BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masih banyak guru IPA yang hanya menyampaikan materi dari buku

BAB I PENDAHULUAN. Agar tercipta manusia yang cerdas dan maju diperlukan peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan memberikan fasilitas belajar yang optimal. Namun demikian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. belajar (pengajaran) maupun penilaian pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. IPA atau sains merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN GUIDED NOTE TAKING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era globalisasi membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif. Hal ini berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebuah proses yang terus menerus dialami oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu persoalan penting bagi kemajuan

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sudah terancang kerangka keilmuan modern dalam rangka mengejar kesetaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Banyaknya materi pembelajaran dalam mata pelajaran ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal perbaikan kehidupan masyarakat. Hal ini karena pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar merupakan peranan penting dalam usaha meningkatkan

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

UGRO SUSENO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan melalui kegiatan matematika. Matematika juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkwalitas, karena matematika merupakan sarana berfikir bagi siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah : guru, siswa, kurikulum, pengajaran, tes dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses. pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan bagian penting lembaga formal, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pembelajaran, motivasi memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan dasar memegang peran penting dalam usaha meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

ABSTRAK. Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Model Kooperatif dengan Penerapan Teknik Nominal Group.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKJ DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Masdin SD Negeri 02 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta memperdayakan siswa untuk mampu memecahkan masalah- masalah yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan mengetahui berbagai informasi, menyukai satu situasi dan atau dapat melakukan sesuatu dengan terampil. Beberapa ahli sepakat bahwa belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya motivasi. Di dalam kegiatan pembelajaran motivasi merupakan daya penggerak yang ada didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan pembelajaran yang menjamin kelangsungan dari kegiatan pembelajaran (Sardiman, 2006:75). Motivasi tidak hanya menjadi faktor penyebab siswa belajar, tetapi juga memperlancar belajar dan hasil belajar siswa (Ani, 2006:157). Seorang anak yang sudah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha untuk mempelajarinya dengan tekun dan baik dengan harapan memperoleh hasil yang baik juga (Uno, 2007:27). Dengan kata lain bahwa motivasi merupakan faktor pendorong dari dalam diri siswa yang berperan penting untuk tercapainya hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar seorang siswa disebabkan karena adanya motivasi yang kuat dan sebaliknya kegagalan belajar seorang siswa disebabkan karena kurangnya ataupun tidak adanya motivasi. Oleh sebab itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat secara terus menerus, agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga hasil belajarnya pun lebih optimal. Dimyati dan Mudjiono (1994:124) mengemukakan motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah, lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan pembelajaran, sehingga mutu hasil belajar pun akan menjadi rendah.

Secara umum, motivasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri yang tidak memerlukan rangsangan dari luar tetapi berasal dari diri siswa sendiri. Motivasi instrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri, bukan karena ingin mendapat pujian atau ganjaran. Motivasi ekstrinsik berbeda dari motivasi instrinsik karena dalam motivasi ini keinginan siswa untuk belajar sangat dipengaruhi oleh adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Dorongan dari luar tersebut dapat berupa pujian, celaan, hadiah, hukuman dan teguran dari guru. Sardiman (2006:86) mengemukakan motivasi ekstrinsik adalah motifmotif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan di dalam proses pembelajaran karena tidak semua siswa memiliki motivasi yang kuat dari dalam dirinya untuk belajar. Fakta pendukungnya yaitu sebagai contoh seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar. Guru sangat berperan penting dalam menumbuhkan motivasi ekstrinsik. Pembentukan motivasi ekstrinsik harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, karena jika siswa diberikan motivasi ekstrinsik secara berlebihan maka motivasi instrinsik yang sudah ada dalam diri siswa akan hilang. Motivasi ekstrinsik dapat

membangkitkan motivasi instrinsik, sehingga motivasi ekstrinsik sangat diperrlukan dalam pembelajaran. Hasil wawancara saya dengan guru yang mengajar IPA dikelas VA SDN No. 101731 Kampung Lalang ditemukan fakta bahwa sebagian siswa motivasi belajarnya masih rendah. Ini tercermin dari siswa kurang berusaha keras untuk mengerjakan latihan atau tugas yang diberikan guru, siswa jarang bertanya mengenai materi yang sedang diajarkan, hanya sedikit siswa yang mencoba menjawab pertanyaan dari guru ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru bahkan sebagian siswa terlihat bosan ketika sedang belajar IPA. Rendahnya motivasi belajar siswa tersebut diperkirakan akibat pada saat pembelajaran IPA guru lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga guru mendominasi proses pembelajaran dan siswa cenderung pasif. Selain itu, guru menggunakan media pembelajaran yang kurang memotivasi belajar siswa sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi siswa. Karena penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Robi ah (2013:114) mengemukakan ada beberapa krieria untuk menilai keefektifan sebuah media antara lain: biaya, ketersediaan fasilitas pendukung, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan,

kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan, dan kegunaan. Dalam menggunakan media pembelajaran, selain mempertimbangkan kriteria keefektifan penggunaan media tadi, maka seorang guru hendaknya memilih media berdasarkan beberapa faktor, diantaranya: ketepatannya dengan tujuan pengajaran, dukungan terhadap isi bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media, keterampilan guru menggunakannya, tersedia waktu untuk menggunakannya, memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang digunakan guru juga menyebabkan motivasi dan hasil belajar siswa rendah. Erfachianda (2013:96) mengemukakan dalam interaksi belajar mengajar terdapat berbagai macam model pembelajaran yang bertujuan agar proses belajar mengajar dapat berjalan baik. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan proses belajar mengajar aktif serta memungkinkan timbulnya sikap keterkaitan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh. Proses pembelajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Perlunya dikembangkan pengajaran yang dapat membentuk motivasi siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai alternatif model pembelajaran yang baru. Pembelajaran yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran make a match (mencari pasangan). Karena penerapan model

pembelajaran make a match akan membentuk motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dari data hasil ulangan semester siswa kelas VA SDN No. 101731 Kampung Lalang pada tahun pelajaran 2010/2011 rata rata sebesar 62,28 kemudian pada T.A. 2011/2012 rata ratanya 63,15 dan T.A. 2012/2013 rata ratanya 62,36. Berdasarkan fakta tersebut, maka guru perlu dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas VA SDN No. 101731 Kampung Lalang. Siswa menganggap IPA sebagai bidang studi yang paling sulit, tetapi semua orang harus mempelajari IPA karena merupakan sarana dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar IPA juga harus diatasi sedini mungkin, jika tidak dilakukan maka siswa akan menghadapi banyak masalah dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan karakteristik materi IPA maka dalam mengajarkan IPA pada tiap jenjang pendidikan dibutuhkan kemampuan profesional dari seorang guru, sehingga pembelajaran IPA menjadi bermutu dan menarik. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Supaya siswa dapat belajar dengan baik, maka model pembelajaran harus diusahakan seefisien dan seefektif mungkin. Dalam rangka upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah kegiatan belajar untuk

mencari pasangan kartu soal serta jawaban sebelum batas waktu yang diberikan habis, siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi poin dan yang tidak berhasil akan diberikan hukuman sesuai dengan yang telah disepakati bersama. Herdian (2009:118) mengemukakan bahwa: model kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) merupakan model yang tepat untuk materi pelajaran IPA. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah pengajaran dengan cara mencari pasangan kartu yang telah dimiliki dan pasangan bisa dalam bentuk orang perorang apabila jumlah siswa banyak, kemudian berhadapan untuk saling menjelaskan makna kartu yang dimiliki. Dengan menggunakan model make a match siswa lebih termotivasi untuk belajar IPA pada materi pesawat sederhana. Melalui penerapan model make a match diharapkan siswa menjadi lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir, bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa lain yang menjadikan siswa aktif di dalam kelas. Pada penerapan model pembelajaran make a match diperlukan media berupa kartu kartu. Kartu kartu tersebut terbagi dalam 2 kelompok. Kartu kartu pada kelompok pertama berisi pertanyaan pertanyaan sedangkan kartu kartu pada kelompok kedua berisi jawaban dari pertanyaan pertanyaan. Siswa secara berkelompok akan memasangkan kartu kartu pertanyaan dan jawabannya secara tepat. Siswa yang aktif akan termotivasi untuk belajar, dengan begitu hasil belajarnya akan meningkat. Melalui pembelajaran kooperatif model make a match diharapkan dapat meningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Kholilah (2012) yang menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi pecahan dengan menggunakan model kooperatif

tipe make a match. Hal yang sama juga ditemukan oleh Amalia (2011) yang meneliti pengaruh model pembelajaran make a match dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran PKn di SDN 014 Belakang Padang. Demikian juga dengan Indah Kurniawati (2011) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar sosiologi siswa kelas X-7 MAN 1 Pekalongan yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe make a match dan siswa yang diajar dengan model konvensional (ceramah). Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini akan digunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan pertimbangan tipe make a match adalah model pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan banyak siswa sehingga dimungkinkan bagi siswa dapat memahami materi pesawat sederhana. Model ini juga mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang dan dari hasil observasi yang diperoleh, dijumpai beberapa masalah yang dapat teridentifikasi adalah: 1. Pembelajaran yang dilakukan guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung hanya menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang aktif. 2. Media yang dipakai guru dalam mengajarkan IPA kurang meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Pada saat proses pembelajaran guru yang aktif sedangkan siswa pasif.

4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, sehingga menyebabkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa rendah. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas bahwa masalah yang ditemukan terlalu banyak, maka dalam penelitian ini perlu dibatasi yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match akan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VA SDN No. 101731 Kampung Lalang dalam memahami pesawat sederhana pada Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VA SDN No. 101731 Kampung Lalang dalam materi pesawat sederhana? 2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SDN No. 101731 Kampung Lalang dalam materi pesawat sederhana?

1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Peningkatan motivasi belajar IPA siswa kelas VA SDN No. 101731 Kampung Lalang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 2. Peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VA SDN No. 101731 Kampung Lalang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis dan teoritis. Manfaat praktisnya adalah untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan manfaat teoritisnya adalah untuk memberikan manfaat dan memperkaya sumber kepustakaan, untuk membiasakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang sesuai dengan tujuan dan materi pengajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa, dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan penunjang penelitian lebih lanjut pada masa yang akan datang. 1.7 Definisi Operasional Variabel 1. Motivasi belajar adalah daya atau kesskuatan yang membuat siswa bergairah, bersemangat, dan senang belajar.

2. Hasil belajar IPA merupakan tingkat kemampuan siswa dalam bentuk penguasaan materi IPA yang diwujudkan dalam bentuk skor tes hasil belajar 3. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam penelitian ini adalah upaya membelajarkan siswa dengan cara melibatkan siswa dalam tim belajar yang terdiri atas tiga kelompok yaitu kelompok pembawa kartu soal, kelompok pembawa kartu jawaban, dan kelompok penilai.