Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

PENGARUH KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEBUGARAN FISIK PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI, ASAM FOLAT, VITAMIN B 12 DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWA DI SMP NEGERI 2 TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 2 MODEL PALU

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Asupan Energi, Asupan Protein, Status Gizi, Pelajar SMP

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

ABSTRAK. Kata Kunci: Asupan Energi, Frekuensi Antenatal Care, Ketaatan Konsumsi Tablet Fe, Anemia

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

keywords: tea consumptions, hemoglobin levels, vocational students

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci: Asupan Zat Besi, Kadar Hemoglobin, Anak Usia 1-3 Tahun

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi :

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI


Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang gizi terhadap Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Ratih Puspitasari 1,Ekorini Listiowati 2

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI SD. NEGERI NO SUKA MAKMUR KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

Keywords: Anemia, Social Economy

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Asupan Zat Besi, Protein dan Vitamin C Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Anemia pada Siswi di MTS Al- Amin Martapura Kabupaten Banjar Tahun 2013

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (FE) DI KECAMATAN TARERAN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 4 DAN 5 SD

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut

Kecamatan Bunaken Kepulauan Kota Manado.

Tuti Rahmawati Prodi S1 Gizi, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

KONSUMSI SAYURAN-BUAH DAN KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTERI DI PESANTREN IBADURRAHMAN, TANGERANG

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258)

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN INDEKS KESEGARAN KARDIOVASKULER PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN KOTA MANADO

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI 1 Shanon G. Matayane 2 Alexander S. L Bolang 2 Shirley E. S Kawengian 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: shanonensha@gmail.com Abstract: Hemoglobin is the oxygen-carrying compound in red blood cells. Someone hemoglobin level scan be affected by several other factors: age, gender, systemic disease and diet. Nutrient intake plays a role in the formation of redblood cells. Disruption of the formation of redblood cells could be due to lack of food consumed contains essential nutrients such as iron, folic acid, vitamin B12, protein, vitamin C and other important nutrients. This study aims to determine the relation ship between the intake of protein and iron in hemoglobin level student of medical education force in 2013 Sam Ratulangi University School of Medicine. The design is an analytical study using cross-sectional approach. The study sample is determined and carried out systematic random sampling proportional to the gender of men and women and who met the inclusion criteria sample amounted to75 people. Data were collected through questionnaires and food recall by measuring hemoglobin levels, then the data were analyzed using the Spearman rank test. Protein intake is less 52.0%, 16.0% protein and enough protein intake over 32.0%. Iron intake less than 98.7% and 1.3% more protein intake. Normal hemoglobin levels of 93.3% and 6.7% is not normal. Conclusion: The results of the study with Spearman rank test for protein and hemoglobin levels obtained p- value is 0.138 (p>α=0.05) which means that there is no significant relationship between iron intake with hemoglobin levels. For intake of iron and hemoglobin levels obtained p value is 0.198 (p>α=0.05), which means there is nosignificant relationship between iron intake with hemoglobin levels. Keywords: Proteinintake, intake ofiron, Hemoglobin. Abstrak: Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Kadar hemoglobin seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain: usia, jenis kelamin, penyakit sistemik dan pola makan. Asupan zat gizi berperan dalam pembentukan sel darah merah. Terganggunya pembentukan sel darah merah bisa disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi penting seperti besi, asam folat, vitamin B12, protein, vitamin C dan zat gizi penting lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Rancangan penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini ditentukan secara systematic random sampling dan dilakukan proposional untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan sampel yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 75 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner food recall dan melalui pengukuran kadar hemoglobin, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji spearman rank. Asupan protein yang kurang 52,0%, asupan protein cukup 16,0% dan asupan protein

lebih 32,0%. Asupan zat besi kurang 98,7% dan asupan protein lebih 1,3%. Kadar hemoglobin normal 93,3% dan 6,7% tidak normal. Simpulan: hasil penelitian dengan uji spearman rank untuk asupan protein dan kadar hemoglobin diperoleh nilai p yaitu 0,138 (p>α=0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Untuk asupan zat besi dan kadar hemoglobin diperoleh nilai p yaitu 0,198 (p>α=0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Kata kunci: Asupan Protein, Asupan Zat Besi, Hemoglobin. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembwa oksigen pada darah. 1 Kadar hemoglobin seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: usia, jenis kelamin, penyakit sistemik 2 dan pola makan. Kadar hemoglobin dalam tubuh harus pada nilai yang normal. Apabila kadar hemoglobin menurun akan mengakibatkan terjadinya anemia. Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari normal, anemia juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran/jumlah eritrosit atau kandungan 3 hemoglobin. Anemia merupakan masalah kesehatan dan memiliki prevalensi yang tinggi di berbagai negara di dunia. Data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia menunjukan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi usia pra sekolah 47,4%, usia sekolah 25,4%, 4 wanita usia subur 41,8% dan pria 12,7%. Asupan zat gizi berperan dalam pembentukan sel darah merah. Asupan zat gizi yang tidak mencukupi dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Padahal umur sel darah merah di dalam darah harus selalu dipertahankan cukup banyak. Terganggunya pembentukan sel darah merah bisa disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi terutama zat-zat gizi penting seperti besi, asam folat, vitamin B12, protein, vitamin C 5 dan zat gizi penting lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Teti di Asrama SMAN Tinggi Moncong menunjukan bahwa ada 92,8% siswa memiliki rata-rata asupan protein lebih dan 52,6% siswa memiliki 6 rata-rata asupan zat besi kurang. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional dan dilaksanakan di Manado selama bulan September 2013 Januari 2014. Sampel penelitian ini ditentukan secara systematic random sampling dan dilakukan proposional untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan sampel yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 75 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner food recall dan melalui pengukuran kadar hemoglobin, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji spearman rank. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin, jenis kelamin perempuan memiliki distribusi tertinggi yaitu sebesar 65% sedangkan lakilaki sebesar 35%. Berdasarkan umur, responden dengan umur 18 tahun memiliki distribusi tertinggi yaitu sebesar 67%. Responden yang tinggal dengan orang tua dan kos memiliki distribusi yang hampir sama, dimana yang tinggal dengan orang tua sebesar 52% dan kos sebesar 48%. Berdasarkan pekerjaan orang tua responden, ayah responden yang bekerja sebagai PNS memiliki distribusi tertinggi yaitu sebesar 47%, sama halnya ibu responden yang bekerja sebagai PNS sebesar 45%.

Matayane, Bolang, Kawengian; Hubungan antara Asupan Protein dan Zat Besi... Asupan Protein Distribusi responden terhadap asupan protein dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan distribusi responden terhadap asupan protein menunjukan bahwa responden dengan asupan protein kurang memiliki distribusi tertinggi pada penelitian ini yaitu sebesar 52% dan responden dengan asupan protein cukup memiliki distribusi paling rendah yaitu sebesar 16%. Tabel 1. Distribusi responden terhadap asupan protein Asupan Protein Semua Responden N % Kurang 39 52 Asupan Protein Cukup 12 16 Lebih 24 32 Asupan Zat Besi Distribusi responden terhadap asupan zat besi dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan distribusi responden terhadap asupan zat besi menunjukan bahwa responden dengan asupan zat besi kurang memiliki distribusi tertinggi pada penelitian ini yaitu sebesar 98,7% dan responden dengan asupan protein cukup memiliki distribusi paling rendah yaitu sebesar 0%. Tabel 2. Distribusi responden terhadap asupan zat besi Asupan Zat Besi Semua Responden N % Kurang 74 98,7 Asupan Zat Besi Cukup 0 0 Lebih 1 1,3 Kadar Hemoglobin Distribusi responden terhadap status hemoglobin dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan distribusi responden terhadap status hemoglobin menunjukan bahwa responden dengan status hemoglobin normal memiliki distribusi tertinggi pada penelitian ini yaitu sebesar 93,3% dan responden dengan status hemoglobin tidak normal memiliki distribusi paling rendah yaitu sebesar 6,7%. Tabel 3. Distribusi responden terhadap status hemoglobin Status Hemoglobin Normal Tidak normal Semua Responden N % 70 93,3 5 6,7 Hubungan Antara Asupan Protein Dan Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin Distribusi responden terhadap status hemoglobin berdasarkan asupan protein dapat dilihat pada Tabel 4. Responden dengan asupan protein kurang yang memiliki status hemoglobin normal memiliki distribusi tertinggi yaitu sebesar 92,3% sama halnya status hemoglobin tidak normal yang juga didominasi oleh responden dengan asupan protein kurang yaitu sebesar 7,7%. Distribusi responden terhadap status hemoglobin berdasarkan asupan zat besi dapat dilihat pada Tabel 5. Responden dengan asupan zat besi kurang yang memiliki status hemoglobin normal memiliki distribusi tertinggi yaitu sebesar 93,2% sama halnya status hemolgobin tidak normal yang juga didominasi oleh responden dengan asupan zat besi kurang yaitu sebesar 6,8%. Hasil uji spearman rank, hubungan asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kadar hemoglobin dimana nilai r = 0,173 dan p = 0,138 > α = 0,05. Asupan zat besi dengan kadar hemoglobin juga menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna dimana nilai r = 0,150 dan p = 0,198 >α = 0,05

Tabel 4. Distribusi responden terhadap status hemoglobin berdasarkan asupan protein Status Hemoglobin Asupan Protein Normal Tidak normal Total n % N % n % Kurang Cukup Lebih 36 92,3 3 7,7 39 100 12 100 0 0 12 100 22 91,7 2 8,3 24 100 Tabel 5. Distribusi responden terhadap status hemoglobin berdasarkan asupan zat besi Status Hemoglobin Asupan Zat Besi Normal Tidak normal Total n % N % n % Kurang Cukup Lebih 69 93,2 5 6,8 74 100 0 0 0 0 0 0 1 100 0 0 1 100 Tabel 6. Hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin Variabel Penelitian R p Asupan Protein Kadar Hemoglobin 0,173 0,138 Asupan Zat Besi Kadar Hemoglobin 0,150 0,198 BAHASAN Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki asupan protein kurang yaitu 52,0%. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Sadli Umasangaji tahun 2012 pada anggota klub tenis meja di Ternate yang menunjukan bahwa untuk asupan protein, sebagian besar responden memiliki asupan protein kurang yaitu sebesar 90,9%. 7 Sementara itu, penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Muchlisa, Citrakesumasari dan Rahayu Indriasari tahun 2013 pada remaja fakultas kesehatan masyarakat di Makasar yang menunjukan bahwa 66,9% responden memiliki asupan protein yang cukup sedangkan responden yang asupan proteinnya kurang sebanyak 8 33,1%. Asupan protein harus dalam batasan yang cukup. Asupan protein yang cukup menunjukan bahwa konsumsi lauk pauk pada umumnya baik karena protein disuplai dari lauk pauk baik hewani maupun nabati. Konsumsi makanan sumber protein dalam jumlah yang cukup setiap hari seperti ikan, daging ayam, telur, tempe dan tahu. Kekurangan protein akan berdampak terhadap pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan tubuh menurun, lebih rentan terhadap penyakit, serta daya kreativitas dan daya kerja menurun. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak 8,9 darah, kenaikan ureum darah dan demam. Sebagian responden memiliki asupan zat besi kurang mendominasi pada penelitian ini yaitu sebesar 98,7% dan hanya 1,3% memiliki asupan zat besi lebih. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fany, Salmiah dan Pakhri pada siswa Smu di Sulawesi Selatan yang menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki asupan zat besi kurang

Matayane, Bolang, Kawengian; Hubungan antara Asupan Protein dan Zat Besi... yaitu sebanyak 99,1% dan hanya 0,9% 10 responden memiliki asupan zat besi lebih. Tingginya presentase asupan zat besi kurang pada remaja disebabkan kurangnya mengkonsumsi makanan sumber zat besi. Zat besi sangat penting bagi kaum remaja karena pertumbuhan yang cepat menyebabkan volume darah meningkat, demikian pula masa otot dan enzim-enzim. Pengaruh defisiensi zat besi terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan alat transport oksigen yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada remaja telah ditunjukan adanya hubungan erat antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun. Defisiensi zat besi, secara prinsip dapat diatasi antara lain dengan perubahan kebiasaan makan, karena anemia pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi dari makanan dan rendahnya bioavailibitas zat besi yang dikonsumsi, peningkatan kualitas menu makanan merupakan salah satu cara untuk 8,10 meningkatkan asupan zat besi. Hasil penelitian untuk kadar hemoglobin menunjukan bahwa sebagian responden memiliki kadar hemoglobin normal yaitu 93,3% dan 6,7% memiliki kadar hemoglobin tidak normal. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Chusnul, Amalia dan Lisma pada remaja di Panarukan yang menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin normal yaitu sebanyak 91,7% dan 8,3% memiliki kadar 11 hemoglobin tidak normal. Responden yang memiliki kadar hemoglobin tidak normal akan berdampak pada status imunitas dan fungsi kognitifnya. Kadar hemoglobin tidak normal sering disebut sebagai anemia. Anemia pada kelompok remaja dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain menurunkan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan 11 kerja fisik dan prestasi belajar. Analisis uji statistik pada penelitian ini menunjukan bahwa asupan protein tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kadar hemoglobin pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan nilai p = 0,138. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Utami, Nelly dan Julia pada anak sekolah dasar di Kabupaten Bolaang yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan 12 kejadian anemia. Kecukupan protein seseorang dipengaruhi oleh berat badan, usia dan mutu protein dalam pola konsumsi pangannya. Mutu protein makanan ditentukan salah satunya komposisi dan jumlah asam amino esensial. Protein hewani mengandung asam amino lebih lengkap dan banyak dibanding pangan nabati, karena itu protein hewani mempunyai mutu protein yang lebih baik dibandingkan protein 13 nabati. Analisis uji statistik pada penelitian ini menunjukan bahwa asupan zat besi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kadar hemoglobin pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan nilai p = 0,198. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Utami, Nelly dan Julia pada anak sekolah dasar di Kabupaten Bolaang yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan 12 kejadian anemia. SIMPULAN Asupan protein yang kurang sebesar 52,0%, asupan protein cukup 16,05 dan asupan protein lebih sebesar 32,0%. Asupan zat besi kurang sebesar 98,7% dan hanya 1,3% responden yang memiliki asupan zat besi lebih. Kadar hemoglobin normal sebesar 93,3% dan 6,7% responden memiliki kadar hemoglobin tidak normal. Tidak terdapat hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. SARAN

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, maka penulis memberikan saran, sebaiknya perlu diperhatikan asupan makanan khususnya asupan protein dan zat besi. Juga perlu mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi dan seimbang karena asupan zat gizi mempunyai peran penting bagi tubuh. Pada penelitian selanjutnya diharapkan jumlah sampel dapat diperbanyak agar lebih dapat menggambarkan hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin serta melakukan penelitian lebih lanjut tentang asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin yang berhubungan dengan faktor-faktor lain. DAFTAR PUSTAKA 1. I Dewa Nyoman Supariasa,dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC; 1995 2. Thobib S. Perbedaan Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Yang Melakukan Olahraga Futsal Pada Siang Hari Dan Malam Hari. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawtan Universitas Jenderal Soedirman; 2012 3. Muhammad Nur. Pengaruh suplementasi Fe terhadap kadar haemoglobin dan prestasi belajar anak sekolah dasar di Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis. Universitas Sumatera Utara; 2010 4. WHO [World Health Organization]. 2008. Worldwide Prevalence of Anemia1993-2005 5. Zarianis. The effect of iron-vitamin c and vitamin c supplementation on hemoglobin level of anemic elementary school children at sayung subdistrict demak district. (Tesis). Semarang. Universitas Diponegoro; 2006 6. Amelia R A, Aminuddin Syam, St Fatimah. Hubungan asupan energi dan zat gizi dengan status gizi santri putri yayasan pondok pesantren hidayatullah Makasar Sulawesi Selatan. Program Studi Ilmu Gizi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanudin Makasar; 2013 7. Umasangaji Sadli M. Hubungan antara asupan energi protein, status gizi dengan kesegaran jasmani pada anggota klub tenis meja satelit dan salero star kota Ternate. Karya Tulis Ilmiah. Jurusan gizi. Politeknik Kesehatan. Ternate; 2012 8. Muchlisa, Citrakesumasari, Indriasari R. Hubungan asupan zat gizi dengan status gizi pada remaja putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar tahun 2013. Program studi ilmu gizi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanudin; 2013 9. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2009 10. Fanny L, Salmiah, Pahkri A. Tingkat asupan zat gizi dan status gizi iswa smu pgri Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Media gizi pangan. IX edisi 1, 15-19 11. Chusnul C, Ruhana A, Lisma M. Hubungan antara tingkat konsumsi makanan berserat dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di Kecamatan Panarukan. Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran Universitas 12. Sri Utami, Nelly M, Julia R. Hubungan asupan zat gizi dengan kejadian anemia pada anak sekolah dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. ejournal keperawatan. 2013; 1 13. Hardinsyah, Riyadi H, Napitupulu V. Kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB. Departemen Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012