PENGARUH TEAT DIPPING SARI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) TERHADAP KUALITAS SUSU BERDASARKAN CALIFORNIA MASTITIS TEST DAN UJI REDUKTASE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

PENGARUH TEAT DIPPING MENGGUNAKAN DEKOK DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.) TERHADAP HASIL UJI REDUKTASE DAN UJI BERAT JENISSUSU SAPI FH LAKTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Jumlah Bakteri Staphyloccus aureus dan Skor California Mastitis

THE EFFECT OF USE MORINGA LEAF JUICE FOR TEAT DIPPING ON INCIDENCE OF SUBCLINICAL MASTITIS OF DAIRY CATTLE LACTATION FH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu hewan penghasil susu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PEMANFAATAN REBUSAN DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) DALAM MENURUNKAN TINGKAT KEJADIAN MASTITIS BERDASARKANN UJI CMT DAN SCC

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP MASTITIS SUBKLINIS

A. Wibowo, T.H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

TOTAL BAKTERI DAN ph SUSU AKIBAT LAMA WAKTU DIPING PUTING KAMBING PERANAKAN ETTAWA LAKTASI

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang

ABSTRAK. Kata kunci : dipping; total bakteri; derajat keasaman (ph); susu sapi FH; iodosfor ABSTRACT

ABSTRACT. Keywords: Bacteria, extract methanol, mastitis, pluchea indica L, teat dipping.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

EFEKTIVITAS SALEP DAUN SIRIH DAN MENIRAN TERHADAP PENURUNAN JUMLAH BAKTERI PADA SAPI PERAH PENDERITA MASTITIS SUB KLINIS

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.

Efektifitas Daun Kersen (Muntinga calabura L.) dalam Menurunkan Jumlah Bakteri dalam Susu dan Peradangan Pada Ambing Sapi Perah

ABSTRAK. Kata kunci :Ekstrak, Daya Hambat, Pluchea indica L dan Streptococcus dysgalactiae

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

Jl. Veteran Malang Indonesia (

Pengaruh ekstrak daun kersen terhadap daya tetas dan mortalitas telur itik hibrida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Friesian Holstein (FH) impor dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

ABSTRACT. Keywords: Inhibition, Muntingia calabura L., Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Antimicrobial

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)

Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) sebagai Bahan Dipping Puting terhadap Jumlah Coliform dan ph Susu

Key words: extract cherry leaves, ether, ethanol, inhibition zone, Staphylococcus aureus and mastitis.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dwi Priono, Endang Kusumanti, Dian Wahyu Harjanti

THE INFLUENCE OF PRE MILKING ON MILK QUALITY BASED ON REDUCTATION TEST AND CALIFORNIA MASTITIS TEST ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

BAB I PENDAHULUAN. Banyuwangi secara astronomis terletak di antara

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut data BPS Kabupaten Buleleng, (2014), Kabupaten Buleleng

HASIL DAN PEMBAHASAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) UNTUK TEAT DIPPING DALAM MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI PADA SUSU SKRIPSI. Oleh

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktasi atau mendekati kering kandang (Ramelan, 2001). Produksi susu sapi perah

*

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

ABSTRAK. Kata Kunci : Total Bakteri; ph; Susu; Sapi Friesian Holstein. ABTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

PENGARUH PENGGUNAAN BENZALKONIUM KLORIDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SUSU SAPI. Saeful Hidayat, Rival Ferdiansyah, Akhmad Depi Juniarto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

INHIBITION ACTIVITY of Moringa oleifera LEAVES JUICE on Staphylococcus aureus and Escherichia coli BACTERIA CAUSED MASTITIS DISEASE IN DAIRY CATTLE

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L) SEDIAAN GEL DAN SPRAY ANTISEPTIK

BAB III MATERI DAN METODE. yang berbeda konsentrasi terhadap total koloni bakteri dan ph susu segar kambing

(The Effect of Using Various Concentration of Extract Red Galangal (Alpinia Purpurata k. schum) Againts the Sustainable of Broilers)

KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM (KHM) EKSTRAK ETANOL BUAH SAWO (Achras zapota L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Mutu Susu Kambing Peranakan Etawa yang Disimpan pada Suhu Ruang

Irmanita Wiradona Erni Mardiati Sulur Joyo Sukendro

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

Transkripsi:

PENGARUH TEAT DIPPING SARI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) TERHADAP KUALITAS SUSU BERDASARKAN CALIFORNIA MASTITIS TEST DAN UJI REDUKTASE Iftitah Lisholihah 1, Sarwiyono 2, dan Puguh Surjowardojo 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang 2 Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang lisholihah@gmail.com ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teat dipping dengan menggunakan sari daun beluntas terhadap kualitas susu berdasarkan Californian Mastitis Test dan uji Reduktase. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor sapi perah, sari daun beluntas, reagen CMT dan iodin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Mastitis diukur dengan menggunakan uji CMT dan aktivitas bakteri dengan menggunakan uji reduktase. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa teat dipping dengan menggunakan iodin 10% mampu menurunkan kejadian mastitis sebesar 95%, sedangkan sari daun beluntas 20% mampu menurunkan kejadian mastitis sebesar 100% dan sari daun beluntas 35% mampu menurunkan kejadian mastitis sebesar 95%. Penurunan aktivitas bakteri dengan menggunakan iodin 10% sebesar 23,8%, untuk sari daun beluntas 20% mampu menurunkan aktivitas bakteri sebesar 21,8% dan sari daun beluntas 35% mampu menurunkan aktivitas bakteri sebesar 23,7%. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sari daun beluntas kurang dari 30% tidak dapat digunakan untuk teat dipping, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan sari daun beluntas dalam jangka waktu yang lebih lama dan konsentrasi yang lebih tinggi. Keywords: sari daun beluntas, mastitis dan teat dipping EFFECT OF TEAT DIPPING Pluchea indica Less LEAF EXTRACT ON MILK QUALITY BY USING CALIFORNIA MASTITIS TEST AND REDUCTATION TEST Iftitah Lisholihah 1, Sarwiyono 2 and Puguh Sujowardojo 2 1 Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang 2 Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang lisholihah@gmail.com ABSTRACT: The purpose of this research was to evaluate the effect of teat dipping using Pluchea indica Less leaf extracts toward milk quality by using California mastitis test and reductation test. The materials in this research were 12 cows, Pluchea indica Less leaf extract, CMT reagent and iodine. The method that used was experiment with descriptive analysis. Mastitis levels were determined by California Mastitis Test and bacterial activity determined by reductation test. The results showed that teat dipping by using iodine 10% could reduced mastitis incident by 95%, whereas Pluchea indica Less extract 20% could reduced by 100% and Pluchea 1

indica Less extract 35% could reduced 95%. Activity of bacteria was decreased by using iodine 10% could reduced 23.8%, Pluchea indica Less extract 20% could reduced 21.8% and Pluchea indica Less extract 35% could reduced 44,87%. It can be concluded that Pluchea indica Less up to 35% concentration cannot be used for teat dipping. Suggestion for the future researchers are to evaluate long term used and higher concentration of Pluchea indica Less leaf extracts. Keywords: Pluchea indica Less leaf extract, mastitis and teat dipping PENDAHULUAN Sapi perah di Indonesia sebagian besar dipelihara oleh peternakan rakyat yang masih menjalankan peternakannya secara tradisional dan manajemen yang digunakan kurang baik, terutama masalah sanitasi. Sanitasi yang kurang baik mengakibatkan penyakit mastitis. Mastitis merupakan peradangan pada ambing yang disebabkan oleh aktivitas mikroba, mastitis sendiri terbagi menjadi 2 yaitu mastitis klinis dan subklinis. Mikroba penyebab mastitis antara lain Streptococcus agalactiae, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis sebesar 91,5% sedangkan Coliform dan yang lainnya sebesar 8,5%. Selain itu ternak yang berpeluang menderita mastitis subklinis adalah ternak yang memiliki bentuk ambing yang sangat menggantung, lubang puting terlalu lebar, umur sapi yang semakin tua dan tingkat produksi susu yang semakin tinggi (Subronto, 1989). Blakely dan Bade juga (1991) menyatakan sesuatu hal yang menyebabkan luka pada ambing, seperti prosedur pemerahan yang kurang tepat, mesin perah yang kerjanya kurang baik, ambing yang kotor terkena tanah, lumpur dan lainnya dapat meningkatkan mastitis pada ternak. Mastitis subklinis yang menyerang peternakan rakyat di Indonesia kurang lebih sebesar 80% dan menurunkan produksi susu hingga 70% (Surjowardojo, 2011). Penyebab utama mastitis salah satunya adalah bakteri Staphylococcus aureus yang dibawa oleh air bekas cucian atau air mandi sapi. Staphylococcus aureus bersama dengan air akan berkumpul di ujung puting dan melakukan penetrasi melalui kelenjar susu dengan media air susu, selanjutnya Staphylococcus aureus dapat menyebar keseluruh kelenjar susu (Widodo dan Melleng, 2008). Pencegahan mastitis salah satunya dapat dilakukan dengan teat dipping pada akhir pemerahan, teat dipping merupakan pencelupan puting dengan menggunakan antiseptik agar bakteri yang ada disekitar puting tidak masuk kedalam susu (Swadayana, Sambodho dan Budiarti 2012). Surjowardojo, Suyadi, Hakim dan Aulani am (2008) menyatakan setelah pemerahan streak canal beberapa saat masih terbuka sehingga harus diupayakan agar mikroorganisme tidak masuk kedalam puting dengan cara pencelupan menggunakan larutan antiseptik. Teat dipping dapat dilakukan dengan menggunakan bahan alami yang mengandung senyawa antibakteri, salah satu tanaman yang mengandung antibakteri adalah tanaman beluntas. Tanaman beluntas merupakan tanaman perdu kecil, tumbuh tegak dan memiliki kandungan kimia antara 2

lain alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, alumunium, kalsium, magnesium dan fosfor (Susanti, 2007). Daun beluntas juga memiliki manfaat bagi kesehatan manusia antara lain sebagai obat panas, diare, nyeri haid, pegal linu, penghilang bau mulut dan bau badan (Rahmawati, Marini dan Rinanto, 2010). MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu terhitung mulai tanggal 12 Desember 2013 sampai 12 Januari 2014 di Dusun Princi, Desa Gading Kulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang yang termasuk peternakan anggota KUD Dau. Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor sapi perah peranakan Friesian Holstein (PFH) laktasi. Alat dan bahan yang dipergunakan pada proses pembuatan sari daun beluntas antara lain panci, pengaduk, pisau, blender, daun beluntas nomor 1 sampai 6 dan aquades. Alat dan bahan untuk teat dipping antara lain alat dipping, sari daun beluntas dan iodin. Alat dan bahan untuk uji CMT antara lain cawan paddle, reagen CMT dan susu. Alat dan bahan untuk uji Reduktase antara lain tabung reaksi, gelas ukur, kapas steril, pipet, susu, waterbath dan metylen blue. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan menggunakan 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan digunakan selama empat minggu. penentuan sampel secara purposive sapling. Perlakuan yang digunakan untuk teat dipping antara lain: P0 : kontrol dengan iodin 10% P1 : sari daun beluntas 20% P2 : sari daun beluntas 35% Tingkat kejadian mastitis di ukur dengan menggunakan uji CMT, adapun prosedur uji CMT menurut Adriani (2010) adalah: 1. 2 ml susu (diambil dari curahan kedua pemerahan) dengan 2 ml reagen CMT dimasukkan dalam paddle 2. Kemudian campuran tersebut diputar membentuk lingkaran horizontal selama 10 detik 3. Dilihat ada tidaknya perubahan pada kekentalan susu. Setelah itu dilakukan uji reduktase, adapun prosedur yang dilakukan menurut Sari, Swacita dan Agustina (2013) antara lain: 1. Metylen blue 1,5 ml diambil, dimasukkan kedalam tabung reaksi 2. Tabung yang telah diisi metylen blue ditambahkan sampel susu 10 ml, kemudian tabung reaksi ditutup dengan kapas steril dan dikocok 3. Tabung yang telah dikocok dipanaskan ke dalam waterbath pada suhu 37 0 C 4. Kemudian ditunggu sampai 15 menit dan diamati perubahan warna yang terjadi. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tingkat kejadian mastitis dengan menggunakan uji CMT dan aktivitas bakteri dengan menggunakan uji reduktase. 3

Skor Mastitis Analisa Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu dengan cara mengambarkan tingkat kejadian mastitis dan aktivitas bakteri selama empat minggu dan membandingkan perubahan yang terjadi setelah dilakukan teat dipping pada masing-masing perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Skor Mastitis Hasil analisis menunjukkan teat dipping dengan menggunakan sari daun beluntas mampu menurunkan skor mastitis tetapi belum mampu menyamai kemampuan iodin 10%. Rataan konsentrasi setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Skor Mastitis Tabel diatas merupakan rata-rata skor mastitis setiap puting. Perlakuan P0 menunjukkan rataan saat pretest sebesar 1,25 dan saat posttest minggu ke 3 sebesar 0,06. Perlakuan P1 menunjukkan rataan saat pretest sebesar 1 dan saat posttest minggu ke 3 sebesar 0. Perlakuan P2 menunjukkan rataan saat pretest sebesar 1,12 dan saat posttest minggu ke 3 sebesar 0,06. Grafik rataan skor mastitis dapat dilihat pada Gambar 1. 1.5 1 0.5 0 P0 P1 P2 Pretest Minggu I Minggu II Minggu III Gambar 1. Grafik Skor Mastitis setiap Perlakuan Gambar diatas menunjukkan penurunan tingkat mastitis dari pretest sampai posttest minggu ke 3, berdasarkan nilai tersebut maka dapat diketahui selisih dari masing-masing perlakuan. P0 memiliki selisih antara pretest dan posttest minggu ke 3 sebesar 1,19 sedangkan P1 sebesar 1 dan P2 sebesar 1,06. Hal ini sesuai dengan Manu (2013) bahwa sari daun beluntas mampu menurunkan pertumbuhan bakteri. Kemampuan daun beluntas sebagai antibakteri karena daun beluntas mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, minyak atsiri dan tanin yang mampu menghambat bakteri (Susanti, 2007). Dwidjoseputro (1994) menyatakan cara kerja flavonoid sebagai antibakteri yaitu membentuk senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri dan Robinson (1991) menyatakan mekanisme alkaloid sebagai antibakteri diduga adalah dengan cara menggangu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Razak, Djamal dan Revilla (2013) menyatakan minyak atsiri memiliki kandungan senyawa diantaranya adalah fenol yang mempunyai sifat antibakteri, 4

Waktu Reduktase mekanisme kerja fenol adalah dengan mendenaturasi protein dan merusak membran sitoplasma sel bakteri, hal ini dapat mengakibatkan permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif dan pengendalian susunan protein sel bakteri terganggu. Gangguan integritas sitoplasma berakibat pada lolosnya makromolekul dan ion dari sel serta sel bakteri kehilangan bentuknya sehingga lisis. Gambar diatas memperlihatkan bahwa P0 memiliki kemampuan yang lebih dalam menurunkan mastitis karena P0 memiliki selisih lebih besar dari pada perlakuan yang lainnya. Apabila dipersentasekan maka P0 mampu menurunkan skor mastitis sebesar 95%, untuk P1 sebesar 100% dan P2 sebesar 95%. Uji Reduktase Hasil analisis menunjukkan bahwa sari daun beluntas mampu menurunkan aktivitas bakteri tetapi belum mampu menyetarai kemampuan iodin. Rataan waktu uji reduktase dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan watu uji reduktase Pada tabel diatas merupakan rata-rata waktu uji reduktase yang dinyatakan dalam menit, dapat diketahui P0 menunjukkan rataan saat pretest sebesar 198 dan pada saat posttest minggu ke 3 sebesar 240. P1 rataan pretest sebesar 188 dan posttest minggu ke 3 sebesar 228. P2 rataan pretest sebesar 189 dan posttest minggu ke 3 sebesar 234. Grafik rataan uji reduktase pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2. 250 200 150 100 50 0 P0 P1 P2 Pretest Minggu I Minggu II Minggu III Gambar 2. Grafik Uji Reduktase Grafik diatas menunjukkan apabila semakin tinggi waktu reduktase maka semakin baik kualitas susunya. Selisih rataan antara pretest dan minggu ke 3 pada perlakuan P0 sebesar 46,12 dan P1 sebesar 40, 94 serta P2 sebesar 44,87 hal ini sesuai dengan Dewi (2010) yang menyatakan bahwa sapi perah yang terkena mastitis subklinis mengalami penurunan aktivitas bakteri dalam susu setelah dilakukan teat dipping. Seperti tampak pada Gambar 2 bahwa P0 memiliki kemampuan yang lebih dalam menurunkan aktivitas bakteri dibandingkan dengan yang lainnya. Persentase dari masing-masing perlakuan adalah P0 sebesar 23,8%, P1 sebesar 21,8% dan P2 sebesar 23,7%. Kesimpulan 1. Teat dipping dengan menggunakan sari daun beluntas mampu mengurangi tingkat kejadian mastitis dan menurunkan 5

aktivitas bakteri dalam susu walaupun masih di bawah kemampuan iodin. 2. Sari daun beluntas belum dapat dijadikan sebagai antiseptik alami untuk teat dipping. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan sari daun beluntas dalam jangka waktu yang lebih lama dan dalam konsentrasi yang lebi tinggi. DAFTAR PUSTAKA Adriani. 2010. Penggunaan Somatik Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan California Mastitis Test (CMT) untuk Deteksi Mastitis pada Kambing. Universitas Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu- Ilmu Peternakan. 13 (5): 229-234. Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan edisi keempat. Diterjemahkan oleh B. Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Dewi, B. 2010. Efektivitas Teat Dipping dengan Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada Sapi Perah Penderita Mastitis Subklinis terhadap Uji Katasale dan Uji Reduktase. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta. Manu, R.R.S. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica.) terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(1): 1-10. Rahmawati, I., R. Marini dan Y. Rinanto. 2010. Uji Aktifitas Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Etanolik Daun Beluntas (Pluchea indica. L) dengan Metode Maserasi dan Soxhletasi terhadap Salmonella typhi ATCC 13311 secara Dilusi. Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi. http://biomedika.setiabudi.ac.id. Diakses tanggal 30 Mei 2013. Razak, A., A. Djamal dan G. Revilla. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Jurnal kesehatan Andalas. 2 (1): 5-8. Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Institut Teknologi Bandung Press. Bandung. Sari, M., I.B.N. Swacita dan K.K. Agustina. 2013. Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus. 2 (2): 202 207. Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. Surjowardojo, P. 2011. Ekspresi Mastitis pada Sapi Perah. Aditya Media Publishing. Malang. Surjowardojo, P., Suyadi, L. Hakim dan Aulani am. 2008. Ekspresi Produksi Susu pada Sapi Perah Mastitis. Jurnal Ternak Tropika. 9 (2): 1-11. 6

Susanti, A. 2007. Daya Antibakteri Sari Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica less) terhadap Escherichia coli secara In vitro. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. http://journal.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 20 Juni 2013. Swadayana, A., P. Sambodho dan C. Budiarti. 2012. Total Bakteri dan ph Susu Akibat Lama Waktu Diping Puting Kambing Peranakan Etawa Laktasi. Jurnal Agricultural. 1(1): 12-21. Widodo, W dan A.S. Melleng. 2008. Budidaya Usaha Ternak Sapi Perah. CV Tatalina Corporation Malang. 7