BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V PENUTUP. beberapa kesimpulan yang akan penulis uraikan. 1. Perhitungan Awal Waktu Salat dalam Aplikasi Digital Falak

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS TERHADAP URGENSI KETINGGIAN TEMPAT DALAM FORMULASI PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

BAB IV UJI FUNGSIONALITAS, VALIDITAS, KOMPARASI, DAN EVALUASI PERHITUNGAN WAKTU SALAT PADA ISLAMIC ASTRONOMY SITE

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

Shubuh Terlalu Dini; Bukti Empiris

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB III DALAM PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA. Radjo adalah salah seeorang ahli falak kelahiran Bukittinggi (29 Rabi ul Awal

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

BAB III SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. komponen elektronik yang sudah sangat familier dalam kehidupan manusia

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai waktu pelaksanaannya Allah hanya memberikan Isyarat saja, seperti

BAB IV ALGORITMA PEMROGRAMAN WAKTU SALAT SHALATQ MENGGUNAKAN SOFTWARE MICROSOFT VISUAL BASIC 2010 DAN PENGUJIAN PROGRAM SHALATQ

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

BAB IV ANALISIS ASTRONOMI HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB SYAWĀRIQ AL-ANWĀR

BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN AKURASI JAM MATAHARI PERUMAHAN KOTABARU PARAHYANGAN PADALARANG JAWA BARAT

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam

BAB V PENUTUP. Waktu Salat Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 2010, dapat

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH, IRSYÂD AL-MURÎD, DAN ṠAMARÂT AL-FIKAR KARYA AHMAD GHOZALI

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

Meridian Greenwich. Bujur

AS Astronomi Bola. Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM KITAB SYAWARIQ AL-ANWAR

BAB IV UJI COBA DAN EVALUASI APLIKASI ZEPHEMERIS. uji verifikasi hasil perhitungan aplikasi Zephemeris. kesalahan maupun kekurangan pada aplikasi.

JADWAL WAKTU SALAT ABADI

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SLAMET HAMBALI TENTANG PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali dalam Penentuan Awal

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG WAKTU SALAT DI DAERAH KUTUB. A. Biografi Intelektual Saadoe ddin Djambek

JADWAL SHALAT WAKTU SHALAT DALAM PERSPEKTIF SYAR I DAN ASTRONOMI 21/05/2011 HISAB DAN DASAR PENENTUAN. Mempersembahkan : Oleh : Mutoha Arkanuddin

ANALISIS KOMPARASI PERHITUNGAN WAKTU SALAT DALAM TEORI GEOSENTRIK DAN GEODETIK

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS PENENTUAN ARAH KIBLAT KARYA M. MUSLIH HUSEIN

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

BAB III PENENTUAN WAKTU SHALAT PADA KALENDER NAHDATUL ULAMA TAHUN Sejarah singkat tentang NAHDATUL ULAMA

BAB IV ANALISIS AWAL WAKTU SHUBUH. A. Analisis Konsep Fajar Shadiq dalam Perspektif Fiqh dan Ketinggian. Matahari dalam Perspektif Astronomi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilakukan oleh setiap orang muslim dan menjadi persoalan yang

RANCANG BANGUN APLIKASI JADWAL SHALAT METODE EPHEMERIS BERBASIS ANDROID SKRIPSI. Oleh: FARID ABDILLAH HASAN NIM:

Halaman Jud ul. Oleh. Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

BAB III PENGGUNAAN DATA KETINGGIAN TEMPAT DALAM FORMULASI PENENTUAN WAKTU SHALAT

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ALGORITMA EQUATION OF TIME JEAN MEEUS DAN SISTEM NEWCOMB

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

)فتح الباري البن حجر - ج / 2 ص 311(

BAB I PENDAHULUAN. sebagai a little mosque on the tundra oleh media Kanada, menjadi

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

TRANSFORMASI KOORDINAT BOLA LANGIT KE DALAM SEGITIGA BOLA (EQUATORIAL DAN EKLIPTIKA) DALAM PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT

MENGENAL EQUATION OF TIME, MEAN TIME, UNIVERSAL TIME/ GREENWICH MEAN TIME DAN LOCAL MEAN TIME UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAHAN AJAR ILMU FALAK I. Dosen Pengampu : H. ACHMAD MULYADI, M.Ag. ajar Ilmu Falak 11

BAB IV ANALISIS METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA MASJID AGUNG SURAKARTA

BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM. pada hari Kamis Kliwon, tanggal 14 Desember 1932 M/ 19 Rajab 1351 H.

BAB III METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Sejarah Intelektual Slamet Hambali

BAB I PENDAHULUAN. telah menjelaskan tentang pergantian siang dan malam yang terjadi karena

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB. Pada bab ini kajian yang akan penulis kemukakan adalah penjelasan

Ṡamarᾱt al-fikar Karya Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah

JADWAL WAKTU SHOLAT BANDUNG, CIMAHI DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

URGENSI IHTIYATH DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH. Saadoe ddin yang dikenal dengan datuk Sampono Radjo, ia memiliki

RANCANG BANGUN INDIKATOR JAM SHOLAT ABADI MENGGUNAKAN ATMEL 89S52

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

BAB III PEMIKIRAN SAADOE DDIN DJAMBEK TENTANG WAKTU PUASA DI DAERAH KUTUB. A. Sekilas tentang Saadoe ddin Djambek

SEGITIGA BOLA DAN ARAH KIBLAT

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat

BAB IV ANALISIS METODE AZIMUTH BULAN SEBAGAI ACUAN PENENTUAN ARAH KIBLAT. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimuth Bulan

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB ARAH KIBLAT DR. ING KHAFID DALAM PROGRAM MAWĀQIT 2001

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu Salat Duwi Arsana LED Dalam bab III telah penulis jelaskan, bahwa data yang diperoleh penulis dalam penelitian kali ini hanyalah perhitungan jam waktu salat LED yang dibuat oleh Duwi Arsana LED asal Denpasar, meskipun memang banyak produsen yang memproduksi jam waktu salat LED, namun memang banyak yang merahasiakan source code dari perhitungan waktu salat tersebut. Maka dari itu, analisis yang penulis lakukan kali ini adalah analisis berdasarkan data perhitungan jam waktu salat yang dibuat oleh Duwi Arsana LED. Dalam perhitungan waktu salat Duwi Arsana ada beberapa hal yang menurut penulis perlu untuk dianalisis lebih lanjut : 1. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat adalah salah satu data yang digunakan untuk menghitung waktu salat, terutama ketika terbit dan terbenam Matahari (Maghrib dan Terbit). Secara logika, data ketinggian tempat ini berpengaruh, tempat yang mempunyai ketinggian tempat yang tinggi akan lebih dahulu melihat Matahari terbit, dan lebih akhir melihat Matahari tenggelam. Berbeda dengan tempat yang lebih rendah, tempat yang lebih 64

65 rendah akan lebih akhir melihat Matahari terbit, dan lebih cepat melihat Matahari tenggelam. Dalam perhitungan waktu salat Duwi Arsana, beliau hanya memasukkan data -0.8333 sebagai kerendahan ufuk ketika waktu salat maghrib dan waktu terbit, jika dijadikan dalam bentuk derajat adalah 50, berdasarkan analisis yang dilakukan penulis, ini merupakan penjumlahan dari nilai refraksi dan semi diameter ( 34 + 16 ). Jadi, dalam formulasi perhitungan waktu salat untuk maghrib dan terbit tidak menggunakan data ketinggian tempat. Dalam buku Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa, Saadoe ddin Djambek berpendapat bahwa koreksi ketinggian tempat harus diperhitungkan. Beliau pun memberikan koreksi khusus untuk ketinggian pada perhitungan waktu salat. Dalam buku tersebut juga disebutkan bahwa koreksi ketinggian tempat ini disebabkan oleh persoalan syuruq dan ghurub yang dipengaruhi oleh kedudukan ufuk mar i (visible horizon). Oleh bentuk bumi yang bulat, ufuk mar i semakin rendah jika kedudukan pengamat semakin tinggi. 84 Tabel 1 : Koreksi ketinggian tempat menurut Saadoe ddin Djambek Ketinggian Koreksi (menit) Ketinggian Koreksi (menit) 50 0,2 400 1,7 75 0,4 500 2,0 100 0,5 600 2,3 84 Saadoe ddin Djambek, Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa, Jakarta : Bulan Bintang, 1394 H. hlm. 21

66 150 0,8 700 2,5 200 1,0 800 2,7 250 1,2 900 2,9 300 1,4 1000 3,1 Dalam tabel tersebut dijelaskan koreksi ketinggian tempat, kita ambil saja contoh Semarang dengan ketinggian tempat 200mdpl, maka dari tabel tersebut dapat diartikan bahwa data ketinggian tempat berpengaruh sebesar 1 menit untuk daerah Semarang dengan ketinggian tempat 200mdpl. Dalam penelitian ini, penulis juga sempat mengamati beberapa perhitungan waktu salat, diantaranya yaitu perhitungan waktu salat milik KH. Slamet Hambali, Saadoeddin Djambek, Muhyiddin Khazin, dan lainlain, juga perhitungan salat di dalam program seperti program Shollu, Athan dan juga Mawaqit. Didalamnya memang terdapat perbedaan didalam pemakaian ketinggian tempat, perbedaan sebagai berikut : Tabel 2 : Ketinggian Tempat Perhitungan Waktu Salat No. Perhitungan Koreksi Ketinggian Tempat 1. Irsyadul Murid 1.76 x ѴTT 2. KH. Slamet Hambali 1.76 x ѴTT 3. Almanak Kediri 0,0293 x ѴTT 4. Saadoe ddin Djambek Koreksi Tabel 5. Muhyiddin Khazin Tidak memakai TT 6. Thomas Djamaluddin Tidak memakai TT 7. Program Shollu Memakai TT

67 8. Program Athan Tidak memakai TT 9. Program Accurate Times Memakai TT 10. Program Mawaqit Tidak memakai TT Dari tabel tersebut, diketahui bahwa dalam perhitungan Irsyadul Murid dan KH. Slamet Hambali koreksi ketinggian tempat digunakanan untuk mengetahui kerendahan ufuk (ku). Untuk mendapatkan nilai kerendahan ufuk maka digunakan rumus (0 1.76 x Ѵm 85 ). Kerendahan ufuk sendiri akan digunakan untuk menghitung tinggi matahari saat terbit atau terbenam. 86 Thomas Djamaluddin menyatakan dalam artikel yang ditulisnya, bahwasannya koreksi ketinggian secara umum tidak perlu dihitung, jikalau perlu itu hanya untuk daerah atau tempat yang memiliki ketinggian ekstrim, seperti gedung pencakar langit Burj Khalifa di Dubai. 87 Menurut Cecep Nurwendaya, memang benar para pakar falak mempunyai perbedaan dalam penetapan waktu salat, khususnya di pemakaian data ketinggian tempat. Bagi yang memakai koreksi ketinggian tempat berdalih bahwa ketinggian tempat berpengaruh pada waktu terbit dan terbenam Matahari. Dan bagi yang tidak memakai koreksi ketinggian tempat beralasan bahwa koreksi ketinggian hanya dipakai dan diperlukan ketika tempat tersebut memiliki selisih ketinggian yang besar dengan 85 M adalah tinggi tempat yang dinyatakan dalam satuan meter 86 Slamet Hambali, Ilmu, hlm.141 87 https://tdjamaluddin.wordpress.com/2015/07/10/kapankah-koreksi-ketinggian-diterapkanpada-jadwal-shalat/ diakses pada tanggal 13 November 2016 pukul 18:29 WIB

68 dataran dibawahnya (seperti daerah gunung dan gedung pencakar langit). Untuk dataran tinggi tidak diperlukan koreksi ketinggian tempat, jikalau memang, daerah sekitar dataran tinggi tersebut juga merupakan dataran tinggi. Khususnya diwilayah barat dan timur sebagai tempat terbit dan terbenam Matahari. Cecep Nurwendaya juga menambahkan bahwa pengaruh ketinggian tempat hanyalah di menit, < 3 menit, maka dari itu meskipun tidak memakai ketinggian tempat, asalkan dengan menggunakan ihtiyat, maka kesalahan akibat perbedaan penggunaan data ketinggian Matahari dapat diminimalisir. 88 2. Acuan Waktu Salat Zuhur Acuan waktu salat zuhur yang dijadikan patokan dalam perhitungan jam LED Duwi Arsana adalah waktu bintang, yang memakai LST, LHA, dan AR sebagai acuan perhitungan LST (Local Sidereal Time) adalah waktu pertengahan yang mengacu pada titik nol Aries (Vernal Equinox), dari titik Aries ditarik sampai garis meridian, semetara itu LHA (Local Hour Angle) adalah sudut waktu atau sudut jam bintang, yakni sudut yang dibentuk oleh lingkaran meridian dan lingkaran waktu, saat pagi hari sudut waktu bernilai negatif (-), sore bernilai positif (+), dan AR (Ascensio Recta) adalah koordinat benda langit dalam lingkaran ekuator, yang juga sama dengan LHA yang beracuan pada titik nol Aries (Vernal Equinox) 88 Wawancara dengan Cecep Nurwendaya via akun facebook Cecep Nurwendaya pada tanggal 12 November 2016, pukul 16:19 WIB s/d 13 November 2016 pukul 11:26 WIB.

69 Data tersebut dirumuskan sebagai berikut : LHA = LST AR Gambar 8 : LHA, LST dan AR Keterangan : Busur AC Busur AB = LST (Local Sidereal Time) = AR (Ascensio Recta) Sudut B-KLU-U = LHA (Local Hour Angle) = LST - AR Gambar 9 : LHA, LST dan AR saat kulminasi

70 Keterangan : Busur ACD = LST (Local Sidereal Time) dan AR (Ascensio Recta) LHA = LST - AR = 0 Rumus tersebut sama dengan formula yang ada didalam buku Textbook on Spheical Astronomy. Dari dua gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa LST dan AR mempunyai titik acuan yang sama yakni titik Aries, sementara dengan keduanya kita dapat mengetahui nilai sudut waktu. Maka dari itu sudut waktu dapat dirumuskan LHA = LST AR 89 Logika saat matahari berkulminasi adalah ketika matahari berada di meridian atas dan mempunyai LHA = 0 o, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kulminasi terjadi jika nilai ascensio rekta sama atau mendekati sama dengan LST. Jika waktu bintang ini dikonversi ke waktu matahari, maka : 89 W. M. Smart, Textbook on Spherical Astronomy, Melbourne : Cambridge University Press, 1977. Hlm. 156.

71 LMT = (LST AR) + 12 90, = 12 Jika dikonversi ke waktu Matahari maka hasil dari kulminasi atas adalah 12, yang mana nilai 12 tersebut biasanya dijadikan acuan sebagai angka kulminasi dalam waktu kulminasi hakiki matahari, yang selanjutnya dikoreksi dengan equation of time dan menjadi waktu kulminasi pertengahan Matahari. 91 Dari penjelasan tersebut, penulis dapat menyimpulkan jika penentuan waktu kulminasi menggunakan waktu bintang, maupun waktu hakiki itu sama saja. 3. Waktu Asar Hanafi Dalam bab II, penulis telah memaparkan beberapa pendapat mengenai tinggi Asar, khususnya dari madzhab Syafi i dan Hanafi. Syafi i berpendapat bahwa waktu asar dimulai ketika panjang bayangan benda sama dengan panjang benda tersebut, sehingga jika dirumuskan sebagai berikut : Cotan h asar = 1 + tan(φ x - δ o ) Sedangkan hanafi berpendapat bahwa waktu asar dimulai ketika panjang bayangan suatu benda sama dengan 2 x panjang benda tersebut. jika dirumuskan sebagai berikut : Cotan h asar = 2 + tan(φ x - δ o ) 90 Karena titik 0 Jam bintang dan jam Matahari berbeda, jika jam bintang titik 0 berada saat kulminasi atas, sedangkan titik 0 jam Matahari berada dikulminasi bawah, maka berjarak 180 o /12 j 91 Hasanudin Z. Abidin, Sistem Waktu, Bandung : Geodesy Research Division, 2007, hlm. 17. Lihat pula Djawahir Fahrurrazi, Sistem Acuan Geodetik. Yogyakarta : Gadjah Mada University ress. 2011. hlm. 128.

72 Jadi, dari pendapat diatas kita dapat memilih panjang bayangan 1x atau 2x dari panjang benda. Sementara itu ada sedikit kejanggalan dalam rumus jam waktu salat LED milik Duwi Arsana ini, ada pilihan lain selain 2 rumus diatas, yakni rumus : Cotan h asar = 1.7 + tan(φ x - δ o ) Dari tersebut dapat diartikan bahwa ada madzhab / opsi lain selain untuk memulai waktu ashar selain 2 pendapat yang penulis sebutkan diatas. Pendapat ini mengatakan bahwa waktu ashar dimulai ketika panjang bayangan sama dengan 1.7 x panjang benda. Sejauh pengamatan penulis, tidak ada perhitungan dan metode manapun yang memperhitungkan waktu asar dengan panjang bayangan 1.7 x panjang benda. Hal ini diperkuat dengan pendapat Pak Thomas dan juga Pak A.R. Sugeng R bahwa tidak ditemukan metode perhitungan waktu asar dengan panjang bayangan 1.7 x panjang benda. 4. Perhitungan Detik Dari perhitungan program waktu salat Duwi Arsana, dalam mengonversi nilai waktu salat desimal ke derajat ada sedikit kejanggalan. Dirumuskan dalam perhitungan tersebut : hours = floor(moreless24(number)); minutes = floor(moreless24(number - hours) * 60); Dari kode tersebut dapat dipahami, bahwasannya data detik tidak diperhitungkan. Fungsi floor dalam perhitungan tersebut berfungsi untuk membulatkan sisa ke bawah, kalau dalam bahasa excel sama dengan

73 fungsi round down 92. Maka jika jam waktu salat menunjukkan waktu 4 : 21 : 59, perhitungan tersebut menampilkan hasil 4 : 21 : 00, tidak ada pembulatan dalam detik. 5. Tidak ada Ihtiyat Ihtiyat adalah suatu langkah pengamanan dengan cara menambahkan atau mengurangkan waktu agar jadwal waktu salat tidak mendahului awal waktu 93. Fungsi ihtiyat sendiri adalah sebagai berikut : 94 a. Ihtiyat untuk cakupan wilayah. Hal ini berarti memindahkan meridian yang kita pedomani ke batas sebelah barat ataupun sebelah timur dari daerah hisab. Hal ini digunakan untuk mempertimbangkan perbedaan waktu salat antara daerah bagian timur dan barat pada suatu kota yang biasanya terdapat selisih. b. Ihtiyat untuk koreksi sesaat dalam hasil hisab, digunakan untuk mengoreksi atas data-data yang kita ambil sebagai ketelitian. c. Ihtiyat untuk keyakinan, digunakan untuk mempertajam keyakinan bahwa suatu waktu salat sudahlah masuk pada waktunya. Misal waktu imsak yang dimajukan beberapa menit dari awal subuh dan Zuhur yang diundurkan beberapa menit. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan keragu-raguan atas larangan mengerjakan salat pada saat Matahari berkulminasi. 92 Johar Arifin, dkk. Aplikasi Excel dalam Fungsi Terapan, Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2004. hlm. 97 93 Departemen Agama RI, Pedoman Penentuan Jadwal Awal Waktu Shalat Sepanjang Masa, Jakarta, tp. 1994. hlm. 38 94 Jayusman, Urgensi Ihtiyath dalam Perhitungan Awal Waktu Salat, Jurnal Al-Adalah Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung, Vol.X, No. 3 Januari 2012, hlm. 284

74 Sementara itu, dalam perhitungan waktu salat Duwi Arsana tidak disediakan input/data perhitungan koreksi ihtiyat ini, sehingga menurut penulis dirasa kurang tepat dan kurang hati-hati. Dari beberapa analisis tersebut, ada beberapa yang harus disimpulkan. Pertama, mengenai data ketinggian tempat yang tidak dipakai, menurut penulis hal tersebut diperbolehkan saja, asalkan dalam pembuatan jam LED, rumus tersebut tidak digeneralisir untuk semua tempat, dalam tempat-tempat khusus seperti di daerah gunung dan gedung-gedung yang tinggi harus mempunyai koreksi ketinggian tempat tersendiri. Kedua, dalam mengonversi nilai waktu salat dari desimal ke derajat penulis rasa kurang tepat jika dalam program waktu salat Duwi Arsana tidak memperhitungkan detik, karena berdasarkan perhitungan selanjutnya pihak produsen tidak memakai koreksi ihtiyat. Sehingga waktu salat yang dihasilkan akan lebih awal. Ketiga, untuk meminimalisir kesalahan dalam pemakaian data, (termasuk perbedaan pemakaian tinggi tempat), seharusnya dalam rumus tersebut diberikan ihtiyat sebesar 1 s/d 3 menit, selain untuk meminimalisir kesalahan, ihtiyat ini juga berfungsi untuk mencakup berbagai wilayah dalam satu daerah, untuk koreksi hisab, pembulatan detik, dan untuk menambah keyakinan bahwa waktu salat benar-benar sudah masuk. B. Akurasi dari perhitungan waktu shalat dalam Program Jam Waktu Salat LED Dalam bab ini menulis menyajikan 3 perbandingan hasil perhitungan waktu salat LED, yakni jam salat LED milik SA Led, Sholato LED dan Duwi

75 Arsana LED. Kemudian penulis membandingkan waktu salat yang ada di webiste Kementrian Agama. Disini penulis menjadikan hasil perhitugan milik Kementrian Agama sebagai acuan, karena menurut penulis perhitungan yang dihasilkan oleh Kementrian Agama tentunya dilakukan oleh ahli-ahli Falak terbaik yang ada di Indonesia. 1. SA Led. Perhitungan berikut ini bertempat di Semarang Kota, dengan tinggi Isya -18 o dan Subuh -19 o. Tabel 3. Hasil Perhitungan Waktu Salat Jam LED dari SA LED. Tanggal Imsak Subuh Zuhur Asar Magrib Isya 8/01/2016 03:58 04:08 11:48 15:14 18:03 19:19 8/02/2016 04:14 04:24 11:55 15:12 18:07 19:19 8/03/2016 04:19 04:29 11:52 14:57 17:58 19:07 8/04/2016 04:15 04:25 11:43 15:01 17:44 18:44 8/05/2016 04:12 04:22 11:28 15:00 17:33 18:45 8/06/2016 04:15 04:25 11:40 15:02 17:33 18:47 8/07/2016 04:21 04:31 11:46 15:08 17:39 18:53 8/08/2016 04:21 04:31 11:47 15:09 17:43 18:54 8/09/2016 04:10 04:20 11:39 14:56 17:40 18:49 8/10/2016 04:54 04:04 11:29 14:32 17:36 18:45 8/11/2016 03:41 03:51 11:25 14:44 17:38 18:50 8/12/2016 03:43 03:53 11:33 15:00 17:49 19:04 Perhitungan diatas penulis bandingkan dengan waktu salat yang ada di website Kementrian Agama, dengan bertempat di lokasi yang sama yaitu Semarang.

76 Tabel 4 : Waktu Salat Semarang Kementrian Agama 95 Tanggal Imsak Subuh Zuhur Asar Magrib Isya 8/01/2016 03:57 04:07 11:48 15:13 18:03 19:18 8/02/2016 04:13 04:23 11:56 15:11 18:06 19:18 8/03/2016 04:18 04:28 11:52 14:56 17:57 19:06 8/04/2016 04:15 04:25 11:43 15:00 17:43 18:52 8/05/2016 04:12 04:22 11:38 14:59 17:32 18:44 8/06/2016 04:14 04:24 11:41 15:01 17:32 18:46 8/07/2016 04:20 04:30 11:47 15:07 17:38 18:52 8/08/2016 04:21 04:31 11:47 15:08 17:42 18:53 8/09/2016 04:10 04:20 11:39 14:55 17:39 18:48 8/10/2016 03:54 04:04 11:29 14:31 17:35 18:44 8/11/2016 03:41 03:51 11:25 14:43 17:37 18:49 8/12/2016 03:42 03:52 11:33 14:59 17:49 19:04 Dari kedua tabel diatas penulis menghitung selisish dari perhitungan tersebut, dan membawakan hasil seperti berikut ini : Tabel 5 : Perbandingan perhitungan waktu salat SA LED dan Kemenag Tanggal Imsak Subuh Zuhur Asar Magrib Isya 8/01/2016 1 1 0 1 0 1 8/02/2016 1 1-1 1 1 1 8/03/2016 1 1 0 1 1 1 8/04/2016 0 0 0 1 1-8 8/05/2016 0 0-10 1 1 1 8/06/2016 1 1-1 1 1 1 8/07/2016 1 1-1 1 1 1 8/08/2016 0 0 0 1 1 1 8/09/2016 0 0 0 1 1 1 WIB 95 http://sihat.kemenag.go.id/waktu-sholat# diakses pada 14 November 2016, pukul 10:41

77 8/10/2016-50 0 0 1 1 1 8/11/2016 0 0 0 1 1 1 8/12/2016 1 1 0 1 0 0 Dari hasil perbandingan tersebut bisa diartikan bahwa ada sedikit kejanggalan dalam perhitungan jam waktu salat SA LED, yakni waktu salat isya pada tanggal 8 April 2016, waktu zuhur 8 Mei 2016, dan waktu imsak tanggal 8 Oktober 2016. Ada selisih yang cukup signifikan, menurut produsen kesalahan tersebut terjadi karena kesalahan input data, karena pada saat perhitungan waktu yang lain, selisihnya tidak cukup jauh, hanya berkisar 0 s/d 1 menit, tetapi pada saat tanggal tersebut (8 April, 8 Mei dan 8 Oktober 2016) perhitungan tersebut mempunyai selisih yang cukup signifikan yakni -8, -10 dan -50 menit. Ada logika yang kurang masuk akal juga, dimana ada tanggal 8 Oktober 2016 waktu shubuh bisa mendahului waktu imsak selama 50 menit, padahal biasanya waktu imsak memakai patokan 10 menit sebelum subuh. Maka dari itu menurut penulis, perlu dilakukan koreksi kembali mengenai kompatibilitas dari jam LED buatan SA LED ini. 2. Sholato LED Perhitungan berikut bertempat di Kabupaten Nganjuk, dengan tinggi isya -18 o dan Subuh -19 o Tabel 6 : Hasil Perhitungan Waktu Salat Jam LED dari Sholato LED Tanggal Imsak Subuh Zuhur Asar Magrib Isya 8/01/2016 03:49 03:59 11:41 15:07 17:57 19:13

78 8/02/2016 04:05 04:15 11:49 15:05 18:01 19:12 8/03/2016 04:11 04:21 11:46 14:51 17:51 19:00 8/04/2016 04:09 04:19 11:37 14:54 17:36 18:45 8/05/2016 04:06 04:16 11:32 14:52 17:25 18:37 8/06/2016 04:09 04:19 11:34 14:54 17:25 18:39 8/07/2016 04:15 04:25 11:40 15:00 17:31 18:45 8/08/2016 04:15 04:25 11:41 15:01 17:35 18:46 8/09/2016 04:04 04:14 11:33 14:49 17:33 18:42 8/10/2016 03:47 03:57 11:23 14:26 17:29 18:38 8/11/2016 03:34 03:44 11:19 14:36 17:31 18:44 8/12/2016 03:34 03:44 11:27 14:53 17:43 18:59 Perhitungan diatas penulis bandingkan dengan waktu salat yang ada di website Kementrian Agama, dengan bertempat di Lokasi yang sama yaitu Nganjuk. Tabel 7 :Waktu Salat Kabupaten Nganjuk Kementrian Agama 96 Tanggal Imsak Subuh Zuhur Asar Magrib Isya 8/01/2016 03:49 03:59 11:41 15:07 17:57 19:13 8/02/2016 04:05 04:15 11:49 15:05 18:01 19:12 8/03/2016 04:11 04:21 11:46 14:51 17:51 19:00 8/04/2016 04:09 04:19 11:37 14:54 17:36 18:45 8/05/2016 04:06 04:16 11:32 14:52 17:25 18:37 8/06/2016 04:09 04:19 11:34 14:54 17:25 18:39 8/07/2016 04:15 04:25 11:40 15:00 17:31 18:45 8/08/2016 04:15 04:25 11:41 15:01 17:35 18:46 8/09/2016 04:04 04:14 11:33 14:49 17:33 18:42 8/10/2016 03:47 03:57 11:23 14:26 17:29 18:38 WIB 96 http://sihat.kemenag.go.id/waktu-sholat# diakses pada 14 November 2016, pukul 08:09

79 8/11/2016 03:34 03:44 11:19 14:36 17:31 18:44 8/12/2016 03:34 03:44 11:27 14:53 17:43 18:59 Dari kedua perhitungan diatas, penulis tidak menemukan sama sekali selisih. Baik itu dalam keadaaan Matahari berkulminasi, tenggelam maupun terbit. Perhitungan waktu salat dalam Sholato LED ini merupakan perhitungan yang akurat dan konsisten. 3. Duwi Arsana LED Perhitungan Duwi Arsana ini adalah perhitungan yang penulis analisis dalam Bab III. Perhitungan waktu salat bertempat di Semarang Kota, dengan ketinggian Isya -18 o dan Subuh -19 o. Tabel 8 : Perhitungan waktu salat jam LED dari Duwi Arsana LED Tanggal Shubuh Terbit Zuhur Asar Magrib Isya 8/01/2016 4:09 5:29 11:44 15:10 17:59 19:15 8/02/2016 4:24 5:41 11:52 15:09 18:03 19:15 8/03/2016 4:29 5:43 11:49 14:54 17:54 19:04 8/04/2016 4:26 5:40 11:40 14:58 17:40 18:49 8/05/2016 4:23 5:40 11:34 14:56 17:29 18:41 8/06/2016 4:26 5:45 11:37 14:58 17:29 18:43 8/07/2016 4:32 5:51 11:43 15:04 17:35 18:50 8/08/2016 4:32 5:48 11:44 15:05 17:39 18:51 8/09/2016 4:22 5:35 11:36 14:53 17:36 18:46 8/10/2016 4:05 5:19 11:25 14:29 17:32 18:42 8/11/2016 3:53 5:10 11:22 14:41 17:34 18:46 8/12/2016 3:54 5:14 11:30 14:56 17:45 19:01

80 Perhitungan ini juga penulis bandingkan dengan perhitungan waktu salat Kementrian Agama. Tabel 9 : Jam Waktu Salat Semarang Kementrian Agama 97 Tanggal Subuh Terbit Zuhur Asar Magrib Isya 8/01/2016 04:07 5:27 11:48 15:13 18:03 19:18 8/02/2016 04:23 5:39 11:56 15:11 18:06 19:18 8/03/2016 04:28 5:41 11:52 14:56 17:57 19:06 8/04/2016 04:25 5:38 11:43 15:00 17:43 18:52 8/05/2016 04:22 5:37 11:38 14:59 17:32 18:44 8/06/2016 04:24 5:43 11:41 15:01 17:32 18:46 8/07/2016 04:30 5:49 11:47 15:07 17:38 18:52 8/08/2016 04:31 5:46 11:47 15:08 17:42 18:53 8/09/2016 04:20 5:33 11:39 14:55 17:39 18:48 8/10/2016 04:04 5:17 11:29 14:31 17:35 18:44 8/11/2016 03:51 5:08 11:25 14:43 17:37 18:49 8/12/2016 03:52 5:12 11:33 14:59 17:49 19:04 Kedua perhitungan diatas penulis bandingkan dan penulis cari selisihnya, sebagai berikut : Tabel 10 : Perbandingan Duwi Arsana LED dengan Kemenag Tanggal Subuh Terbit Zuhur Asar Magrib Isya 8/01/2016 2 2-4 -3-4 -3 8/02/2016 1 2-4 -2-3 -3 8/03/2016 1 2-3 -2-3 -2 8/04/2016 1 2-3 -2-3 -3 8/05/2016 1 3-4 -3-3 -3 WIB 97 http://sihat.kemenag.go.id/waktu-sholat# diakses pada 14 November 2016, pukul 10:41

81 8/06/2016 2 2-4 -3-3 -3 8/07/2016 2 2-4 -3-3 -2 8/08/2016 1 2-3 -3-3 -2 8/09/2016 2 2-3 -2-3 -2 8/10/2016 1 2-4 -2-3 -2 8/11/2016 2 2-4 -2-3 -2 8/12/2016 2 2-3 -3-4 -3 Dalam perhitungan diatas dapat diartikan bahwasannya antara perhitungan waktu salat LED Duwi Arsana dengan perhitungan Kemenag ada selisih, berkisar 2 s/d 6 menit. Berdasarkan analisis yang penulis sampaikan di sub bab sebelumnya, bahwasannya faktor yang memprngaruhi adalah karena Duwi Arsana dalam mengonversikan desimal ke derajat tidak memperhatikan nilai detik, faktor yang lebih mempengaruhi lagi adalah tidak adanya koreksi ihtiyat.