PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaan pada

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

Peningkatan Ketrampilan Siswa Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Terbimbing Pada Siswa Kelas III SDN Paranonge

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Guru yang secara langsung bertanggung jawab terhadap bagaimana cara

Peningkatan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Siswa Kelas V SDN Uekambuno 2 melalui Metode Diskusi

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Ernawati Setiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MEMBACAKAN NASKAH BERITA MENGGUNAKAN STRATEGI PRACTICE-REHEARSAL PAIRS

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai perkembangan intelektual, sosial dan emosional

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK HURUF TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu:

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT DI MI AL ISLAM KALISALAK KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS DALAM PROSES PEMBELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 001 RIMBA SEKAMPUNG DUMAI

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA SISWA KELAS X SMK SETIA BAKTI GARUT TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkesimbungan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua

Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG BENDA-BENDA LANGIT. Sri Utami Ningtiyanti

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA STANDAR

PENGARUH MEDIA KARTU HURUF HIJAIYYAH TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYYAH DI KELOMPOK B TK 1 AL-KHAIRAAT KASIMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor salah

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Mire Melalui Penggunaan Media Gambar Seri

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V A SDN KALIJOSO SECANG MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Siswa Kelas IV SD Inpres Pandanwangi Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai Melalui Media Gambar Denah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL. Oleh : ENGRIPIN Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

Penerapan Model Pembelajaran Bermain Peran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN Randomayang

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa*

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SDN 2 Donggulu Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Pemberian Tugas Individu Di Kelas IV

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

Ritna. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PAI MATERI PUASA MELALUI STRATEGI LEARNING TOURNAMENT

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu materi keilmuan dari pendidik kepada terdidik. Proses membelajarkan ini

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

Penggunaan Media Kartu (Flash Card) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Mutasi bagi Peserta Didik Kelas XII

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk. ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

Sri Sunarti. Sri Sunarti SD Negeri 1 Pakis

Transkripsi:

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU Suhrianati Sekolah Dasar Negeri Mabu un Murung Pudak Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan aktiivtas dan kemampuan membaca permulaan siswa dengan menggunakan media pembelajaran kartu bergambar. Media gambar ini menarik bagi siswa karena dari media tersebut banyak tema yang dapat dipilih untuk dikembangkan dan semua siswa memperoleh kesempatan yang sama selain itu mereka mendapatkan pengalaman yang berharga dan secara tidak langsung dapat meningkatkan minat mereka terhadap pembelajaran membaca. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan setting siswa kelas IC SDN Mabu un berjumlah 38 orang siswa yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 dengan alat pengumpul data berupa lembar observasi dan tes, yaitu mengobservasi kegiatan belajar mengajar, mengobservasi aktivitas siswa, dan lembar soal. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dengan menggunakan skala persentasi dan indikator ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media kartu bergambar dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan membaca permulaan siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas guru, siswa dan kemampuan membaca permulaan siswa disetiap pertemuan pada setiap siklusnya. Hasil persentase aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan 1 ratarata 57% dengan kategori cukup meningkat pada pertemuan 2 menjadi 67% dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 76% meningkat pada pertemuan 2 menjadi 84% dengan kategori sangat baik. Hasil kemampuan membaca siswa pada siklus I pertemuan 1 dengan rata-rata 60 meningkat pada pertemuan 2 menjadi 63. Pada siklus II pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 75 dan meningkat pada pertemuan 2 mencapai 80 dengan ketuntasan klasikal 95%. Dengan demikian penggunaan media pembelajaran kartu bergambar dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas IC SDN Mabu un. Kata Kunci: Aktivitas, Kemampuan Membaca Permulaan, Media Kartu Bergambar, Siswa Kelas Satu PENDAHULUAN Membaca permulaan merupakan tahap awal dari proses belajar bahasa yang diajarkan di kelas rendah yaitu kelas 1 dan kelas 2. Menurut Badudu (2003:131) tujuan membaca permulaan di kelas I adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas I. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses pembelajaran. Peranan guru kelas I memegang peranan penting dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini maka anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar yang utama tidak saja bagi pengajaran Bahasa Indonesia sendiri, akan tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. Saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai guru yang profesional. Masih banyak yang melalaikan tugas sebagai guru. Guru hanya bertugas menyelesaikan target materi dalam kurikulum setiap akhir semester atau setiap tahun. Namun, tidak memperhatikan masih terdapat ketidakseimbangan antara target kurikulum dengan daya serap yang dicapai peserta didik. Guru kurang mengenal siswa secara menyeluruh sehingga tidak bisa membedakan antara siswa yang lemah dengan siswa yang pandai dalam menerima pelajaran. Pembagian tugas mengajar kelas harus betul-betul sesuai kemampuan guru, khususnya guru kelas I harus guru yang bisa mengenal siswa secara keseluruhan. Berdasarkan data dari hasil analisis 37

evaluasi pada tahun pelajaran yang lalu dimana kemampuan membaca siswa kelas 1C masih rendah. Dari jumlah siswa 36 orang hanya 20 orang yang kemampuan membacanya sudah baik. Ada beberapa faktor penghambat dari siswa yang diduga menyebabkan mereka sulit membaca yaitu tingkat kemampuan siswa yang beraneka ragam, sehingga kemampuan menerima pelajaran dari guru juga beragam. Ada yang cepat, sedang, dan lambat dalam menerima. Minat atau usaha siswa dalam mengikuti pelajaran juga beragam. Ada yang giat belajar, seenaknya belajar, bahkan ada yang malas belajar. Serta kurang adanya kesiapan siswa dalam memasuki jenjang SD dan mereka sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Selain itu media pembelajaran kurang dimanfaatkan secara optimal. Kemampuan membaca dan menulis, khususnya kemampuan membaca harus segera dikuasai oleh para siswa kelas 1C di SDN Mabu un karena kemampuan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajarmengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Nuryati (2007:1) mengemukakan bahwa pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara memberikan pembelajaran dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran. Kartu bergambar merupakan suatu media pembelajaran yang sesuai untuk membaca permulaan. Melalui media ini anak-anak akan tertarik untuk belajar membaca dan mendukung terciptanya suatu pembelajaran yang menyenangkan. Yaitu melalui alat peraga visual yang memiliki gambar-gambar yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Sehingga kata-kata yang masih abstrak dapat divisualisasikan melalui media gambar. Media pembelajaran kartu bergambar temasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual. Selain itu media pembelajaran kartu bergambar juga berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau memperjelas fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Tujuan Penelitian untuk mengetahui peningkatan aktivitas guru, siswa dan kemampuan membaca permulaan permulaan dengan menggunakan media pembelajaran kartu bergambar di kelas IC SDN Mabu un tahun pelajaran 2013/2014. TINJAUN PUSTAKA Kajian tentang Aktivitas dan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Menurut Syailendra (2009:55) aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Banyak jenis aktivitas yang bisa dilakukan siswa di sekolah, aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti lazim terdapat di sekolah - sekolah yang menggunakan pendekatan konvensional (tradisional). Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2006:67) bahwa: Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik. Senada dengan hal diatas, Gie (dalam Djamarah, 2006:77) mengatakan bahwa: Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2009:623) berasal dari kata mampu yang berarti bisa atau 38

sanggup. Kemampuan dapat diidentifikasi sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri. Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses belajar mengajar kemampuan awal siswa dapat menjadi titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru. Menurut Putri (2009:28), mampu berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu); dapat; berada; kaya; mempunyai harta berlebih. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut Chaplin (dalam Mangkunegara, 2000:44) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins (dalam Mangkunegara (2000: 57) Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Menurut Robbins (dalam Mangkunegara, 2000:61) kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu 1) Kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, 2) Kemampuan fisik (physical intellectual), merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik. Menurut Hodgson (dalam Tarigan, 2004:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media katakata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca tidak terlaksana dengan baik. Menurut Anderson (dalam Tarigan, 2004:7) dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan bacaan sandi (a recoding and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Winiasih (2009:31) mengemukakan bahwa pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi aktif, dan interaksi dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat, fakta, dan informasi yang tertuang dalam teks bacaan. Informasi yang terdapat dalam bacaan merupakan informasi yang kasat mata atau dapat disebut dengan sumber informasi visual. Pengetahuan dasar yang sebelumnya telah dimiliki pembaca merupakan informasi yang tersimpan dalam memori otak/pikiran pembaca atau dapat disebut dengan sumber informasi nonvisual. Kedua macam sumber informasi tersebut perlu dimiliki secara berimbang oleh pembaca. Artinya kemampuan mengenal informasi visual perlu diikuti dengan pengetahuan dasar yang diperlukan untuk memahami suatu teks bacaan. Demikian pula sebaliknya, pengetahuan dasar yang telah dimiliki perlu dilanjutkan dengan kemampuan memahami informasi visual yang ada pada teks bacaan. Wiryodijoyo (2009:78) belajar membaca adalah proses yang berbeda karena melibatkan belajar tentang simbol system (menulis) yang digunakan untuk mewakili berbicara. Sebelum anak-anak mulai belajar untuk mengasosiasikan bentuk tertulis dengan mengucapkannya, mereka perlu belajar kosakata, tata bahasa dan sistem suara lisan bahasa. Penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan dekat antara kosakata lisan dan kemampuan membaca awal. Kemampuan untuk mengatur pengucapan seseorang dalam kata (fonologi dan fonemis) juga merupakan keterampilan lisan yang terkait erat dengan kemampuan membaca. Kemampuan membaca dipengaruhi oleh bahasa lisan anak. Setelah anak menguasai bahasa lisan kemudian dikenalkan pada simbol-simbol tulisan yang dapat dibaca. Melalui proses tersebut anak dapat belajar membaca. Menurut Akhadiah (dalam Wahono, 2009:47) bahwa pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca 39

permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan dalam membaca permulaan tersebut bersifat saling berkesinambungan, pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan. Pembelajaran membaca permulaan di SD mempunyai nilai yang strategis bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa. Pengajaran membaca permulaan di kelas I dibagi menjadi dua tahap yaitu membaca permulaan tanpa buku dan membaca permulaan dengan buku. Membaca permulaan tanpa buku diberikan dengan pertimbangan agar siswa yang baru masuk sekolah tidak langsung dibebani dengan masalah-masalah yang memberatkan dirinya. Media Pembelajaran Kartu Bergambar Sadiman dkk (2006:6) menjelaskan kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima inforrmasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran. Media Kartu Bergambar Menurut Angkowo dan Kosasih (2007:26) media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat. Menurut Sadiman dkk (2006:29) media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Dia menggunakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di manamana. Menurut Sadiman dkk (2006:35) kelebihan media gambar adalah (1) Sifatnya kongkrit. Gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata; (2) Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Untuk itu gambar dapat mengatasinya; (3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; (4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman. METODOLOGI Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan pendekatan kualitatif dalam rangka meningkatkan aktivitas dan kemampuan membaca permulaan siswa kelas IC SDN Mabu un. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IC SDN Mabu un Kecamatan Murung Pudak tahun pelajaran 2013/2014 pada semester genap dengan jumlah siswa 38 orang. Yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan observer menunjukkan aktivitas guru berada pada kategori baik pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 dengan kenaikan sebesar 8% dan pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 meningkat menjadi kategori sangat baik dengan kenaikan sebesar 10% yang diberikan pada Diagram 1 presentase aktivitas guru. Meningkatnya aktivitas guru menunjukkan bahwa guru sudah mampu melakukan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran katu bergambar seperti yang diharapkan. 40

Digram 1. Persentase Aktivitas Guru Siklus I dan II. Selanjutnya hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa pada Siklus I pertemuan 1 dan 2 persentasi rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan 10% meningkat lagi pada siklus II pertemuan 1 sebesar 9% yang pada Diagram 2. Meningkatnya aktivitas siwa dapat diartikan bahwa siswa sudah aktif dan termotivasi mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran kartu bergambar seperti yang diharapkan. 100 80 60 100 40 20 0 50 0 Siklus I 57 Siklus I 70 67 78 Siklus II 76 Gambar 2. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I dan II. Berdasarkan data hasil belajar siswa berupa kemampuan membaca siklus I pertemuan 1 dengan rata-rata nilai 60. Siswa yang mengikuti tes berjumlah 38 orang dengan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah 20. Siswa yang memperoleh nilai 100 sebanyak 2 orang, nilai 90 sebanyak 1 orang, nilai 70 ada 20 orang, nilai 60 ada 2, orang nilai 50 ada 4 orang, dan nilai 40 ada 4 orang siswa, nilai 30 ada 1 orang, dan nilai 20 ada 4 orang. Selanjutnya dianalisis dan diketahui masih ada 15 orang siswa (39%) yang tidak tuntas (berada di bawah KKM 66) dan dilanjutkan pada pertemuan kedua dengan 83 Siklus II 93 84 rata-rata nilai 63. Siswa yang mengikuti tes berjumlah 38 orang dengan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah 20. Siswa yang memperoleh nilai 100 sebanyak 2 orang, nilai 90 sebanyak 1 orang, nilai 80 ada 1 orang, nilai 70 ada 23 orang, nilai 60 ada 1, orang nilai 50 ada 2 orang, nilai 40 ada 5 orang siswa, dan nilai 20 ada 1 orang dan selanjutnya dianalisis dan diketahui masih ada 11 orang siswa (29%) yang tidak tuntas (berada di bawah KKM 66). Oleh karena itu perlu dilanjutkan pada siklus II. Data hasil belajar siswa berupa kemampuan membaca siklus II pertemuan 1 dengan rata-rata nilai 75. Siswa yang mengikuti tes berjumlah 38 orang dengan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah 50. Siswa yang memperoleh nilai 100 sebanyak 3 orang, nilai 90 sebanyak 6 orang, nilai 80 ada 4 orang, nilai 70 ada 20 orang, nilai 60 ada 3 orang, dan nilai 50 ada 2 orang dengan hasil analisis dan diketahui masih ada 5 orang siswa (13%) yang tidak tuntas (berada di bawah KKM 66) sehingga perlu dilanjutkan pada pertemuan kedua dengan data hasil belajar siswa berupa kemampuan membaca siklus II pertemuan 2 dengan rata-rata nilai 80. Siswa yang mengikuti tes berjumlah 38 orang dengan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah 60. Siswa yang memperoleh nilai 100 sebanyak 9 orang, nilai 90 sebanyak 2 orang, nilai 80 ada 9 orang, nilai 70 ada 16 orang, nilai 60 ada 2 orang dengan hasil analisis diketahui masih ada 2 orang siswa (5%) yang tidak tuntas (berada di bawah KKM 66). Secara klasikal berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa telah menujukkan peningkatan dan telah memenuhi indikator penelitian. Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II No Hasil Siklus I Siklus II Belajar 1 Rata-rata 60 63 75 80 2 Nilai Tertinggi 100 100 100 100 3 Nilai Terendah 20 20 50 60 4 Siswa yang tuntas 23 27 33 36 5 Siswa yang tidak tuntas 15 11 5 2 6 Ketuntasan Klasikal 61% 71% 87% 95% Hasil analisis terhadap hasil akhir kegiatan pembelajaran secara umum menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dalam upaya meningkatkan aktivitas dan 41

kemampuan membaca permulaan pertemuan 1 dan 2 pada siklus I sampai ke pertemuan 1 dan 2 pada siklus II mengalami peningkatan hngga melampaui indikator keberhasilan penelitian. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat meyakinkan peneliti bahwa penggunaan media pembelajaran kartu bergambar yang digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan membaca permulaan siswa. SIMPULAN DAN SARAN Penggunaan media pembelajaran kartu bergambar dapat meningkatkan aktivitas guru, siswa, dan kemampuan membaca permulaan dalam pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan di kelas IC SDN Mabu un. Media kartu bergambar hendaknya dapat lebih divariasikan lagi karena dapat membuat siswa lebih rajin belajar membaca sehingga kemampuan membaca permulaan dapat terus ditingkatkan. Selain itu siswa akan lebih aktif dan kreatif dalam belajar membaca dengan peranan media pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Angkowo, R., & Kosasih, A. (2007). Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Gramedia Badudu. (2003). Strategi Membaca Permulaan. Surabaya: Greisinda Press. Depdikbud. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, S. B. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa. Mangkunegara. (2000). Membaca Pemahaman. Bandung: Angkasa. Nuryati, S. (2007). Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa di Kelas Awal Sekolah Dasar. Surabaya: Greisinda Press. Putri, I. (2009). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Sadiman, A. S. dkk. (2006). Media Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Syailendra. (2009). Cara Membangkitkan Aktivitas Anak Usia Dini. Surabaya: Greisinda Press. Tarigan, H. G. (2004). Keterampilan Berbahasa. Surabaya: Greisinda Press. Wahono. (2009). Membaca Permulaan. Bandung: Angkasa. Winiasih. (2009). Diagnosis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa SD/MI Melalui Analisis Reading Readiness. Surabaya: Greisinda Press 42