9-076 PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG PADA PAGI DAN SORE HARI DI EMPAT TIPE HABITAT DI WILAYAH PANGANDARAN, JAWA BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR KOMUNITAS BURUNG DENGAN VEGETASI DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

9-075 KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN MANGROVE GILI SULAT LOMBOK TIMUR. Diversity of Birds Species in Mangrove Area Gili Sulat East Lombok

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

C. Sikap dan Pembelajaran terhadap Siswa SMA Kelas X Terhadap Pelestarian Burung Pada Kabupaten Tulungagung, Trenggalek, dan Kediri

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DAN KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI DI PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance.

Persebaran Burung di Koridor Hijau Jalan (Studi Kasus di Koridor Hijau Jalan di Jakarta)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

TINJAUAN PUSTAKA. Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah. jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung memerlukan syarat

Keanekaragaman Burung Ordo Ciconiiformes di Kawasan Konservasi Mangrove Tambaksari Desa Bedono Kecamatan Sayung Demak

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

Burung Kakaktua. Kakatua

BAB I PENDAHULUAN. endemisitas baik flora maupun fauna di Indonesia. atau sekitar 17% dari total jenis burung di dunia. Jumlah tersebut sebanyak

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA

BAB III. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

2. TINJAUAN PUSTAKA. kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya,

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

Studi Keanekaragaman Avifauna Sebagai Sarana Edukasi Ekowisata Birdwatching di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang.

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

BIOKONSERVASI DI GUNUNG MADU PLANTATIONS LAMPUNG TENGAH INDONESIA

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

Transkripsi:

9-076 PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA Comparation of Bird Biodiversity in Siung and Wedi Ombo Beach Gunungkidul D.I. Yogyakarta Muhamad Mustafid Amna, Najda Rifqiyati Jurusan Biologi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta E-mail:nada_gusna@yahoo.com Abstract- Currently about 50% of birds known in the world are threatened with extinction because of declining quality and loss of habitat. Hunting of wild animals also affect the extinction of birds. Generally, the loss of a habitat is affected by human activities for various reasons, such as land clearing and felling of trees to meet human needs. This happens in some Gunungkidul beach, especially Siung and Wedi Ombo Beach.This research had done on June-July 2013. Observation was using point count method by following the existing lines. In this method the observer walking along the lane / road accompanied with a predetermined observation points is 10 points. At each point, the observations made during the 15-minute observation distance to the left and right as far as ± 25 meters and the distance between a point 200 meters.based on the research that has been done, in the region Siung Beach recorded 24 families consisting of 44 species of birds. Wedi Ombo Beach recorded 19 families consisting of 33 species of birds. The results of the analysis of bird species diversity index in Siung indicated high diversity, the spread of the number of individuals of each type of high or very wide, and the stability of high community value diversity index 3.074. While Wedi Ombo Beach, indicated moderate diversity, the number of individuals of each type of deployment being and stability of the community with the value of diversity index was 2.584. Keywords: Bird Biodiversity, Gunungkidul, Karst, Siung Beach, Wedi Ombo Beach PENDAHULUAN Sebagai salah satu komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran dan manfaat ini maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan (Arumasari, 1989). Indonesia adalah Negara dengan keanekaragaman biodiversitas yang luar biasa besarnya. Selain itu juga memiliki ekosistem yang sangat lengkap dan beranekaragam. Salah satu contoh adalah ekosistem pantai dengan pegunungan kars yang didominasi oleh komponen ekosistem yang khas terutama pada burung. Menurut Untung (2012), di daerah pantai dan pegunungan karst secara umum memiliki keragaman burung yang jumlahnya sedikit namun populasi dari masing-masing jenis cukup banyak. Keadaan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh komposisi ekosistem pada suatu tempat tertentu. Menurut Jati (1998), saat ini populasi burung cenderung menurun. Keadaan tersebut merupakan hasil langsung dari dampak antropogenik, seperti pembakaran hutan dan padang rumput, perladangan berpindah, perburuan dan perdagangan burung. Menurut Shannaz dkk (1995), akibat penurunan kualitas, modifikasi dan hilangnya habitat merupakan ancaman yang berarti bagi jenis-jenis burung. Saat ini diketahui sekitar 50 % burung di dunia terancam punah karena menurunnya kualitas dan hilangnya habitat. Pada umumnya, hilangnya suatu habitat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dengan berbagai alasan, diantaranya adalah pembukaan lahan dan penebangan pohon untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal tersebut terjadi di beberapa Pantai Gunungkidul, khususnya Pantai Siung dan Pantai Wedi Ombo. Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 453

Pantai Siung terletak di Kecamatan Tepus, sedangkan Pantai Wedi Ombo terletak di Kecamatan Giri Subo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Kedua pantai tersebut memiliki keindahan alam yang luar biasa sehingga dapat menarik perhatian pengunjung. Keramaian pengunjung dapat mempengaruhi keberadaan burung karena biasanya burung tidak menyukai tempat yang ramai. Berdasarkan survei lokasi penelitian, di sana juga terdapat hutan pantai baik Homogen maupun Heterogen. keadaan lokasi tersebut mengindikasikan bahwa di sana masih bisa ditemukan beberapa spesies burung. Berdasarkan informasi dari warga, sering diketahui adanya perburan burung dengan menggunakan senapan dan juga jaring. Pemburu sebagian besar datang dari luar daerah dan masuk kawasan hutan pantai dengan berbagai tujuan. Diantaranya, berburu sebagai hobi, diperdagangkan dan juga koleksi pribadi. Hal itu dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman jenis dan populasi burung di kawasan tersebut. Penurunan keanekaragaman burung erat kaitannya dengan aktivitas manusia dalam menggunakan sumber daya alam, terutama sumber daya lahan dan sumber daya hayati (Prawiradilaga, 1990). Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan guna mengetahui jenis burung sebelum mengalami penurunan jenis spesies maupun populasinya. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah keanekaragaman jenis burung di Pantai Siung dan Pantai Wedi Ombo? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan antara keanekaragaman jenis burung di Pantai Siung dan Pantai Wedi Ombo. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dasar mengenai komunitas burung kepada masyarakat, lingkungan akademik, maupun lembaga sebagai salah satu objek pemantauan lingkungan hidup sehingga ekosistem tetap terjaga. Terakhir, penelitian ini dapat dijadikan sebagai monitoring awal untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Pantai Siung Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta dan Pantai Wedi Ombo Kecamatan Giri Subo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juni Juli 2013. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah binokuler, digunakan untuk mengamati burung; kamera digital, digunakan untuk mendokumentasikan burung dan kegiatan penelitian; GPS dan kompas digunakan untuk pemetaan; buku identifikasi burung (Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (MacKinnon J. et al., 2010)), dignakan untu mengidentifikasi burung; dan handcounter, digunakan untuk menghitung jumlah individu. Penellitian dilakukan pada pukul 06.00 12.00. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu point count (titik hitung). Metode ini dilakuan dari tepi pantai menuju arah utara (Pegunungan Karst) dengan mengikuti jalur yang ada. Setiap alur pengamatan telah ditentukan 10 titik pengamatan dengan jarak antar titik 200 meter. Setiap titik pengamatan dilakukan selama 15 menit dengan jarak pandang pengamat ±25 meter. Parameter yang diamati adalah jenis burung dan jumlah individu pada ke dua lokasi kajian (Pantai Siung dan Pantai Wedi Ombo). Perhitungan data menggunakan Kelimpahan Relatif, yakni setiap jenis di suatu lokasi sama dengan pecahan dari 454 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

daftar di mana jenis itu tercatat, yaitu jika satu jenis tercatat sebanyak 8 dari 10 daftar pada lokasi A dan sebanyak 3 dari 15 daftar di lokasi B, maka indeks kelimpahan relatifnya adalah 0,8 di lokasi A dan 0,2 di lokasi B (Bibby, 2000). Sehingga dapat dirumuskan : Setelah data diperoleh, dianalisis menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener. Indeks ini digunakan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman suatu spesies, penyebaran individu, dan kestabilan ekosistem. Sedangkan untuk keseragaman spesies menggunakan indeks keseragaman jenis. Indeks ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemerataan individu pada setiap jenisnya. Rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Houston,1994) : H = - pi ln pi Rumus indeks keseragaman Pilou (Krebs, 1985) : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kemelimpahan Jenis-jenis Burung Hasil pengamatan burung di kawasan Pantai Siung adalah 12 ordo, 24 famili, dan 34 genus yang terdiri dari 44 jenis burung. Di Pantai Wedi Ombo tercatat 9 ordo, 19 famili, dan 26 genus yang terdiri dari 33 jenis burung. Jumlah tersebut merupakan kompilasi dari seluruh jenis yang didapat pada 10 titik yang dilakukan selama pengamatan. Kemelimpahan jenis burung di Pantai Siung terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan Pantai Wedi Ombo. Hal ini dipengaruhi oleh struktur vegetasi di sekitar Pantai Siung lebih beranekaragam, sedangkan Pantai Wedi Ombo lebih homogen yang terdiri dari perkebunan Palawija, hutan Jati, dan sedikit hutan Mahoni. Selain kondisi vegetasi, jam pengamatan juga sangat berpengaruh pada penemuan jenis burung yang didapatkan. Berdasarkan data yang diperoleh, waktu pengamatan semakin siang, jumlah jenis burung semakin menurun hingga konstan (tidak ada penambahan jenis lagi). Perburuan hewan liar khususnya burung juga sangat berpengaruh tehadap penurunan jumlah kemelimpahan jenis burung yang ada di sekitar Pantai Wedi Ombo. Berdasarkan informasi dari salah satu Penjaga TPR (Tempat Pemungutan Retribusi), hampir setiap hari menemui pemburu dengan membawa senapan angin. Sebagian besar pemburu tersebut berasal dari luar daerah. Kehadiran manusia (pengunjung wisata) tidak begitu berpengaruh terhadap kemelimpahan burung yang ditemukan. Terbukti bahwa pada saat pengambilan data, pengunjung di Pantai Siung lebih ramai dibandingkan dengan Pantai Wedi Ombo. Hal ini terjadi karena beberapa burung juga memiliki sifat kosmopolit (burung dengan tingkat toleransi yang tinggi terhadap manusia) (Untung, 2012). Menurut Peterson (1980) berdasarkan pada pola stratifikasi penggunaan ruang pada profil hutan maupun penyebaran secara horizontal pada berbagai tipe habitat di alam, menunjukkan adanya kaitan yang sangat erat antara burung dengan lingkungan hidupnya, terutama dalam pola adaptasi dan strategi untuk mendapatkan sumber daya. Keberhasilan burung untuk hidup di dalam suatu habitat sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam memilih serta menciptakan peluang khusus baginya (Allen, 1961). Di Pantai Siung ini ditemukan jenis burung pantai yang berhabitat karang yaitu Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 455

Kuntul karang (Egretta sacra J.F. Gmelin, 1789). Burung ini biasanya ditemukan di sepanjang pantai. Beristirahat pada karang atau pada pinggirannya yang curam. Berburu di tepi air, memangsa ikan kecil sambil berdiri diam dan berjalan-jalan di air dangkal. Bersarang di atas tanah pada tumpukan karang, di atas semak, atau pada pohon pendek. Jumlah jenis burung yang didapatkan di Pantai Wedi Ombo pada titik pertama yaitu 11 jenis, lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah jenis burung di kawasan Pantai Siung. Jenis-jenis burung yang memiliki jumlah populasi terbanyak di masingmasing titik yaitu Layang-layang batu (di titik ke- 1 dan 2), Kacamata biasa (di titik ke- 3 dan 4), Walet sarang-putih (di titik ke- 5), Cucak kutilang (titik ke- 6 dan 7), Bondol jawa (di titik ke- 8 dan 9), dan Bondol peking (di titik ke- 10). Hal ini dipengaruhi oleh kondisi vegetasi di sekitar Pantai Wedi Ombo (titik ke- 1 3) hanya dipenuhi pohon Jati, Kelapa, dan perkebunan Pisang sehingga kemelimpahan jenis burung menurun akibat ketersediaan pakan yang terbatas. Keadaan vegetasi di titik ke- 4 6 cukup heterogen yaitu terdapat Pohon Trembesi, Sengon, Jati, semak dan herba seperti Rumput Gajah yang ditanam warga di tepi jalan. Data konstan terdapat di titik ke-7 8 dengan jumlah 31 jenis, kemudian ada penambahan 2 jenis burung pada titik ke-9, dan konstan pada titik ke-10. Kondisi vegetasi di sekitar titik tersebut memang hanya dijumpai hutan Jati dan perkebunan Singkong, sehingga kondisi tersebut juga berpengaruh terhadap ketersediaan pakan pada jenis burung tertentu. Gambar 1. Keanekaragaman dan kemelimpahan jenis burung di Pantai Siung dan Pantai Wedi Ombo, Gunungkidul Yogyakarta. 456 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

Kedua pantai tersebut juga terdapat satu jenis burung dengan populasi terbanyak yaitu Bondol jawa (Gambar 1). Di pantai Siung berjumlah 56 ekor, sedangkan di Pantai Wedi Ombo berjumlah 94 ekor. Hal ini terjadi karena di kawasan jalur pengambilan data, terdapat ladang yang cukup luas seperti perkebunan Pisang, Ketela Pohon, Rumput Gajah, Rumput Ilalang, dan perkebunan palawija lainnya sehingga ketersediaan pakan untuk burung Bondol jawa cukup banyak. Bondol jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore, 1858) merupakan burung yang sering mengunjungi semua jenis lahan pertanian dan lahan berumput alami. Membentuk kelompok selama musim panen padi, tetapi biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Mencari makan di atas tanah atau memetik biji dari bulir rumput. Menghabiskan banyak waktunya dengan bersuara kerikan gaduh dan menyelisik di pohon-pohon besar. Deskripsi dari burung ini adalah termasuk burung kecil berukuran 11 cm, berwarna hitam, coklat, dan putih, bertubuh bulat. Perbedaannya dengan bondol perut putih: tanpa coretan pucat pada punggung dan sapuan kekuningan pada ekor, pinggiran bersih diantara dada hitam dan perut putih, sisi tubuh putih (bukan coklat). Iris coklat, paruh atas gelap, paruh bawah biru, kaki keabu-abuan (MacKinnon, 2010). B. Keanekaragaman Jenis Burung 1.Kelimpahan Relatif Jenis-jenis burung yang memiliki nilai kelimpahan relatif yang paling tinggi di kedua pantai terdapat jenis yang sama, yaitu Burung-madu sriganti dan Walet linchi. Artinya, jenis-jenis burung tersebut paling dominan ditemui di semua titik. Hal ini juga menunjukkan bahwa memang kedua burung tersebut memiliki toleransi lingkungan yang luas dan atau memiliki ketahanan hidup di berbagai habitat. Kedua pantai juga menyediakan banyak makanan untuk Burung-madu sriganti dan Walet linchi. Tabel 1. Kelimpahan Relatif di Pantai Siung dan Pantai Wedi Ombo No Jenis Burung Kelimpahan Relatif P. Siung P. Wedi Ombo 1 Bentet kelabu 0,9-2 Bondol jawa 0,9 0,9 3 Cucak kutilang 0,8 0,9 4 Walet sarang-putih 0,8-5 Cinenen pisang - 0,9 Berdasarkan tabel di samping, kedua pantai terdapat beberapa jenis burung dengan nilai kelimpahan relatif (KR) cukup tinggi. Burung-burung tersebut cukup dominan karena selain ketersediaan pakan, toleransi terhadap lingkungan juga cukup luas dan memiliki ketahanan hidup di beberapa habitat. Lahan pertanian penduduk cukup berpengaruh terhadap keberadaan burung-burung tersebut. 2.Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Jenis Tabel 2. Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Jenis Lokasi H' E Pantai Siung 3.074 0.563 Pantai Wedi Ombo 2.584 0.508 Hasil analisis indeks keanekaragaman jenis burung di kedua pantai (Tabel 2) menunjukkan bahwa di Pantai Siung nilai indeksnya 3,074. Hal ini menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman di Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 457

Pantai Siung memiliki keanekaragaman tinggi penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi atau sangat luas, dan kestabilan komunitas tinggi. Sedangkan di Pantai Wedi Ombo, nilai indeksnya 2,584. Berbeda dengan nilai indeks keanekaragaman di Pantai Siung, Pantai Wedi Ombo memiliki keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang dan kestabilan komunitas sedang. Berdasarkan nilai kemerataan, di Kedua pantai tersebut tidak jauh berbeda. Di Pantai Siung nilai kemerataannya 0,563 dan Wedi Ombo nilai kemerataannya 0,508, yakni menunjukkan bahwa kemerataan jenis tergolong sedang atau dapat diartikan bahwa jenis yang ditemukan merata. Nilai kemerataan di kedua pantai tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan penelitiannya Setyobudi (2013) di kawasan Cagar Alam Imogiri, dengan niali E (Kemerataan) = 0,75. Hal ini terjadi karena memang di kawasan Cagar Alam Imogiri memiliki habitat yang cukup luas dan juga keadan hutan yang sangat rapat dan heterogen, sehingga dapat menyediakan makanan bagi burung cukup banyak. C.Jenis-jenis Burung yang Dilindungi Tabel 6. Jenis-jenis Burung yang Dilindungi Di Kedua Pantai Nama Jenis Lokasi IUCN CITES UU Alap-alap sapi 1&2 - II AB Burung madu kelapa 1 - - AB Burung-madu sriganti 1&2 - - AB Cekakak jawa 1&2 - - AB Cekakak suci 2 - - AB Cekakak sungai 1&2 - - AB Cikalang chrismast 1 CR I AB Dara-laut jambul 1 - - AB Elang brontok (gelap) 1&2 - II AB Elang hitam 1 - II AB Elang-ular bido 1&2 - II AB Kuntul karang (gelap) 1 - - AB Sikep-madu asia 2 - II AB Takur tohtor 2 - - AB Keterangan :1 = Pantai Siung, 2 = Pantai Wedi Ombo, CR = Critically Endangered, II = Lampiran II pada CITES, A = UU No. 5/1990, B = UU No. 7/1999. Menurut status keterancaman yang mengacu pada Redlist IUCN 2007 (Sukmantoro,dkk., 2007), ditemukan jenis burung yang termasuk dalam kategori CR = Critically endangered (kritis/sangat terancam punah) yakni Cikalang Christmas/Fregata andrewsi. Burung ini ditemukan di Pantai Siung pada saat terbang dari arah timur pantai menuju arah ke Barat. Burung Cikalang Christmas (Fregata andrewsi Mathews, 1914) merupakan burung migran yang berkembang-biak di Pulau Christmas, Australia. Pada masa tidak berbiak, burung ini akan mengembara di beberapa wilayah dunia termasuk Indonesia (Untung, 2012). Kategori migrasi mengacu pada konsep migrasi jarak jauh (long distance migration) yaitu spesies yang bermigrasi berasal dari belahan bumi Utara dan belahan bumi Selatan (di mana wilayah tersebut menjadi area berkembangbiak spesies migrasi), di mana pada saat periode musim dingin, spesies tersebut melakukan migrasi ke wilayah Indonesia (Sukamtoro dkk, 2007). 458 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Di kawasan Pantai Siung tercatat 24 famili yang terdiri dari 44 jenis burung dan didominasi oleh Burung-madu sriganti (Cinnyris jugularis Linnaeus, 1766) Sinonim: (Nectarinia jugularis Linnaeus, 1766) dan Walet linchi.(collocalia linchi, Horsfield & Moore, 1854). 2. Di Pantai Wedi Ombo tercatat 19 famili yang terdiri dari 33 jenis burung dan didominasi oleh Burung-madu sriganti (Cinnyris jugularis Linnaeus, 1766) Sinonim: (Nectarinia jugularis Linnaeus, 1766) dan Walet linchi.(collocalia linchi, Horsfield & Moore, 1854). 3. Hasil analisis indeks keanekaragaman jenis burung di Pantai Siung menunjukkan keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi atau sangat luas, dan kestabilan komunitas tinggi dengan nilai indeks keanekaragaman 3,074. Sedangkan di Pantai Wedi Ombo, menunjukkan keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang dan kestabilan komunitas sedang dengan nilai indeks keanekaragaman 2,584. DAFTAR PUSTAKA Bibby, C., Martin J. dan Stuart M.. 2000. Teknik Teknik Ekspedisi Lapangan : Survei Burung. Bogor: BirdLife Internasional Indonesia Programme. Houston MA. 1994. Biological diversity. The coexistence of species on charging landscapes. Cambrige University Press. Jati A. 1998. Kelimpahan dan Distribusi Jenisjenis Burung Berdasarkan Fragmentasi dan Stratifikasi Habitat Hutan Cagar Alam Langgaliru, Sumba. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB. MacKinnon J, Phillips K and B. Van Balen. 2010. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI/BirdLife Indonesia. Prawiradilaga, D. M. 1990. Potensi Burung Dalam Pengendalian Populasi Serangga Hama. Bogor: Media Konservasi Vol.III,hal. 1-7. IPB. Sukmantoro W. M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp & M. Muchtar.2007. Daftar Burung Indonesia no. 2. Bogor : Indonesian Ornithologists Union. Untung, M. 2012. Keanekaragaman Jenis dan Kemelimpahan Burung Di Kawasan Pantai Karst Gunungkidul D.I.Yogyakarta. [Skripsi]. Yogyakarta: Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga. Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 459