bentuk inovasi biogas yang ada di Sumatera Barat adalah biogas kotoran sapi yang dibuat oleh seorang petani organik (Pak Mar ) Ketua Persatuan Petani Organik (PPO) Sumatera Barat dan Ketua Kelompok Tani Indah Sakato di Nagari Kasang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Jenis biogas yang dibuat oleh Pak Mar merupakan biogas yang berasal dari kotoran sapi. Alasan Pak Mar membuat inovasi biogas dari kotoran ternak ini adalah bermula pada timbulnya permasalahan mengenai harga elpiji yang melambung tinggi dengan ketersediaan elpiji yang tidak selalu ada, dan kelangkaan minyak tanah di Nagari Kasang. Kebutuhan masyarakat pedesaan akan bahan bakar minyak yang tidak selalu tersedia dan harganya yang mahal, membuat masyarakat melirik kawasan hutan terdekat untuk memanfaatkannya sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) berupa kayu bakar. Hal ini lah yang menjadi persoalan jika dibiarkan secara terus menerus akan dapat menimbulkan masalah baru yang berdampak pada fenomena alam yaitu bencana alam akibat penebangan pohon. Pada saat Pak Mar mendengar kabar bahwa di dalam kotoran ternak terdapat kandungan gas, maka hal ini pun menyebabkan munculnya rasa keingintahuan yang besar mengenai kandungan gas yang terdapat di dalam kotoran sapi tersebut. Setelah menemukan jawabannya, Beliau membuat rangkaian aliran biogas secara sederhana. Biogas merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan kelangkaan energi fosil yang terjadi di Nagari Kasang. Selain dapat mengurangi permasalahan yang dirasakan, biogas sebagai sumber energi alternatif memberikan manfaat ganda yaitu manfaat ekonomis dan manfaat lingkungan. Manfaat ekonomis yaitu dapat menghemat pengeluaran dengan membeli bahan bakar untuk keperluan sehari-hari,. Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, disamping itu produksi biogas juga menghasilkan sisa olahan kotoran ternak yang langsung dapat digunakan sebagai pupuk organik pada tanaman atau budidaya pertanian. Pemanfaatan ini lah yang telah dilakukan oleh Pak Mar dalam pengelolaan usahatani padi sawah organik sehingga penjualan dari padi organik tersebut dapat meningkatan pendapatan petani dengan harga jual padi organik yang relatif lebih mahal. Sedangkan

5 manfaat bagi lingkungan yaitu dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan penggunaan bahan alami yang tepat dari limbah biogas ini. Berdasarkan wawancara awal dengan Pak Mar, proses adopsi inovasi ini bermula pada saat dibentuknya sebuah acara oleh Dinas Pertanian di kediamannya pada tahun 2012. Acara tersebut dihadiri oleh Penyuluh Pendamping Lapangan (PPL) dan beberapa petani di Nagari Kasang. Pak Mar berperan sebagai penyuluh swadaya dari inovasi biogas yang Ia buat (Lampiran 2). Kemudian proses tersebut meluas dari satu petani ke petani lainnya di Nagari Kasang. Namun pada kenyataannya hanya terdapat 8 petani di Nagari Kasang yang mau mengadopsi inovasi ini, selebihnya terdapat beberapa petani yang berpotensi untuk mengadopsi inovasi seperti memiliki ternak serta modal yang cukup namun belum mau mengadopsinya dan ada pula beberapa petani yang benar-benar tidak mau mengadopsi inovasi ini. Keadaan seperti ini terjadi karena terdapat beberapa hal yang mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ini merupakan suatu tahapan penting dalam proses adopsi inovasi. Dari uraian diatas, maka timbul pertanyaan yang perlu dijawab yaitu : 1. Bagaimana proses pembuatan biogas di Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai? 2. Bagaimana proses adopsi inovasi biogas yang terjadi di Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai? 3. Apa saja faktor-faktor yang diidentifikasi mempengaruhi perbedaan petani dalam adopsi inovasi biogas di Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai? Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul Proses Adopsi Inovasi Biogas Sebagai Sumber Energi Alternatif Di Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan proses pembuatan biogas di Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai

6 2. Mendeskripsikan proses adopsi inovasi biogas yang terjadi di Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan petani dalam adopsi inovasi biogas di Nagari Kasang Kecamatan Batang Anai D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah 1. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang lebih baik bagi akademisi tentang proses adopsi inovasi biogas, proses pembuatan biogas serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang harus ditempuh sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) di Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 3. Bagi Pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pertanian pada masa yang akan datang yang kaitannya untuk pembangunan pertanian yang lebih berpihak pada peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) petani yang lebih baik.