BAB II LANDASAN TEORI. II.1 Pemahaman Akan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa

BAB I PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi yang mengarah pada perdagangan bebas kini

BAB IV HASIL PENELITIAN. IV.1 Penetapan Kebijakan Dan Prosedur Pengendalian Mutu

1.1 Latar Belakang Penelitian Guna menghadapi era globalisasi yang menuju ke arah pasar bebas, terutama di Indonesia akan banyak masuk akuntan luar

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK JAMALUDIN, ARIA, SUKIMTO & REKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 17/PMK.01/2008 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAPORAN REVIEW MUTU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: )

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI) & AKUNTAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa negara di Asia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 423/KMK.06/2002 Tanggal 30 September 2002 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK

Paper Undang-undang yang Mengatur Audit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

AUDIT I. The Audit Standars Setting Proces. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

ANALISIS PENERIMAAN PERIKATAN AUDIT PADA KAP HENDRAWINATA EDDY SIDDHARTA & TANZIL JAKARTA. Irene Victoria Go. A. Yanti Ardiarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. Pembinaan Akuntan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

1. Sejarah Fungsi Audit Pengauditan telah dimulai sejak abad kelima belas. Tahun kelahiran pengauditan laporan keuangan secara pasti tidak diketahui,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB 1 PENGANTAR AUDITING

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

SISTEM PENGENDALIAN MUTU. KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA VERIFIKASI PENGALAMAN PRAKTIK OLEH IAPI & INFORMASI DOKUMEN YANG DISIAPKAN OLEH PEMOHON

Bab I. Pengauditan dan Profesi Akuntan Publik. Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si.

SISTEM PENGENDALIAN MUTU DALAM KANTOR JASA AKUNTANSI

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto & Rekan merupakan hasil

IKATAN AKUNTANSI INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN AUDIT DANA KAMPANYE. NUR SYARIFAH Kepala Biro Hukum

Auditing 1. I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., MM., Ak., BKP., CPMA., CPHR., CA. Politeknik Negeri Bali

BAB I PENDAHULUAN. jasa akuntan publik semakin tinggi dikarenakan bukan hanya perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perizinan Usaha Bentuk Usaha. Kantor Akuntan Publik Faisal Riza.

BAB II LANDASAN TEORI

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Re

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

Etika Bisnis & Profesi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

BATANG TUBUH PENJELASAN

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

No. 3/32/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah penulis meneliti, memahami, dan menganalisis mengenai usaha

IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA PENERAPAN SPM 1 SECARA PROPORSIONAL SESUAI KARAKTERISTIK OPERASI DAN BESAR KECILNYA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Key words : Pengauditan, Standar Pengendalian Mutu. Universitas Kristen Maranatha

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kantor akuntan publik (KAP) dari waktu ke waktu semakin

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. Jalan Raya Joglo, Kembangan, Jakarta Barat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN MUTU AUDIT DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Payamta SKRIPSI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7-6. sumber : hal. 276

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

DAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK by Ely Suhayati SE MSi Ak Ari Bramasto SE Msi Ak

BAB II LANDASAN TEORI. suatu KAP diharuskan untuk mentaati peraturan dan standar yang berlaku serta harus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis

PIAGAM KOMITE AUDIT. PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

SINERGITAS ASOSIASI PROFESI DALAM PENGUATAN PROFESIONALISME AKUNTAN DI INDONESIA. Simposium Nasional Akuntansi Bandar Lampung, 25 Agustus 2016

Menyongsong Berlakunya Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang Baru

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengauditan Laporan Keuangan (External Financial Audit) I. Pengertian Auditing dan Auditor Independen

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat sesuai dengan keahlian yang mereka miliki (Chua et al, 1991 dalam

Buku Wajib: Standar Profesional Akuntan Publik, 2007, Ikatan Akuntan Indonesia

BABI PENDAHULUAN. yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang keprofesionalismenya sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. didirikan pada bulan Desember 2014 di Jakarta, Indonesia.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Akan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik Pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jasa audit, atestasi, akuntansi dan review, konsultasi yang standarnya telah ditetapkan oleh IAPI dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Dalam perikatan jasa profesional, KAP bertanggung jawab untuk memenuhi SPAP. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut KAP wajib mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya, bahwa KAP dan seluruh stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh Aturan Etika Akuntan Publik; dan bahwa staf KAP kompeten secara profesional, objektif dan akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu KAP harus memiliki Sistem Pengendalian Mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan SPAP. Menurut PSPM No 01, SPM Seksi 100 (SPAP:16000.1-2) adalah sebagai berikut: Sistem Pengendalian Mutu KAP mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP. Sistem Pengendalian Mutu harus komprehensif dan harus dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan dan sifat praktik KAP. Sistem Pengendalian Mutu memiliki keterbatasan bawaan yang dapat berpengaruh terhadap efektivitasnya. Perbedaan kinerja antar staf dan pemahaman persyaratan profesional, dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP yang kemudian mempengaruhi efektivitas sistem tersebut. Sistem Pengendalian Mutu KAP harus dapat memberi keyakinan memadai bahwa bagian dari perikatan suatu KAP yang dilaksanakan oleh kantor cabang, kantor afiliasi atau kantor koresponden telah dilaksanakan sesuai dengan SPAP. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 18 ayat (2) huruf d, mengatur tentang Sistem Pengendalian Mutu (SPM) bagi 9

Kantor Akuntan Publik (KAP). Pasal 18 ayat (2) huruf d adalah sebagaimana berikut: Kantor Akuntan Publik (KAP) harus memiliki dan melampirkan Rancangan Sistem Pengendalian Mutu (RSPM) KAP yang memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekurang-kurangnya mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu. SPM dalam SPAP semula diatur dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) nomor 20, tentang Sistem Pengendalian Mutu Untuk Suatu Kantor Akuntan Publik (SPAP, seksi 001.24) yang kemudian diganti dengan Pernyataan Sistem Pengendalian Mutu No. 01. Menurut Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) per 31 Maret 2011, SPM dan KAP merupakan perumusan kebijakan dan prosedur pengendalian yang mencakup: Independensi, Penugasan Personel, Konsultasi, Supervisi, Pemekerjaan (Hiring), Pengembangan Profesional, Promosi (Advancement), Penerimaan dan Keberlanjutan Klien dan Inspeksi. Salah satu dasar penetapan SPM pada KAP di Indonesia adalah teori tentang Quality Control dalam kutipan buku Whittington, Pany (2012:47) berikut: A CPA firm should establish adequate quality control policies and procedures to provide reasonable assurance that it follows professional standards on every engagement. Menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) Element of Quality Control sebagai berikut: 1. Independence, Integrity and Objectivity; 2. Personnel Management; 3. Acceptance and Continuance of Clients and Engagements; 4. Engagements Performance; 5. Monitoring. 10

II.2 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Mutu pada KAP Menurut PSPM No. 1 (SPAP:2011), KAP wajib mempertimbangkan setiap unsur pengendalian mutu, sejauh diterapkan dalam prakteknya dalam menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya. Untuk memenuhi ketentuan tersebut KAP wajib membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu mengenai: a. Independensi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pada setiap lapis organisasi, semua staf profesional mempertahankan Independensi sebagaimana diatur dalam Aturan Etika Akuntan Publik secara rinci. Aturan Etika No. 1, Integritas, Objectivitas dan Independensi, memuat contoh-contoh penerapan yang berlaku untuk Akuntan Publik. b. Penugasan personel, yang memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam proses penugasan personel, sifat dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel yang ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara langsung terhadap personel tersebut semakin tidak diperlukan. c. Konsultasi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan (judgement) yang memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor, antara lain ukuran KAP dan tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh staf pelaksana perikatan. 11

d. Supervisi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP. Lingkup supervisi dan review yang sesuai pada suatu kondisi tertentu, tergantung atas beberapa faktor, antara lain kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan serta lingkup konsultasi yang tersedia dan yang telah digunakan. Tanggung jawab KAP untuk menetapkan prosedur supervisi berbeda dengan tanggung jawab staf secara individual untuk merencanakan dan melakukan supervisi secara memadai atas perikatan tersebut. e. Pemekerjaan (Hiring), yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga memungkinkan mereka melakukan perikatan secara kompeten. Akhirnya mutu pekerjaan KAP tergantung kepada integritas, kompetensi dan motivasi personel yang melaksanakan dan melakukan supervisi atas pekerjaan. Oleh karena itu program pemekerjaan KAP menjadi salah satu unsur penentu untuk mempertahankan mutu pekerjaan KAP. f. Pengembangan profesional, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai kepada personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karir mereka di KAP. g. Promosi (advancement), yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua personel terseleksi untuk promosi, memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik promosi personel akan 12

berakibat terhadap mutu pekerjaan KAP. Kualifikasi personel terseleksi untuk promosi harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada karakter, intelejensi, pertimbangan (judgement) dan motivasi. h. Penerimaan dan Keberlanjutan Klien, yang memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas. Adanya keharusan bagi KAP untuk menetapkan prosedur dengan tujuan tersebut, tidak berarti KAP bertugas untuk menentukan integritas atau keandalan klien dan tidak juga berarti bahwa KAP berkewajiban kepada siapapun, kecuali kepada dirinya sendiri, untuk menerima, menolak atau mempertahankan kliennya. Namun, dengan berdasarkan pada prinsip pertimbangan hati-hati (prudence), KAP disarankan selektif dalam menentukan hubungan profesionalnya. i. Inspeksi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur pengendalian mutu seperti tersebut pada butir a sampai dengan butir h, telah diterapkan secara efektif. Prosedur inspeksi dapat dirancang dan dilaksanakan oleh individu yang bertindak mewakili kepentingan manajemen KAP. Jenis prosedur inspeksi yang akan digunakan tergantung kepada pengendalian yang ditetapkan oleh KAP dan penetapan tanggung jawab di KAP untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya. II.3 Kebijakan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik dalam Standar Profesional Akuntan Publik Penjelasan lebih mendalam terkait PSPM No.1 (SPAP:2011) sebagaimana telah 13

ditetapkan oleh IAPI dalam SPAP, mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang dimaksudkan untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional. Kebijakan atas Sistem Pengendalian Mutu KAP dalam SPAP adalah sebagaimana berikut: a. Independensi a. Semua personel, pada setiap tingkat organisasi diwajibkan untuk mematuhi ketentuan independensi sebagaimana diatur oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia. b. Manager Audit diwajibkan untuk mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur mengenai independensi kepada seluruh supervisor audit, senior auditor dan junior auditor. Termasuk kepada asisten staf yang berstatus pegawai magang. c. KAP akan melakukan pemantauan atas kepatuhan seluruh personel terhadap kebijakan dan prosedur mengenai independensi. b. Penugasan Personel a. KAP akan memberikan penjelasan tentang pendekatan yang digunakan dalam penugasan personel, termasuk perencanaan kebutuhan secara keseluruhan untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan pemanfaatan personel dalam pelaksanaan perikatan. b. KAP akan menunjuk satu personel yang akan bertanggung jawab (person in charge) dalam penugasan personel. c. KAP akan meyusun skedul pelaksanaan dan kebutuhan personel untuk kegiatan audit atas klien-klien yang sudah melakukan perikatan audit. 14

c. Konsultasi a. KAP akan mengidentifikasi masalah dan situasi khusus yang mengharuskan personel untuk berkonsultasi dan mendorong personel untuk berkonsultasi dengan atau menggunakan sumber atau pihak yang berwenang mengenai masalah yang kompleks dan tidak biasa. b. Senior auditor, supervisor, manajer audit, harus melakukan konsultasi secara berjenjang, manajer harus berkonsultasi kepada partner dalam hal terdapat masalah yang kompleks dan tidak biasa. c. Kegiatan konsultasi atas masalah-masalah yang dikonsultasikan baik menyangkut penerapan standar audit, maupun standar akuntansi keuangan dan hasil konsultasi harus didokumentasikan dalam working papers dan disimpan terpisah dari current working papers. d. Supervisi a. Perencanaan perikatan audit harus dilakukan minimal oleh tingkat manajer. Pelaksanaan perencanaan perikatan harus mengacu kepada prosedur yang ditetapkan b. Senior auditor, supervisor, manajer audit, partner melakukan supervisi secara berjenjang untuk mempertahankan standar mutu KAP dan kualitas kertas kerja (working papers) dan laporan audit atau perikatan lainnya. e. Pemekerjaan (Hiring) a. KAP akan menyusun perencanaan kebutuhan personel, penetapan tujuan pemeriksaan dan penetapan kualifikasi personel yang terlibat dalam kegiatan 15

pemekerjaan. b. KAP akan memberikan informasi kepada pelamar kerja tentang kualifikasi auditor yaitu: kualifikasi untuk junior auditor minimum DIII akuntansi, senior auditor S1 akuntansi. Sedangkan untuk supervisor audit dan manajer audit minimal adalah mereka yang telah memiliki gelar akuntan dan memiliki nomor register negara untuk akuntan. c. KAP akan melakukan program orientasi bagi personel yang baru diterima. f. Pengembangan Profesional a. KAP akan menyediakan bagi personel mengenai perkembangan terkini dalam standar profesional dan materi mengenai kebijakan dan prosedur teknis KAP. b. KAP akan memberikan dorongan bagi personel untuk terlibat dalam pengembangan diri, serta mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan melalui seminar, lokakarya dan lainnya. g. Promosi a. KAP hanya akan memberikan promosi kepada mereka yang telah memenuhi kualifikasi yang disyaratkan atas berbagai tingkatan tanggung jawab. b. Promosi dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan evaluasi kinerja personel. h. Penerimaan dan Keberlanjutan Klien a. Pada setiap akhir periode tertentu, KAP akan melakukan evaluasi terhadap klien untuk menentukan apakah hubungan perikatan dimasa mendatang perlu diteruskan atau tidak b. KAP akan melakukan evaluasi atas calon klien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk memberikan persetujuan atau menolak calon klien. 16

II.4 Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, pasal 1 ayat (1) adalah sebagai berikut: Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Sedangkan dalam pasal 1 ayat (5) adalah sebagai berikut: Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang- Undang. II.5 Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Review Mutu II.5.1 Jenis-Jenis Review Mutu Pada KAP Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik mensyaratkan setiap Kantor Akuntan Publik (tanpa memandang ukurannya), untuk memiliki Sistem Pengendalian Mutu atas praktik akuntansi dan auditnya. Seksi tersebut mengidentifikasi sembilan unsur pengendalian mutu dan menyatakan bahwa KAP harus mempertimbangkan setiap unsur tersebut, sejauh dimungkinkan penerapannya dalam praktiknya, dalam menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya. Review Sistem Pengendalian Mutu, dapat berbentuk On-Site Quality Review atau Off-Site Quality Review. Beberapa pengaturan tentang pelaksanaan review yang dikutip dari Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Review Mutu yang bersumber dari PSPM No. 3, SPM Seksi 300 (SPAP:2011), adalah sebagai berikut: 1. On Site Quality Review On-Site Quality Review dimaksudkan untuk menyediakan dasar memadai bagi pelaksana review untuk menyatakan pendapat apakah selama tahun yang direview: 17

a. Sistem Pengendalian Mutu untuk praktik akuntansi dan audit KAP yang di-review telah memenuhi tujuan standar pengendalian mutu yang ditetapkan oleh IAPI; b. Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP yang di-review telah dipatuhi sehingga memberikan keyakinan memadai bagi KAP bahwa kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan standar profesional. Review harus mencakup studi dan evaluasi tentang dampak kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP terhadap praktik akuntansi dan audit selama periode satu tahun. Tim pe-review perlu memperoleh pemahaman umum atas kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP dengan memperhatikan sembilan unsur pengendalian mutu. Pada umumnya pemahaman ini diperoleh dengan cara membaca tanggapan KAP atas kuesioner yang dikembangkan oleh IAPI. Pe-review juga harus melakukan pengujian kepatuhan yang semestinya berkaitan dengan fungsi yang luas. On-Site Quality Review harus mencakup: a. Review beberapa perikatan pilihan, termasuk arsip kertas kerja (working paper) dan laporan yang berkaitan dengan tahun fiskal yang berakhir pada tahun di-review, kecuali laporan yang lebih kini telah diterbitkan yang merupakan cross section memadai atas praktik akuntansi dan audit KAP yang di-review. b. Penyiapan laporan tertulis atas hasil review dan, jika ada, surat komentar. c. Jika ada, penyiapan tanggapan tertulis oleh KAP yang di-review atas surat komentar yang berisi tindakan yang direncanakan akan diambil oleh KAP dengan memperhatikan rekomendasi pe-review. d. Pertimbangan memadai atas rekomendasi yang dibuat oleh pe-review. Suatu evaluasi apakah tindakan koreksi yang akan dilaksanakan oleh KAP dan tindakan perbaikan, koreksi dan / atau pemantauan terhadap rencana tindakan KAP perlu dilaksanakan. 2. Off-Site Quality Review Off-Site Quality Review bertujuan untuk menyediakan bagi pelaksana review dasar yang memadai untuk mengungkapkan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan dan laporan akuntan yang berkaitan dengan perikatan review dan kompilasi yang diajukan untuk di review tidak menyimpang dalam semua hal yang material dari persyaratan yang ditetapkan dalam standar profesional. Tujuan ini berbeda dengan tujuan On-Site Quality Review karena Off-Site Quality Review hanya dilakukan pada KAP yang melakukan perikatan review atau kompilasi tetapi tidak melakukan audit atas laporan keuangan historis atau prospektif. Laporan review akuntan hanya menyatakan keyakinan terbatas atas laporan keuangan dan laporan kompilasi akuntan menyatakan bahwa akuntan tidak memberikan pendapat atau bentuk keyakinan lain atas laporan keuangan historis atau prospektif. 18

II.5.2 Lingkup Review Menurut Standar Pengendalian Mutu No.3 (SPAP:2011), lingkup review akan mencakup: a. Praktik akuntansi dan audit KAP b. Diarahkan kepada aspek profesional praktik akuntansi dan audit KAP; tidak perlu mencakup aspek bisnis praktik tersebut. II.5.3 Studi dan Evaluasi tentang Pengendalian Mutu Untuk membantu pe-review dalam menentukan apakah KAP yang di-review telah mengadopsi kebijakan dan prosedur yang didesain dengan semestinya, lengkap dan sesuai dengan ukuran dan jenis praktiknya. II.5.4 Lingkup Pengujian Kepatuhan Lingkup pengujian kepatuhan akan mencakup perikatan terpilih termasuk kertas kerja dan laporan, untuk mengetahui kesesuaiannya dengan standar profesional dan kepatuhannya dengan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP. Disamping itu pe-review harus melakukan wawancara dengan personel profesional KAP dari berbagai tingkat dan, jika ada, orang lain yang bertanggung jawab atas sebuah fungsi atau aktivitas untuk memperkirakan pemahaman dan kepatuhan mereka terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP. Pengumpulan bahan bukti lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan, sebagai contoh, dengan me-review arsip administratif dan personel yang terpilih, arsip korespondensi yang mendokumentasikan konsultasi atas pertanyaan teknis dan etis, arsip yang membuktikan kepatuhan dengan persyaratan pendidikan profesional berkelanjutan dan dengan mengunjungi perpustakaan KAP. 19

II.5.5 Pemilihan Perikatan Beberapa patokan yang perlu diperhatikan oleh pe-review dalam menentukan pemilihan perikatan yang digunakan sebagai sampel untuk di-review adalah sebagai berikut: 1. Jika dikombinasi dengan prosedur lain yang dilakukan, jumlah dan jenis perikatan akuntansi dan audit yang dipilih oleh pe-review untuk di-review harus memadai untuk menjamin pe-review mendapatkan keyakinan memadai untuk mengambil keputusan berkenaan dengan apakah Sistem Pengendalian Mutu KAP yang direview memenuhi tujuan Standar Pengendalian Mutu yang ditetapkan oleh IAPI dan dipatuhi sepanjang tahun yang di-review. 2. Perikatan yang dipilih untuk di-review harus menghasilkan cross section memadai atas praktik akuntansi dan audit KAP yang di-review. Namun jumlah review dan kompilasi perikatan yang dipilih untuk di-review dapat sangat dibatasi secara signifikan bila sebagian besar jam kerja akuntansi dan audit KAP dicurahkan untuk perikatan audit. Juga perhatian yang lebih besar perlu diberikan kepada perikatan audit yang memenuhi kriteria berikut ini: a. Perikatan yang didalamnya terdapat kepentingan masyarakat umum yang signifikan, seperti klien yang berhubungan dengan kepentingan umum, lembaga keuangan dan pinjaman, pialang dan dealer di sekuritas dan dana pensiun; b. Perikatan dengan industri khusus yang lain; c. Perikatan yang besar, kompleks dan berisiko tinggi atau klien audit awal KAP yang di-review. 20

II.5.6 Pertemuan Akhir (Exit Conference) Sebelum menerbitkan laporannya dan, jika ada, surat komentar, pe-review wajib mengkomunikasikan simpulan mereka kepada anggota senior KAP yang di-review pada pertemuan akhir (Exit Conference). KAP yang di-review berhak untuk mendapatkan informasi pada pertemuan akhir tentang segala hal yang dapat mempengaruhi laporan dan tentang semua temuan dan rekomendasi signifikan yang akan dimasukkan dalam surat komentar. Pertemuan akhir juga merupakan sarana yang tepat untuk memberikan saran kepada KAP, yang tidak akan mempengaruhi laporan atau surat komentar. II.6 Persyaratan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Untuk dapat berpraktik sebagai Akuntan Publik, seseorang harus memenuhi syarat dan kualifikasi sesuai dengan yang telah diatur oleh Undang-Undang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 6 ayat (1) adalah sebagai berikut: Untuk mendapatkan izin sebagai Akuntan Publik, seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi Akuntan Publik yang sah; b. Berpengalaman praktik memberikan jasa asurans; c. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Tidak pernah dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik; f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri; dan h. Tidak berada dalam pengampunan. 21

Selain ketentuan diatas, ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan diatur dalam Peraturan Menteri (SK Menkeu, No. 423, pasal 3) sebagai berikut: a. Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang diselenggarakan oleh IAPI; b. Memiliki pengalaman kerja dibidang audit umum atas laporan keuangan sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) jam dalam 5 (lima) tahun terakhir dan sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh pemimpin KAP tempat bekerja atau pejabat setingkat eselon 1 Instansi Pemerintah yang berwenang dibidang audit umum. Disamping harus memiliki izin sebagai Akuntan Publik, untuk dapat berpraktik, seorang Akuntan juga harus memiliki izin Kantor Akuntan Publik (KAP) dari Menteri Keuangan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (Direktur Jenderal). Untuk mendapatkan izin usaha KAP, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 18 ayat (2) adalah sebagai berikut: Akuntan Publik yang akan bertindak sebagai pemimpin KAP harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Mempunya kantor atau tempat untuk menjalankan usaha yang berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan untuk KAP yang berbentuk usaha persekutuan perdata dan firma atau Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pribadi untuk KAP yang berbentuk usaha perseorangan; c. Mempunya paling sedikit 2 (dua) orang tenaga kerja profesional pemeriksa di bidang akuntansi yang terdiri atas satu orang tenaga pemeriksa berpendidikan sarjana di bidang akuntansi dan satu orang berpendidikan diploma III (D-III) di bidang akuntansi; d. Memiliki Rancangan Sistem Pengendalian Mutu (RSPM) KAP yang memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sekurang-kurangnya mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu; e. Membuat surat pernyataan dengan bermeterai cukup bagi bentuk usaha perseorangan, dengan mencantumkan paling sedikit: 1. Alamat Akuntan Publik; 2. Nama dan domisili kantor; dan 3. Maksud dan tujuan pendirian kantor. 22

f. Memiliki akta pendirian yang dibuat oleh dan dihadapan notaris bagi bentuk usaha persekutuan perdata, firma atau bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yang paling sedikit mencantumkan: 1. Nama rekan; 2. Alamat rekan; 3. Bentuk usaha; 4. Nama dan domisili usaha; 5. Maksud dan tujuan pendirian kantor; 6. Hak dan kewajiban sebagai Rekan; dan 7. Penyelesaian sengketa dalam terjadi perselisihan di antara Rekan. II.7 Aktivitas Kantor Akuntan Publik Menurut Arens, Elder dan Beasley (2012:32), Kantor Akuntan Publik umumnya menyediakan jasa audit dan jasa atestasi lainnya. Jasa-jasa ini dapat diperluas berupa: accounting and bookkeeping services, tax services and management consulting services. financial planning, business valuation, forensic accounting, internal auditing outsourcing and information technology advisory services. Bagi Kantor Akuntan Publik di Indonesia, jasa-jasa yang dapat diberikan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik pasal 3 ayat (1) dan (3) yaitu sebagai berikut: a. Akuntan publik memberikan jasa assurans, yang meliputi: 1. Jasa audit atas informasi keuangan historis; 2. Jasa review atas informasi keuangan historis; 3. Jasa assurans lainnya. b. Akuntan publik memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan dan manajemen, yang meliputi: 1. Jasa audit kinerja; 2. Jasa internal audit; 3. Jasa perpajakan; 4. Jasa kompilasi laporan keuangan; 5. Jasa pembukuan; 6. Jasa prosedur yang disepakati atas informasi keuangan; dan 7. Jasa sistem teknologi informasi. II.8 Standar Auditing Berdasarkan SPAP (2011:001.8), standar auditing memiliki pengertian sebagai 23

berikut: Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam standar auditing.. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan perikatan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (Dewan) bersifat mengikat dan wajib (mandatory) bagi anggota IAPI yang berpraktik sebagai Akuntan Publik. Termasuk di dalam Pernyataan Standar Auditing adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan dalam PSA. Dengan demikian IPSA memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA. II.9 Kuesioner, Populasi, Sampel dan Skala Tipe Likert Menurut Aritonang (1998:153), pengertian dari angket, populasi dan sampel adalah sebagai berikut: Angket merupakan sehimpunan pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu objek yang diajukan kepada dan untuk memperoleh tanggapan dari responden. Sedangkan populasi adalah keseluruhan unsur yang menjadi subjek suatu penelitian atau disebut pula sebagai universe dan sampel adalah bagian dari populasi tersebut. Penerapan terhadap suatu Sistem Pengendalian Mutu dapat juga diindeks dengan kekuatan jawab yang menuju ke setiap butir pertanyaan. Sugiyono (2003:87), berpendapat bahwa: Format Skala tipe Likert dirancang untuk memungkinkan responden menjawab dalam berbagai tingkatan bagi setiap butir pertanyaan. 24

II.10 Variabel dan Unsur II.10.1 Identifikasi Variabel dan Unsur Variabel pengukuran dalam penelitian ini adalah 9 unsur dalam Sistem Pengendalian Mutu yakni: independensi, penugasan personel, konsultasi, supervisi, pemekerjaan (hiring), pengembangan profesional, promosi (advancement) dan peneriman keberlanjutan klien, serta inspeksi. II.10.2 Definisi Variabel dan Unsur Variabel Independensi suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa pada setiap lapis organisasi, semua staf profesional mempertahankan independensi. Variabel Penugasan Personel suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan tersebut sebagaimana diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik. Variabel Konsultasi suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan memperoleh informasi yang memadai sesuai dengan yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan (judgement) yang memadai. Variabel Supervisi suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP. 25

Variabel Pemekerjaan (Hiring) suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga memungkinkan mereka melakukan perikatan secara kompeten. Variabel Pengembangan Profesional suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Variabel Promosi (advancement) suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua personel yang terdeteksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi. Variabel Peneriman dan Keberlanjutan Klien suatu ukuran yang memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan dengan klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas. Variabel Inspeksi suatu ukruan yang memberikan keyakinan memadai bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur pengendalian mutu telah diterapkan secara efektif. 26