1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi secara formal maupun informal, baik menggunakan ragam bahasa lisan maupun tulisan, orang Jepang sering menggunakan kata keterangan. Kata keterangan dalam bahasa Jepang disebut dengan fukushi. Fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, dan adjektiva-na), tidak dapat menjadi subjek dan tidak mengenal konjugasi (Bukancho, 1981:22) Dalam bahasa Jepang terdapat bermacam macam fukushi yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari seperti : yappari (bagaimanapun juga, akhirnya, seperti yang telah diduga sebelumnya, memang, juga), sasuga (sudah sewajarnya, bahkan, benar-benar), masaka (mustahil, tidak mungkin). Bagi orang Jepang, ketika mendengar fukushi tersebut, mereka akan langsung mengerti maksud dari lawan bicara. Sementara bagi yang bukan penutur asli bahasa Jepang, kalau hanya mengandalkan melihat kamus saja, pasti akan menemui kesulitan untuk memahami maksud dari kata-kata tersebut. Sekalipun mengerti maknanya, tetapi untuk menguasai secara sempurna fukushi tersebut, seperti kapan dan bagaimana ungkapan ini sebaiknya digunakan merupakan sesuatu hal yang sangat sulit bagi pembelajar bahasa Jepang. Dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab penutur bahasa non Jepang berpikir kalau mempelajari bahasa Jepang itu sulit adalah karena sulitnya penggunaan dan memahami makna yang terkandung di dalam fukushi tersebut. 1
2 Berikut dibawah ini adalah contoh kalimat dari fukushi omowazu dan ukkari : 1. 思わず大声を出してしまった Omowazu, oogoe wo dashite shimatta. Secara tidak sengaja, suara besar AKU mengeluarkan- BTK.LAM Secara tidak sengaja, saya mengeluarkan suara yang keras/besar 2. うっかり データを消してしまった Ukkari, deeta wo keshite shimatta. Dengan ceroboh, data AKU menghapus-btk.lam Dengan ceroboh, saya sudah menghapus datanya (J リサーチ出版, 2013:83) Pada contoh (1) omowazu menggambarkan sesuatu yang sama sekali tidak diinginkan oleh pembicara. Pada contoh (2) juga hampir sama dengan contoh kalimat dari fukushi omowazu yang menunjukkan sesuatu hal yang sama sekali tidak diharapkan. Fukushi omowazu dan ukkari mempunyai makna yang hampir sama, tetapi ada sedikit perbedaan antara kedua fukushi tersebut. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang mempelajari bahasa Jepang akan sangat sulit memahami penggunaan sebuah fukushi di dalam sebuah kalimat, terutama mengenai fukushi yang memiliki makna yang sama dalam bahasa Indonesia namun dalam bahasa Jepang mempunyai makna yang berbeda. Jika ingin menggunakan fukushi dengan baik dan benar dalam berkomunikasi, maka harus dipahami terlebih dahulu makna, perbedaan dan penempatannya dalam sebuah kalimat agar dapat dipergunakan dengan baik dan benar saat berkomunikasi dalam bahasa Jepang. Oleh karena itu, dalam penelitian yang berjudul Penggunaan fukushi
3 omowazu, tsui dan ukkari dalam bahasa Jepang sehari-hari orang Jepang di Sisi, Pengosekan, Ubud tinjauan sintaksis dan semantik ini, membahas dan menganalisis bagaimanakah struktur, makna dan substitusi fukushi-fukushi tersebut oleh orang Jepang 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dikemukakan beberapa masalah dalam penelitian ini yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah struktur dan makna fukushi omowazu, tsui dan ukkari oleh orang Jepang di Sisi, Pengosekan, Ubud tinjauan sintaksis dan semantik? 2. Bagaimanakah substitusi fukushi omowazu, tsui dan ukkari oleh orang Jepang di Sisi, Pengosekan, Ubud? 1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca terhadap bahasa Jepang, khususnya mengenai struktur, makna dan substitusi fukushi omowazu, tsui dan ukkari dalam bahasa Jepang sehari-hari. Serta untuk menambah kazanah penelitian dalam bidang linguistik mengenai fukushi bahasa Jepang
4 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui struktur dan makna fukushi omowazu, tsui dan ukkari oleh orang Jepang di Sisi, Pengosekan, Ubud tinjauan sintaksis dan semantik. 2. Mengetahui substitusi fukushi omowazu, tsui dan ukkari oleh orang Jepang di Sisi, Pengosekan, Ubud. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Adapun manfaat penelitian ini secara teoretis, yaitu diharapkan dapat menambah referensi penelitian dalam bahasa Jepang, khususnya mengenai struktur, makna dan substitusi fukushi omowazu, tsui dan ukkari dalam bahasa Jepang sehari-hari. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang linguistik serta dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Selain manfaat teoretis, dalam penelitian ini juga terdapat manfaat praktis yaitu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembelajar bahasa Jepang khususnya mengenai
5 struktur, makna dan substitusi fukushi omowazu, tsui dan ukkari dalam bahasa Jepang sehari-hari. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga masalah yang dibahas dapat lebih terarah dalam penelitiannya nanti. Penelitian ini membahas mengenai struktur, makna dan substitusi fukushi omowazu, tsui dan ukkari dalam bahasa Jepang sehari-hari orang Jepang di Sisi, Pengosekan, Ubud. 1.6 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk data tertulis yang terdiri data primer. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumbernya, yaitu berupa kuesioner yang dibagikan kepada orang-orang Jepang yang mengunjungi Sisi, Pengosekan, Ubud pada hari Minggu pagi. Sisi adalah nama toko sekaligus tempat perkumpulan orang-orang Jepang yang tinggal di Ubud. Jumlah kuesioner yang dibagikan berjumlah 43 buah dan setiap minggu nya dibagikan 10 kuesioner, sehingga memerlukan waktu kurang lebih 1 bulan untuk memperoleh data. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Untuk mencapai tujuan dalam sebuah penelitian, metode dan teknik sangat diperlukan. Penelitian ini menggunakan tiga metode diantaranya : metode dan
6 teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan metode dan teknik penyajian hasil analisis data. 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan pada tahap pengumpulan data adalah metode simak. Metode simak adalah metode yang digunakan dalam penelitian bahasa dengan cara menyimak penggunaan bahasa pada objek yang akan diteliti (Sudaryanto, 1988:2). Metode simak dipilih karena objek yang diteliti berupa bahasa yang sifatnya teks. Metode simak juga harus disertai dengan teknik catat, yang berarti peneliti mencatat data yang dinilai tepat dalam kajian analisis yang kemudian dilanjutkan dengan klasifikasi data (Sudaryanto, 1988:4-5). Penerapan metode simak dan teknik catat dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : pertama-tama membagikan kuesioner kepada orang-orang Jepang. Setelah mendapatkan data yang cukup, data tersebut dipilah-pilah dan kemudian dikelompokkan menurut jenisnya. Dalam tahap ini difokuskan untuk menyimak dan membaca satu persatu kuesioner yang didapat, kemudian mencatat data-data yang diangggap penting dari fukushi omowazu, tsui dan ukkari. Data tersebut dicatat, diidentifikasi, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan struktur, makna dan substitusinya. 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis. Metode yang digunakan pada tahap analisis data adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta kebahasaan yang ada
7 (Sudaryanto, 1993:62). Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antar sesama fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan data-data berupa kalimat yang berisi fukushi omowazu, tsui dan ukkari, dan menganalisisnya sesuai struktur dan maknanya, serta memberikan deskripsi berupa penggambaran bahasa sebagaimana adanya. Pada tahapan ini juga menggunakan teknik ganti atau teknik substitusi. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur pengganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti. Bila dapat digantikan atau saling menggantikan, berarti kedua unsur itu berada dalam kelas atau kategori yang sama (Sudaryanto, 1993:48). Teknik ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah fukushi omowazu, tsui dan ukkari bisa saling menggantikan atau tidak dalam sebuah kalimat bahasa Jepang. 1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Setelah data dianalisis, tahap selanjutnya adalah penyajian hasil analisis. Tahap penyajian hasil analisis merupakan suatu tahap penelitian yang berupa penyusunan laporan. Pada tahap ini digunakan metode formal dan informal. Metode formal adalah metode yang digunakan untuk memaparkan hasil analisis data yang berupa kaidah-kaidah atau lambang-lambang dalam bidang linguistik. Lambang-lambang formal seperti lambang dalam bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis disajikan dengan metode formal. Sedangkan metode informal adalah metode yang menguraikan hasil analisis dengan kata-kata biasa yang sering digunakan dalam tuturan biasa tanpa lambang-lambang formal yang bersifat
8 teknis (Sudaryanto, 1993:145). Dalam tahap ini dicantumkan kalimat-kalimat yang berupa fukushi omowazu, tsui dan ukkari untuk selanjutnya dilaporkan atau disajikan dalam bentuk uraian kata-kata biasa. Metode formal digunakan untuk memberikan gambaran mengenai substitusi fukushi omowazu, tsui dan ukkari yang ditunjukkan dengan tabel. Sementara itu, Metode informal digunakan untuk memberikan deskripsi mengenai kalimat-kalimat bahasa Jepang yang dibentuk oleh fukushi omowazu, tsui dan ukkari.