BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan faktor utama yang menyebabkan kematian ibu adalah pendarahan yaitu sebesar 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Selain itu, juga disebutkan bahwa penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan yang mencapai angka 40-60%, infeksi sekitar 20-30% dan keracunan kehamilan sekitar 20-30%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. (1) Penyebab pendarahan pada kehamilan diantaranya yaitu anemia. Anemia merupakan masalah utama gizi yang memiliki prevalensi paling tinggi di dunia dan menjangkit lebih dari 600 juta manusia dengan frekuensi yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 10% sampai 35%. Hal ini berdampak negatif pada kelompok-kelompok yang rentan mengalami anemia (Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil, anak usia sekolah, dan remaja) yang dapat meningkatkan kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI), ibu hamil termasuk dalam kategori lebih berisiko untuk mengalami anemia dibanding kelompok lainnya. Oleh karena itu, World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa anemia termasuk (2, 3) dalam 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern ini. WHO menyebutkan meskipun anemia sudah dikenal sebagai masalah gizi masyarakat selama bertahun-tahun, kemajuan di dalam penurunan angka kejadiannya masih dinilai sangat rendah. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh WHO dimana 20% dari 515.000 kematian
maternal diseluruh dunia disebabkan oleh anemia. Selain itu, prevalensi kejadian anemia masih menunjukkan masalah kesehatan masyarakat dimana kejadian anemia di dunia menduduki urutan ketiga dengan prevalensi pada ibu hamil 74%. Di dunia terdapat 34% ibu hamil dengan anemia dimana 75% berada di negara sedang berkembang. Anemia yang sering terjadi pada negaranegara berkembang adalah anemia zat gizi besi yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia serta menyumbang 50-80% dari penyebab utama anemia di dunia. (2) WHO melaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Prevalensi anemia di Asia bervariasi seperti yang disebutkan WHO bahwa pada tahun 2007 prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi di Filiphina berkisar 55%, Thailand 45%, Malaysia 30% dan Singapura 7%. Pada tahun 2008, data WHO menyatakan bahwa WUS di Asia Tenggara 45,7% dan di Afrika 47,5% dilaporkan menderita anemia. Sedangkn di Bangladesh, tercatat bahwa 26% kematian ibu disebabkan oleh anemia dan pendarahan setelah melahirkan. (2) Prevalensi anemia di Indonesia masih termasuk dalam kategori sedang, akan tetapi di beberapa daerah masih dijumpai prevalensi yang termasuk dalam kategori berat. Di Indonesia terdapat 63,5 % ibu hamil yang mengalami anemia. Berdasarkan data WHO pada tahun 2008, prevalensi anemia tahun 1993-2005 pada WUS di Indonesia mencapai 33,1%, angka ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Thailand (17,8%), Brunei (20,4%), Vietnam (24,3%), dan Malaysia (30,1%). Pada tahun 2010 angka kejadian anemia masih cukup tinggi yaitu sekitar 50-70 juta jiwa, anemia defisiensi besi (anemia yang disebabkan kurang zat besi) mencapai 20%-33%. Parahnya lagi 40,1% anemia dialami wanita hamil dengan batas bawah Hb 11 gr/dl. (4)
Data laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kejadian anemia pada ibu hamil yaitu 15,92 % pada tahun 2012, 18,43 % pada tahun 2013, dan 20,7 % pada tahun 2014. Data dari Buku Profil Kesehatan Kota Padang mencatat kasus kematian ibu pada tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan dengan jumlah masingmasing 15 kasus dan 16 kasus dengan AKI pada tahun 2013 yang dilaporkan yaitu 84/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2014 sebanyak 94/100.000 kelahiran hidup. Pendarahan merupakan penyebab tertinggi kematian ibu tersebut setelah eklampsia. Sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu 12,64 % pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 13,5 % pada tahun 2014. Dari data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang diketahui bahwa Puskesmas Ambacang menduduki prevalensi tertinggi di Kota Padang dari 22 puskesmas yang ada yaitu dengan angka kejadian pada tahun 2014 sebesar 29,5 % dan tahun 2015 sebesar 22,1 %. (5-8) Anemia adalah suatu keadaan kekurangan kadar Hb dalam darah yang terutama disebabkan oleh kekurangan zat gizi besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb. Keadaan ini mengakibatkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Akibatnya akan terjadi kelelahan, kesulitan berpikir dan pada ibu hamil akan berdampak pada ibu dan janinnya, dampak yang timbul antara lain, kehamilan abortus, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), kelahiran prematur, Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), power tenaga saat melahirkan lemah sehingga menyebabkan persalinan menjadi lama yang dapat meningkatkan angka infeksi pada ibu dan bayi, dan atonia uteri (penyebab terjadinya perdarahan pada saat melahirkan maupun setelah melahirkan). (4) Akibat dari kejadian anemia jika tidak diberi intervensi akan menyebabkan beberapa penyakit seperti gagal jantung kongestif, penyakit infeksi kuman, thalasemia, gangguan sistem imun, dan meningitis serta dapat menimbulkan kematian. Selain itu, juga terdapat dampak
jangka panjang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan bayi sebagai penerus bangsa dan negara di masa yang akan datang. (4) Di Indonesia, sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi Fe sehingga disebut anemia kekurangan zat besi atau Anemia Gizi Besi (AGB). Zat besi (Fe) adalah salah atau unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk hemoglobin (Hb) atau sel darah merah. Program Penanganan Masalah Anemia oleh Mothercare Indonesia menyebutkan bahwa Anemia Gizi Besi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pola makanan sehari-hari. Asupan zat gizi besi dipengaruhi oleh pola makanan yang dapat memacu (enhancer factor) penyerapan zat gizi besi seperti vitamin C, vitamin A, dan protein. Selain itu, penyerapan zat gizi besi juga dipengaruhi oleh pola makanan yang dapat menghambat (inhibitor factor) penyerapan zat gizi besi di dalam tubuh seperti teh dan kopi. (9) Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lia di Kota Bandung, diketahui bahwa faktor pola makan mempengaruhi kejadian anemia. Penelitian pada tahun 2014 yang dilakukan oleh Eliani dkk didapatkan bahwa kejadian anemia pada ibu hamil dengan kategori anemia sedang sebanyak 27,5%, dan anemia berat sebanyak 5,0%. Menurut penelitian tersebut, hal ini disebabkan karena kurangnya asupan zat besi dari makanan sehari-hari dan ibu hamil tidak mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) secara rutin. Penelitian I Made juga berkesimpulan sama, bahwa salah satu tindakan preventif kejadian anemia pada ibu hamil yaitu dengan mengatur makanan yang membantu penyerapan zat gizi besi dan mengurangi makanan penghambat penyerapan zat gizi besi. Vitamin C merupakan salah satu makanan yang dapat memacu penyerapan zat gizi besi, hal ini dibuktikan oleh penelitian Bulkis dkk, yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara asupan vitamin C dengan status Hb pada ibu hamil. Selain itu, frekuensi konsumsi sumber zat besi nonhem, frekuensi konsumsi sumber pelancar zat besi dan frekuensi konsumsi penghambat zat besi juga mempunyai hubungan yang siginifikan dengan status Hb ibu hamil. Vitamin A juga merupakan faktor yang dapat memacu penyerapan zat gizi besi, hal ini sesuai dengan penelitian Sofi yang menyimpulkan terdapat hubungan yang siginifikan antara asupan Vitamin A dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Eliani dkk pada tahun 2014 berkesimpulan bahwa protein juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai p = 0,001. Penelitian Yudi menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi teh dengan kejadian anemia. Berkesimpulan sama, penelitian Bulkis dkk menyatakan bahwa konsumsi penghambat zat besi (teh, kopi, bayam) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa prevalensi kejadian anemia di dunia, Asia Tenggara, Indonesia dan Kota Padang masih tinggi dan perlu diperhatikan dengan serius untuk mencegah dampak yang tidak diinginkan. Dari data awal dan hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa pola konsumsi zat yang memacu dan menghambat penyerapan zat gizi besi berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Pola Konsumsi Faktor Pemacu dan Penghambat Penyerapan Zat Gizi Besi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan pola konsumsi faktor pemacu dan penghambat penyerapan zat gizi besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan pola konsumsi faktor pemacu dan penghambat penyerapan zat gizi besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016 2. Mengetahui disribusi rata-rata konsumsi faktor pemacu penyerapan zat gizi besi (vitamin C, vitamin A, dan protein) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016 3. Mengetahui disribusi rata-rata konsumsi faktor penghambat penyerapan zat gizi besi (teh dan kopi) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016 4. Mengetahui hubungan pola konsumsi faktor pemacu penyerapan zat gizi besi (vitamin C, vitamin A, dan protein) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016 5. Mengetahui hubungan pola konsumsi faktor penghambat penyerapan zat gizi besi (teh dan kopi) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016 6. Mengetahui faktor pemacu penyerapan zat gizi besi (vitamin C, vitamin A, dan protein) dan faktor penghambat penyerapan zat gizi besi (teh dan kopi) yang paling berkonstribusi pada kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat a. Untuk penambahan literatur tentang anemia pada ibu hamil b. Untuk pengembangan ilmu kesehatan masyarakat mengenai hubungan pola konsumsi faktor pemacu dan penghambat penyerapan zat gizi besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil 2. Bagi peneliti a. Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam menemukan hubungan pola konsumsi faktor pemacu dan penghambat penyerapan zat gizi besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016 b. Untuk menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan peneliti dan mengimplementasikan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dalam suatu penelitian di lapangan c. Untuk memberikan kesempatan lebih pada peneliti dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menginformasikan data yang diperoleh 3. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan tambahan referensi dan sumbangan pikiran bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi pemegang program yang berkaitan dengan anemia pada ibu hamil dalam mengetahui hubungan pola konsumsi faktor pemacu dan penghambat penyerapan zat gizi besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Dengan demikian pengambilan keputusan dapat menyusun rencana strategis yang tepat sebagai upaya menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia dan di Kota Padang khususnya 2. Bagi Puskesmas di Kota Padang Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas dalam penyelenggaraan kesehatan ibu, terutama dalam menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan yang tepat kejadian anemia pada ibu hamil di Kota Padang 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan mengenai hubungan pola konsumsi faktor pemacu dan penghambat penyerapan zat gizi besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil sehingga masyarakat lebih meningkatkan kesadaran dan lebih memperhatikan gaya hidup dalam memelihara kesehatan, khususnya dalam masalah anemia pada ibu hamil. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah hubungan pola konsumsi faktor pemacu dan penghambat penyerapan zat gizi besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2016 yang berlokasi di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kota Padang.