OPTIMASI KONDISI PROSES KONVERSI BIODIESEL DARI PALM FATTY ACID DISTILATE MENGGUNAKAN KATALIS H-ZEOLIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

KONVERSI ASAM LEMAK SAWIT DISTILAT MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS Ni.Mo/Al 2 O 3

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH RASIO REAKTAN DAN JUMLAH KATALIS TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN METIL ESTER DARI PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD)

KONVERSI PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD) MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS p-tsa

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

KONVERSI ASAM LEMAK SAWIT DISTILAT MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT SINTESIS

Pengaruh Waktu Reaksi dan Perbandingan Molar pada Proses Pembuatan Isobutil Oleat dengan Katalis Zeolit Alam

Jayan Adhi Wiguna, Fajril Akbar, Ida Zahrina

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

OPTIMASI TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MENGGUNAKAN CAMPURAN MINYAK KELAPA SAWIT DAN MINYAK JARAK DENGAN TEKNIK ULTRASONIK PADA FREKUENSI 28 khz

Prestasi, Volume 1, Nomor 2, Juni 2012 ISSN

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.

4 Pembahasan Degumming

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

III. METODA PENELITIAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

VARIASI BERAT KATALIS DAN SUHU REAKSI TRANSESTERIFIKASI CRUDE PALM OIL MENGGUNAKAN KATALIS CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 800 O C

ESTERIFIKASI PFAD (PALM FATTY ACID DISTILLATE) MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS H-ZEOLIT DENGAN VARIABEL WAKTU REAKSI DAN KECEPATAN PENGADUKAN

Reaksi Transesterifikasi Multitahap-Temperatur tak Seragam untuk Pengurangan Kadar Gliserol Terikat

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan golongan surfaktan anionik yang dibuat

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

Perengkahan Katalitik Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) Menghasilkan Biofuel Menggunakan Katalis FeMo/Zeolit ABSTRACT

Transesterifikasi Minyak Limbah Ikan Patin Menggunakan Isobutanol Dengan Variasi Jumlah Katalis Dan Waktu Reaksi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Bab III Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

III. METODE PENELITIAN

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

TRANSESTERIFIKASI PARSIAL MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN ETANOL PADA PEMBUATAN DIGLISERIDA SEBAGAI AGEN PENGEMULSI

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED)

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

Perengkahan Asam Lemak Sawit Distilat Menjadi Biofuel Menggunakan Katalis Ni/Zeolit Dengan Variasi Temperatur Reaksi dan Rasio Umpan/Katalis

PRODUKSI BIODISEL DARI MINYAK GORENG BEKAS MENGGUNAKAN KATALIS CaO CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 900 C

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

Transkripsi:

OPTIMASI KONDISI PROSES KONVERSI BIODIESEL DARI PALM FATTY ACID DISTILATE MENGGUNAKAN KATALIS H-ZEOLIT Elvi Yenie, Ida Zahrina, Fadjril Akbar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Email; elviyenie@yahoo.co.id Abstrak Minyak bumi merupakan sumber energi yang tak dapat diperbarui dan suatu saat akan habis. Kenyataan yang demikian mendorong berbagai negara melakukan langkah-langkah penghematan dan melakukan berbagai penelitian untuk mendapatkan bahan bakar baru sebagai pengganti minyak bumi. Bahan bakar baru tersebut adalah biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar. Di sisi lain PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) yang merupakan produk samping dari pembuatan minyak goreng memiliki potensi yang tinggi untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Pembuatan biodiesel dari PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dilakukan dengan reaksi esterifikasi. Esterifikasi adalah reaksi asam lemak bebas dengan alkohol membentuk ester dan air. Pada penelitian ini telah dipelajari pengaruh nisbah molar umpan PFAD : metanol, suhu reaksi, dan waktu reaksi terhadap konversi biodiesel yang dihasilkan. Variabel penelitian yang akan ditinjau yaitu nisbah molar umpan PFAD : methanol ( 1:0,4 1:12 ), suhu reaksi (70 o C - 100 o C), dan waktu reaksi ( 15-240 menit ) terhadap perolehan konversi biodiesel.rancangan percobaan menggunakan RSM (Response Surface Methode) sedangkan pengolahan datanya menggunakan software minitab 14. Dari hasil pengolahan data diperoleh konversi optimum biodiesel sebesar 26,29 % pada nisbah molar umpan PFAD : metanol 1: 8,25 mol, suhu reaksi pada 87,33 o C, dan waktu reaksi 36,77 menit. Kata kunci : Biodiesel,, Esterifikasi PFAD, RSM (Response Surface Methode) 1. Pendahuluan Sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) seperti BBM tingkat ketersediaannya semakin berkurang sedangkan konsumsi terhadap BBM mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Syah, 2005). Sebagai contoh, produksi minyak bumi Indonesia telah mencapai puncaknya pada tahun 1977 yaitu sebesar 1,7 juta barel per hari terus menurun hingga tinggal 1,1 juta barel per hari pada tahun 2007. Di sisi lain konsumsi minyak bumi terus meningkat dan tercatat 0,98 juta barel per hari pada tahun 2001, menjadi 1,15 juta barel per hari pada tahun 2007, ini berarti Indonesia mengalami kekurangan pasokan BBM sekitar 0,05 juta barel per hari (Irawan, 2008). Oleh karena itu sudah saatnya dipikirkan cara untuk mengganti BBM yang bersumber dari minyak bumi dengan bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui (renewable).

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan yang terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable). Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk motor diesel. Berdasarkan jumlah ketersediaan dan potensi pengembangan tanaman untuk bahan baku maka biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa sawit mempunyai prospek untuk dikembangkan. Bahan baku biodiesel yang berasal dari pengolahan kelapa sawit berupa CPO (Crude Palm Oil ), RBDPO ( refined bleached deodorized palm oil ), olein, stearin, dan PFAD ( palm fatty acid distillate ). Tetapi pemakaian CPO sebagai bahan baku biodiesel sangat bersaing karena CPO digunakan juga untuk pangan, oleh karena itu perlu dicari bahan baku biodiesel yang pemakaiannya tidak bersaing dengan kebutuhan pokok manusia dan harganya murah.!"# $%& '&!" (&)!" (( * *+% &"!" %', %+-',#%%$& 'pelajari pengaruh nisbah molar umpan PFAD : metanol, suhu reaksi, dan waktu reaksi terhadap konversi biodiesel yang dihasilkan. 2. Tinjauan Pustaka Salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk mengatasi permasalahan bahan bakar di Indonesia adalah biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak memiliki efek terhadap kesehatan, dan dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel. Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable). Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi dimana reaksi antara senyawa ester (CPO/ minyak kelapa sawit) dengan

senyawa alkohol (metanol). Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil ester (biodiesel) dan gliserin (pada umumnya digunakan untuk pembuatan sabun dan produk lainnya). PFAD (palm fatty acid distillate) merupakan produk samping minyak goreng, sangat cocok digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan biodiesel mengingat harganya yang relatif murah (80% dari harga CPO standar) dan penggunaannya yang tidak bersaing dengan kebutuhan pokok manusia. Pabrik minyak goreng dapat menghasilkan PFAD sekitar 6 % dari kebutuhan CPO-nya, sehingga setahun dapat mencapai 0,21 juta ton PFAD. Dengan jumlah ini maka dapat dihasilkan biodiesel sebesar 0,189 juta ton. Nilai ini setara dengan 3,78 juta ton biosolar pertahun (Prihandana dkk, 2006). Esterifikasi adalah reaksi asam lemak bebas dengan alkohol membentuk ester dan air. Umumnya, proses esterifikasi menggunakan katalis asam. Asam-asam pekat seperti asam sulfat dan asam klorida adalah jenis asam yang sekarang ini banyak digunakan sebagai katalis (Hambali dkk, 2007). Reaksi esterifikasi pembentukan metil ester adalah sebagai berikut : Katalis asam RCOOH + CH 3 OH RCOOCH 3 + H 2 O Asam lemak Metanol Biodiesel Air Chongkong dkk, (2007) melakukan esterifikasi asam lemak bebas yang terkandung dalam PFAD secara batch dengan menggunakan katalis H 2 SO 4. Kondisi operasi optimum diperoleh pada rasio molar Metanol : PFAD (8:1) dengan jumlah katalis 1,834 % berat pada temperatur 70 o C selama 60 menit. Hidayat, (2008) melakukan esterifikasi minyak jelantah kelapa sawit menggunakan katalis H-zeolit pada temperatur 70 o C pada tekanan atmosferik selama 2 jam dengan memvariasikan rasio H-zeolit terhadap (minyak + metanol) yaitu 1,25%; 2,50%; 3,75% dan 5,00%. Dari hasil reaksi esterifikasi diperoleh konsentrasi H-Zeolit 3,75% (b/b) sebesar 61,23%. konversi biodiesel terbesar pada Zeolit dapat digunakan sebagai katalis pada perengkahan hidrokarbon, isomerisasi parafin, reaksi metanol menjadi bensin dll. Hal ini disebabkan karena zeolit memiliki aktivitas katalitik yang sangat tinggi.

Rancangan Percobaan dengan RSM Perhitungan optimasi konversi biodiesel terhadap pengaruh nisbah molar umpan PFAD : metanol, suhu reaksi dan waktu reaksi menggunakan Response Surface Methode dengan kecocokan model CCD 3. Metode Penelitian Bahan dan Alat Bahan bahan yang digunakan adalah PFAD, metanol, zeolit alam, etanol, indikator pp, KOH 0,5 N, asam oksalat 0,1 N, NH 4 NO 3 1 N, gas nitrogen. Alat-alat yang digunakan adalah ketel reaksi, pengaduk, corong pisah, stopwatch, buret, statif, gelas ukur, neraca analitik, gelas piala, termokopel, pemanas (heating mantel), kondenser, kertas saring, corong, pipet tetes, pipet gondok, water bath, erlenmeyer, dan sumbat karet/ gabus. Variabel Penelitian Variabel penelitian yaitu nisbah molar umpan PFAD : methanol ( 1:0,4 1:12 ), suhu reaksi (70 o C - 100 o C), dan waktu reaksi ( 15-240 menit ) terhadap perolehan konversi biodiesel. Tabel 3.1 menunjukkan rancangan percobaan penelitian dengan menggunakan kecocokan model CCD untuk konversi biodiesel. Tabel 3.1 RSM dengan Kecocokan Model pada konversi biodiesel Level Perlakuan Satuan - -1 0 1 + Nisbah molar umpan Mol 4,636 6 8 10 11,364 PFAD:metanol (X 1 ) Suhu reaksi (X 2 ) 0 C 71,59 75 80 85 88,41 Waktu reaksi (X 3 ) Menit 19,08 60 120 180 220,92 Untuk memudahkan perhitungan dalam pengolahan data, rentang variabel proses dikodekan dalam rentang (-1, 1). Sehingga hubungan antara variabel proses (i) dan coded variables (X i ) dapat dinyatakan seperti persamaan berikut: X i ξi ξi mid =.(1) ξi mid ξi low Dimana, i mid = (i high + i low)/2

Prosedur penelitian Tahap preparasi katalis Katalis yang digunakan adalah H-zeolit. Katalis H-zeolit dipreparasi dari zeolit alam melalui tahapan yang dikembangkan oleh Nasikin dkk ( 2006 ). Zeolit alam sebanyak 400 gram dipertukarkan ion dengan larutan NH 4 NO 3 1 N selama 50 jam dengan kecepatan pengadukan 500 rpm untuk menghasilkan NH 4 -zeolit. Padatan zeolit kemudian dipisahkan, dicuci dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 110 o C selama 3 jam dan dilanjutkan dengan kalsinasi dengan mengalirkan gas nitrogen pada suhu menghilangkan NH 3 dari NH 4 -zeolit, sehingga diperoleh H-zeolit. Tahap Preparasi Bahan baku 500 o C selama 3 jam untuk Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) diperoleh dari pabrik minyak goreng PT. Sari Dumai Sejati. PFAD terlebih dahulu dicairkan pada suhu ± 70 o C, selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan kotoran. Sebelum digunakan sebagai bahan baku reaksi esterifikasi, dilakukan analisa kadar asam lemak awal yang terkandung dalam PFAD. Reaksi Esterifikasi Esterifikasi PFAD dilakukan secara batch dalam sebuah ketel reaksi yang dilengkapi dengan pengaduk mekanik, termokopel, dan kondenser seperti terlihat pada gambar 3.1.. Keterangan: 1. Pengaduk 2. Termokopel 3. Motor pengaduk 4. Kondenser reflux 5. Klem penguat 6. Inlet Reaktan & Katalis 7. Pemanas listrik Ketel reaksi + Gambar 3.1 Skema Peralatan untuk Reaksi Esterifikasi PFAD dengan Metanol. Analisis Reaktan dan Produk Untuk mengetahui tingkat kesempurnaan reaksi, maka pada setiap percobaan akan dilakukan analisis reaktan dan produk yaitu dengan mengukur angka asam lemak bebas dengan metoda titrimetri (Ketaren, 2005).

4. Hasil dan Pembahasan Kadar ALB dalam PFAD ( Palm Fatty Acid Distillate ) PFAD terlebih dahulu dicairkan pada suhu ± 70 o C, selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan kotoran kemudian dianalisa kadar ALB ( asam lemak bebas ). Dengan menggunakan metode titrimetri diperoleh kadar ALB yang terkandung dalam PFAD sebesar 93,6 %. Desain dan analisa percobaan orde kedua Rancangan dan analisa data percobaan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan RSM ( respon surface methode ). Pengolahan data percobaan dengan menggunakan bantuan software minitab 14. Dari hasil pengolahan data dan analisa diperoleh suatu persamaan baru model orde kedua yang menyatakan variabel respon ( y ), yaitu : y = 28,7117 + 4,8565 X 1 + 2,7992 X 3 6,3199 X 1 2 3,94 X 2.X 3 ( 2 ) Respon Optimum Penentuan titik optimum proses dilakukan dengan menentukan titik stationer. Sedangakan sebaran optimasi proses dapat dilihat dari plot kontur. Dari hasil perhitungan titik stationer diketahui respon optimum konversi biodiesel dari PFAD didapat sebesar 26,29 % dengan nisbah molar umpan PFAD : metanol = 1: 8,25 mol dan waktu reaksi 36,77 menit.. Gambar 4.1 Plot kontur persentase konversi biodiesel terhadap pengaruh nisbah molar umpan PFAD : metanol dan waktu reaksi

Perolehan Biodiesel Konversi biodiesel yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar antara 20 35 %. Konversi biodiesel cenderung meningkat seiring dengan peningkatan nisbah molar umpan PFAD : metanol dari 1:8 hingga 1:9 mol serta peningkatan waktu reaksi dari 30 menit hingga 60 menit. Akan tetapi peningkatan nisbah molar umpan PFAD : metanol lebih dari 1:9 mol dan waktu reaksi 60 menit justru menyebabkan turunnya konversi biodiesel yang dihasilkan. Gambar 4.2 Surface curve persentase konversi biodiesel terhadap pengaruh nisbah molar umpan PFAD : metanol dan waktu reaksi Perolehan konversi biodiesel dari hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil perolehan konversi biodiesel penelitian sebelumnya. Chongkong dkk, ( 2007 ) mengkaji percobaan pembuatan biodiesel dari PFAD dengan katalis asam sulfat ( H 2 SO 4 ) pada berbagai konsentrasi. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan konversi biodiesel sebesar 93 % pada konsentrasi katalis 1,834 %. Sedangkan Lenniasti dkk, ( 2008 ) mendapatkan konversi biodiesel sebesar 77,94 % dari reaksi esterifikasi PFAD dengan konsentrasi katalis Ni.Mo/Al 2 O 3 10 %.

Pengaruh nisbah molar umpan PFAD : metanol terhadap perolehan konversi biodiesel Variasi nisbah molar umpan PFAD : metanol memberikan pengaruh yang nyata terhadap konversi yang dihasilkan (Gambar 4.2). Pada suhu reaksi konstan, peningkatan nisbah molar umpan PFAD : metanol dari 1:8 mol hingga 1:9 mol cenderung meningkatkan konversi biodiesel. Namun pada nisbah molar umpan PFAD : metanol yang lebih tinggi ( > 1:9 mol ) justru menyebabkan terjadinya penurunan terhadap konversi biodiesel yang dihasilkan. Wang dkk,( 2007 ) mengungkapkan bahwa penurunan konversi biodiesel disebabkan karena metanol yang berlebih terlarut dalam air yang terbentuk. Akibatnya metanol yang bereaksi dengan asam lemak bebas semakin berkurang dan menggeser kesetimbangan reaksi bergerak kekiri. Pengaruh waktu reaksi terhadap perolehan konversi biodiesel Pengaruh waktu reaksi juga memberikan dampak yang cukup besar terhadap konversi biodiesel (Gambar 4.2). Peningkatan waktu reaksi dari 30 menit hingga 60 menit menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap konversi biodiesel yang dihasilkan. Peningkatan waktu reaksi setelah dicapai kondisi optimum ( 36,77 menit ) tidak mengakibatkan konversi biodiesel meningkat karena kesetimbangan reaksi telah tercapai. Menurut Ketta, ( 1993 ) jika kesetimbangan reaksi telah tercapai dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak akan meningkatkan konversi. Pengaruh suhu reaksi terhadap perolehan konversi biodiesel Pada penelitian ini, pengaruh suhu reaksi dipelajari pada rentang ( 70 o C - 100 o C ). Namun pada rentang suhu tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konversi biodiesel. Menurut Chitra dkk, (2005) reaksi pembentukan biodiesel seharusnya dilakukan pada suhu dibawah titik didih metanol (65 o C). Sedangkan menurut Chongkong dkk, ( 2007 ) suhu reaksi memberikan pengaruh terhadap konversi biodiesel yang dihasilkan. Pada penelitian tersebut, dilakukan variasi terhadap suhu reaksi dari 65 o C hingga 75 o C. Dari penelitian tersebut didapatkan konversi maksimum 93,9 % diperoleh pada suhu reaksi 65 o C dengan waktu reaksi 120 menit.

5. Kesimpulan 1. Persamaan yang diperoleh untuk konversi biodiesel adalah persamaan orde 2 yaitu: y = 28,7117 + 4,8565 X 1 + 2,7992 X 3 6,3199 X 1 2 3,94 X 2.X 3 2. Nisbah molar umpan PFAD : metanol mempunyai pengaruh terbesar terhadap perolehan konversi biodiesel jika dibandingkan dengan suhu dan waktu reaksi. 3. Hasil nilai respon optimal untuk konversi biodiesel adalah 26,29 % pada nisbah molar umpan PFAD : metanol 1 : 8,25 mol, pada suhu 87,33 0 C selama 36,77 menit. Saran Untuk mendapatkan konversi biodiesel yang lebih tinggi lagi maka perlu ditinjau kembali konsentrasi H-zeolit yang digunakan. Daftar Pustaka 1. Chitra, P., Venkatachalam, P., Sampathrajan, A., 2005. Optimisation of Experimental Conditions for Biodiesel Production from Alkali-catalyzed Transesterifikasi of Jatropa Curcus Oil. Energy for Sustainable Development, vol IX no.3 2. Chongkhong, S., Tongurai, C., Chetpattananondh, C., dan Bunyakan, C. 2007. Biodiesel Production by Esterification of Palm Fatty Acid Distillate. http://www.energy-based.nrct.go.th. 3 November 2007. 3. Debora, P., Zahrina, I., dan Yenie, E. 2008. Konversi Asam Lemak Sawit Distilat Menjadi Biodiesel Menggunakan Katalis Zeolit Sintesis, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Teknologi Oleo & Petrokimia Indonesia. Pekanbaru. Irawan, G. 2008. Prospek Biodiesel Cerah. www.sinarharapan.co.id. 1 November 2008 5. Hambali, E., Mujdalipah, S., Armansyah, Pattiwiri, A., Waries, dan Handroko 2007. 6. Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit UI. Press 7. Ketta, Mc.J.John.1993.Chemical Processing Handbook.Marcel Dekker Inc.New York 8. Lenniasti, Zahrina, I., dan Yenie, E. 2008. Konversi Asam Lemak Sawit Distilat Menjadi Biodiesel Menggunakan Katalis Ni.Mo/Al 2 O 3, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Teknologi Oleo & Petrokimia Indonesia. Pekanbaru.

9. Nasikin, M., Wahid, A., Iswara, G. 2006. Perengkahan katalitik Fasa Cair Minyak Sawit Menjadi Biogasolin, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. Palembang. 10. Prihandana, R., Hendroko, R., dan Nuramin. 2006. Menghasilkan Biodiesel Murah Mengatasi Polusi dan Kelangkaan BBM. Jakarta : Penerbit Agromedia. 11. Wang,Y., Ou, S., Liu,P., and Zhang, Z., (2007). Preparation of Biodiesel from Waste Cooking Oil Via Two Step Catalyzed Process, Energy Conversion and Management, 48, 184-188. 12. Syah, A.N.A. 2005. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Jakarta : Penerbit Agromedia