1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Peranan pajak dalam pembangunan nasional sangat dominan. Peranan dari pajak dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat yang dirasakan dari pajak adalah fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi, fasilitas kesehatan, sarana dan prasarana umum. Pentingnya peran pajak dalam pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. Menurut Anggaran Pendapatan Negara (APBN) sumber pendapatan terbanyak didapat dari sektor perpajakan, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara. Tabel 1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2007-2016 (dalam milyar rupiah) Tahun Penerimaan Penerimaan TOTAL Pajak Bukan Pajak 2007 490.988 215.120 706.108 2008 658.701 320.604 979.305 2009 619.922 227.174 847.096 2010 723.307 268.942 992.249 2011 873.874 331.472 1.205.346 2012 980.518 351.804 1.332.322 2013 1.077.306 354.751 1.432.057 2014 1.146.865 398.590 1.545.455 2015 1.489.255 269.075 1.758.330 2016 1.565.784 280.291 1.846.075 Sumber :www.bps.go.id 2016, (data diolah kembali). 1
2 Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pajak memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam penerimaan negara. Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak di bawah naungan Kementerian Keuangan selalu berusaha melakukan reformasi perpajakan berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan sehingga potensi penerimaan pajak dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial serta memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak. Salah satu yang dilakukan adalah melalui reformasi perpajakan dengan diberlakukannya self assesment system. Waluyo (2010:17) menyatakan bahwa self assesment system merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu masalah dari penerapan self assesment system. Oleh karena itu, keberhasilan pemungutan pajak yang menggunakan self assesment system sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak. Aini (2013) berpendapat bahwa didalam penerapan self assesment system, kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya merupakan hal yang sangat penting, karena wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri jumlah pajak terutangnya kemudian secara akurat dan tepat waktu melaporkan dan membayar pajak terutangnya tersebut. Sebagai upaya tambahan, otoritas pajak (Direktorat Jenderal Pajak)
3 mengampanyekan berbagai slogan misalnya Orang Bijak Taat Bayar Pajak dan upaya intensifikasi pajak seperti penetrasi ke siswa dan mahasiswa sebagai calon wajib pajak (Fidiana, 2016). Pemungutan pajak di suatu Negara dianggap sukses apabila terdapat tingkat kepatuhan dan disiplin nasional yang tinggi, agar wajib pajak dengan sendirinya mau dan patuh dalam membayar utang pajaknya, sehingga membuat pajak secara optimal dan dapat digunakan dalam pembiayaan pembangunan Negara dan sebagai tolak ukur untuk mengukur perilaku wajib pajak adalah tingkat kepatuhannya dalam menjalankan kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat waktu. Semakin tinggi tingkat kebenaran dalam menghitung, memperhitungkan, ketepatan menyetor dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat waktu diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban pajaknya. Jika kepatuhan wajib pajak tinggi, maka penerimaan pajak Negara akan meningkat. Untuk itu perlu dikaji lebih dalam lagi mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Fermatasari (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak adalah pengetahuan pajak dan sanksi pajak. Sedangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak menurut Rahmawati (2014) adalah modernisasi sistem administrasi perpajakan. Candra et al. (2013) menyatakan bahwa salah satu sarana yang diberikan oleh pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak yaitu dengan modernisasi sistem administrasi perpajakan. Konsep modernisasi administrasi
4 perpajakan pada prinsipnya adalah merupakan perubahan pada sistem administrasi perpajakan yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi sehingga dapat menjadikan Direktorat Jendral Pajak (DJP) menjadi suatu institusi yang profesional dengan citra yang baik di masyarakat. Menurut Rahayu dan Lingga, 2009 (dalam Fasmi dan Misra, 2012), program reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi yang dirancang berdasarkan fungsi, tidak lagi menurut seksi-seksi berdasarkan jenis pajak, perbaikan pelayanan bagi setiap wajib pajak melalui pembentukan account representative dan complient center untuk menampung keberatan wajib pajak. Sistem administrasi perpajakan modern juga mengikuti kemajuan teknologi dengan pelayanan berbasis e-system seperti e-spt, e-filing, e-billing, dan e-registration yang diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif yang ditunjang dengan penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas dan pelaksanaan good governance. Selain modernisasi sistem administrasi perpajakan, pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan-peraturan perpajakan memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajaknya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya dapat diperoleh melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal (Notoatmodjo, 2007).
5 Andriani (dalam Fermatasari, 2013) menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep ketentuan umum dibidang perpajakan, jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai dari subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang, pencatatan pajak terutang, sampai dengan bagimana pengisian pelampiran pajak. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perpajakan merupakan informasi pajak yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya dibidang perpajakan. Maka dari itu pemerintah melakukan upaya untuk menambah pengetahuan wajib pajak dengan cara melakukan penyuluhan, iklan media elektronik dan media massa, sehingga wajib pajak dapat menghitung dan melaporkan SPT dengan cepat dan benar. Selain modernisasi sistem administrasi perpajakan dan pengetahuan perpajakan, Jatmiko (dalam Pertiwi, 2014) menyatakan bahwa sanksi perpajakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kepatuhan wajib pajak. Mardiasmo (2013:59) mengemukakan bahwa sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti / ditaati / dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi yang dikenakan untuk wajib pajak yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yaitu sanksi administrasi, sanksi pidana atau keduanya. Sanksi administrasi yang dikenakan pada pelanggar pajak berupa denda, bunga, atau kenaikan. Untuk sanksi pidana
6 dapat berupa denda pidana, bunga, kurungan, dan penjara. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Berdasarkan gambaran latar belakang tersebut diatas maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul PENGARUH MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI, PENGETAHUAN, DAN SANKSI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK. 1.2 Rumusan Masalah Maka dari itu berdasarkan latar belakang masalah tersebut permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bangkalan? 2. Bagaimana pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bangkalan? 3. Bagaimana pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bangkalan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirangkum sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bangkalan.
7 2. Untuk menguji pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bangkalan. 3. Untuk menguji pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bangkalan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik secara praktis, teoritis dan kebijakan seperti: 1. Konstribusi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan sebagai masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak dalam dalam pelaporan SPT dan pembayaran pajak ke kas Negara. Selain, itu penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi wajib pajak sehingga dapat menambah wawasan mengenai perpajakan dan dapat memberikan penilaian mengenai kinerja Direktorat Jenderal Pajak. 2. Konstribusi Teoritis Penelitian ini di harapkan dapat menjadi pengetahuan maupun wawasan ilmiah kepada penulis dan pembaca mengenai pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan, pengetahuan perpajakan, dan sanksi wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bangkalan. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan referensi yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi peneliti selanjutnya.
8 3. Kontribusi Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam melakukan pengambilan kebijakan terkait dengan hal-hal yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak yang dapat memaksimalkan penerimaan pajak. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Kota Bangkalan yang terletak di Madura. Penelitian ini hanya terbatas untuk meneliti tentang pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan, pengetahuan perpajakan dan sanksi perpajakan yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bangkalan.