OPTIMALISASI PENGOPERASIAN KECEPATAN KAPAL UNTUK MENGURANGI KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI CO 2 Adi Yudho WIjayanto (mahasiswa) I Made Ariana, ST, MT, DrMarSc (dosen pembimbing) Jurusan Teknik Sistem Perkapalan - Fakultas Teknologi Kelautan - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2011 Abstrak Transportasi laut merupakan salah satu pilihan pengiriman barang dalam jumlah yang besar dengan biaya yang murah. Konsumsi bahan bakar merupakan komponen biaya yang paling dominan dalam operasional kapal Laju konsumsi bahan bakar dipengaruhi dari kecepatan operasional kapal. Mengoperasikan kapal pada kecepatan optimal akan mengurangi konsumsi bahan bakar. Tujuan dari penelitian ini membuat sistem informasi yang bisa digunakan untuk memilih kecepatan kapal yang optimal sehingga konsumsi bahan bakar yang dibakar dapat diminimalisir. Pembuatan sistem informasi ini menggunakan netbeans dimana merupakan perantara untuk melakukan pembuatan aplikasi. Algoritma yang diterapkan dalam pembuatan sistem informasi ini yaitu melakukan perhitungan dengan menggunakan kecepatan maksimum yang telah ditentukan oleh pengguna. Dari perhitungan tersebut terdapat konstrain yang harus dipatuhi yaitu waktu tempuh tidak boleh melebihi waktu setting. Ketika hal tersebut dapat dipenuhi maka terjadi pemilihan kecepatan optimal untuk masing-masing node jarak pelayaran pada setiap rute pelayaran yang dapat menghasilkan konsumsi bahan bakar yang minim. Dari total konsumsi bahan bakar yang tersebut didapatkan CO2 yang dihasilkan. Kata kunci : Optimasi kecepatan kapal, reduksi CO 2, konsumsi bahan bakar I. Pendahuluan Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar sehingga dibutuhkan transportasi yang memadai untuk mengangkut barang dalam jumlah besar dengan biaya yang murah salah satunya kapal. Dalam pelayarannya, kapal tidak selalu dapat menggunakan kecepatan dinas ini disebabkan pada didaerah perairan tertentu menetapkan aturan dimana kecepatan maksimum dari kapal tersebut sebagai contoh ketika akan memasuki perairan pelabuhan atau keluar dari daerah perairan pelabuhan kecepatan kapal dibatasi hal ini disebabkan agar tidak mengganggu aktifitas yang ada. Untuk mengatur kecepatan tersebut perlu dipertimbangkannya mengenai konsumsi bahan bakar, dimana pada keadaan kecepatan dinas tidak selalu konsumsi bahan bakar dalam keadaan hemat sehingga perlu adanya suatu sistem informasi yang mengatur mengenai kecepatan optimal yang bisa jadi masukkan untuk digunakan dalam pelayaran. Disamping mempertimbangkan konsumsi bahan bakar perlu adanya pertimbangan mengenai ketersediaan tempat bersandar dipelabuhan untuk melakukan bongkar muat. Di Indonesia banyak pelabuhan yang belum bisa mengatur manajemen untuk mengestimasi waktu bongkar muat kapal, sehingga banyak terjadi penumpukan kapal yang ingin masuk dan melakukan bongkar muat. Ini menjadi masalah ketika kapal yang ingin masuk ke pelabuhan harus mengantri yang sangat lama, karena ketika kapal sudah melaju kencang agar bisa masuk ke pelabuhan dengan cepat, tetapi ketika tiba di pelabuhan yang dituju terjadi antri yang sangat panjang yang menyebabkan kapal tersebut tidak bisa masuk. Maka dari itu perlu di rencanakan ketepatan kapal untuk masuk kepelabuhan diwaktu yang pas, atau paling tidak bisa meminimalkan waktu lama mengantri. Pengaruh inilah yang menyebabkan dilakukan optimalisasi pengoperasian ini, selain masalah penghematan bahan bakar juga terdapat masalah emisi CO 2 yang dihasilkan dalam suatu operasi kapal. Di Luar negeri sudah diterapkannya mengenai pemberian denda karena CO 2 yang dihasilkan dari operasi kapal tersebut. Untuk penerapan di Indonesia masih belum ada, tetapi pemerintah sudah akan mengacu untuk melakukan hal tersebut sehingga sebelum penerapan tersebut kapal-kapal yang beroperasi harus sudah mengetahui optimal kecepatan kapal yang digunakan dalam pelayaran. Perumusan Masalah Skripsi ini akan membahas mengenai meminimumkan pemakaian konsumsi bahan bakar
yang digunakan selama pelayaran antar perlabuhan. Adapun masalah yang dibahas antara lain : 1. Bagaimana operasi kapal yang optimal sehingga konsumsi bahan bakar yang digunakan selama pelayaran bisa minimum dan waktu yang dibutuhakn selama berlayar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 2. Bagaimana pengaruh konsumsi bahan bakar yang digunakan untuk mengurangi emisi CO2. Tujuan Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Mengetahui kecepatan kapal yang optimal sehingga bahan bakar yang digunakan selama pelayaran bisa diminimalisir. 2. Mengetahui konsumsi bahan bakar yang paling hemat berdasarkan software yang telah dibuat. 3. Mengetahui emisi CO2 yang telah dihasilkan dalam satu voyage dengan perhitungan bahan bakar yang telah digunakan. Manfaat Kegunaan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Menghasilkan sistem informasi dalam pengoperasian kecepatan kapal untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dimana pengurangan konsumsi bahan bakar mampu mereduksi emisi CO2. 2. Sebagai referensi pengembangan alternatif dalam mengurangi konsumsi bahan bakar sehingga emisi CO2 yang dihasilkan dalam pengoperasian kapal sesuai dengan peraturan MARPOL (Marine Pollution) yang telah ditetapkan oleh IMO (International Marine Organization) II. Tinjauan Pustaka II.1. Konsumsi Konsumsi bahan bakar merupakan jumlah bahan bakar yang digunakan per satuan waktu (en.wikipedia.org). Konsumsi bahan bakar secara spesifik didasarkan pada torsi motor bakar yang berbanding dengan aliran massa bahan bakar yang ditransfer ke motor bakar. Dari tiap beban daya yang dikeluarkan oleh motor bakar, terdapat perbedaan mengenai konsumsi bahan bakar. Pada titik daya tertentu konsumsi bahan bakar berada pada titik terendah pada grafik spesific fuel oil consumption (SFOC). Biasanya satuan yang digunakan gram/bkwh atan gram/kwh. Nilai satuan tersebut umumnya diambil dari pengukuran test-bed, dengan menggunakan bahan bakar yang telah disuling, dan dalam kondisi yang terkendali dengan pengawasan standar pengujian. Ketika menafsirkan secara siknifikan dan kutipan nilai SFC, faktor angka harus dipertimbangkan. Satuan SFC harus jelas. Pada saat SFC menggunakan satuan horsepower satuan metric yang mana lebih rendah jika menggunakan satuan horsepower british. SFC akan terjadi perbedaan pada tiap luaran daya dan RPM, biasanya yang terendah antara 75% - 85% MRP dan 90% putaran. Mesin tanpa menggunakan pompa tambahan mempunyai SFC lebih sedikit dibandingkan mesin yang menggunakan pompa tambahan. Mesin dengan kecepatan rendah pada umumnya diuji dengan menggunakan bantalan tetap, tetapi tidak dibebani. BHP yang dihasilkan pada saat servis ketika secara langsung memutar propeller dan dengan pembebanan bantalan yaitu lebih rendah dari pada saat pengujian, dan SFC yang dihasilkan lebih tinggi. Perbedaan yang terjadi pada saat pengujian seperti contohnya kondisi lingkungan yang berbeda ketika pada saat mesin digunakan dikapal harus dinormalisasi menggunakan metode koreksi yang direkomendasikan untuk mesin tertentu oleh produsen. Prosedur koreksi tersebut berguna menyesuaikan agas SFC yang diinginkan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk menormalkan perbedaan SFC yang timbul akibat perbedaan nilai panas dari bahan bakar, maka SFC harus dikalikan dengan ratio nilai bahan bakar tertentu, pada umumnya nilai kalor yang digunakan adalah bahan bakar yang nilai kalornya rendah. Untuk menentukan SFC dari suatu mesin yang mampu beroperasi dengan bahan bakar campuran atau berat, SFC harus dibagi dengan ratio nilai panas bahan bakar yang lebih berat dengan menggunakan bahan bakar tertentu. Pada banyak kasus SFC diberikan toleransi sebesar 3-5%. Pada umumnya, mesin diesel diberikan penambahan margin lebih jauh ke SFC untuk memperhitungkan penurunan kinerja dalam kerjanya. Dalam menggunakan SFC untuk menentukan konsumsi bahan bakar, hubungan antara BHP dan daya yang diserap oleh beban menjadi pertimbangan. Khususnya pada bagian banyaknya kerugian yang dihasilkan oleh gear pada mesin.
Kebanyakan bahan bakar, termasuk hasil penyulingan, mengandung air dan kandungan padat ketika akan ditampung dikapal. Kemudian akan dihilangkan pada saat dipindahkan ke tangki pengendapan, kemudian dilakukan pemurnian dan penyaringan. Gunanya untuk menghilangkan kotoran dari bahan bakar yang mana dapat mengarahkan kejelasan konsumsi bahan bakar. II.2. Perhitungan Polutan Dalam shipping activity biasanya terdapat perbedaan untuk konsumsi bahan bakar dan hasil emisi antara berlabuh dipelabuhan, bersandara dipelabuhan, berangkat dari pelabuhan dan berlayar (Trozzi;1998). Dari macam kegiatan tersebut terdapat banyak macam emisi yang dihasilkan seperti NO x, SO x, CO 2, dan lainnya. Untuk masing-masing emisi tersebut terdapat faktor emisi yang digunakan untuk mendapatkan nilai dari emisi yang dihasilkan untuk masingmasing pembakaran. Tabel 2.2 menunjukan faktor emisi yang dihasilkan untuk macam-macam tipe engine. Tabel 2.2. Faktor Emisi (Kg/ton bahan bakar) Tipe Engine NO x CO VOC CO 2 PM SO x Steam Turbine-residual oil 6,98 0,431 0,085 3200 2,50 20s Steam Turbine-distillate oil 6,25 0,6 0,5 3200 2,08 20s High Speed Diesel Engine 70 9 3 3200 1,5 20s Medium Speed Diesel Engine 57 7,4 2,4 3200 1,2 20s Slow Speed Diesel Engine 87 7,4 2,4 3200 1,2 20s Gas Turbine 16 0,5 0,2 3200 1,1 20s Dari faktor diatas untuk mendapatkan hasil yang diinginkan hal pertama yang dilakukan adalah menyesuaikan engine yang digunakan. Kemudian menentukan jumlah bahan bakar yang digunakan setelah itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan 2.1....(2.1) Dimana : E = Total emisi dari polutan S = Konsumsi bahan bakar (Ton/jam) F = Faktor emisi (Kg/ton bahan bakar) III. Metodologi Penelitian Pengidentifikasian masalah didasarkan pada studi literatur dan orientasi lapangan. Studi literatur dengan membaca dan mendalami konsep-konsep yang terkait dengan operasional kapal, analisa konsumsi bahan bakar. Sementara orientasi lapangan dilakukan dengan cara melakukan survey yang berhubungan dengan penelitian dan merekam data-data yang dibutuhkan. Orientasi lapangan dilakukan di PT. Meratus Line dengan kapal yang menjadi bahan penelitian yaitu KM. Caraka Jaya Niaga III-24. Lingkup penelitian ini adalah melakukan optimasi kecepatan kapal berdasarkan jadwal yang telah diberikan oleh pelabuhan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar. Fokusnya adalah perhitungan mengenai kecepatan kapal yang paling optimal untuk mentaati jadwal yang telah diberikan pihak pelabuhan tiba dan juga terwujud konsumsi bahan bakar yang hemat. Tahap Pengerjaan Selama pengerjaan tugas akhir ini, penulis membagi pengerjaan tugas ini dalam beberapa tahapan pengerjaan. Tahapan pengerjaan tugas akhir ini antara lain : 1. Identifikasi Permasalahan Merupakan kegiatan identifikasi masalah yang didapat dari pengamatan terhadap problematika yang terjadi pada pihak perusahaan pelayaran. Masalah yang dianalisa adalah bagaimana menghemat bahan bakar sehingga mampu mengirit pengeluaran. Identifikasi masalah dilakukan dengan mendata jadwal yang telah diberikan oleh pihak pelabuhan sebagai acuan waktu maksimal untuk tiba dipelabuhan. 2. Studi Literatur Pada tahap ini dilakukan studi literatur terhadap berbagai referensi terkait dengan topik penelitian. Studi pustaka ini dimaksudkan untuk mencari konsep dan metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya dan untuk mewujudkan tujuan yang dimaksudkan. Studi pustaka ini termasuk mencari referensi atas teori-teori terkait atau hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. 3. Pengumpulan Data Selama penulisam skripsi ini penulis melakukan pengumpulan data untuk pengerjaan skripsi. Dalam melakukan pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode seperti pengumpulan data secara langsung (primer) dan pengumpulan data secara tidak langsung (sekunder) Pengumpulan data secara langsung (Primer) Pengumpulan data seperi ini dilakukan peneliti dengan survey dan wawancara langsung kepada pihak terkait yaitu PT. Meratus Line dan pihak lainnya yang terkait. Karena studi yang dilakukan merupakan suatu kondisi yang akan terus mengalami perkembangan, maka data
primer akan menjadi sangat penting peranannya dalam menentukan perencanaan distribusi. Pengumpulan data secara tidak langsung (sekunder) Pengumpulan data seperti ini dilakukan dengan mengambil data yang diperlukan guna proses perhitungan, baik dari pihak-pihak yang terkait maupun dari literatur yang telah ada. 4. Tahap Pembuatan Sistem Informasi Pada tahap ini dilakukan pembuatan sistem informasi yang diinginkan. Dimana luaran yang diharapkan adalah mendapatkan kecepatan yang optimal sehingga bahan bakar bisa dihemat. 5. Tahap Pengujian Sistem Informasi Setelah dilakukan pembuatan sistem informasi kemudian dilakukan pengujian dimana pengujian ini berdasarkan tujuan yang telah ditentukan diawal. Dalam pengujian pasti terdapat validasi dimana ketika hasil yang tidak sesuai dengan yang diinginkan maka dikembalikan lagi pada tahap pembuatan sistem informasi dan dilakukan perbaikan kemudian jika hasil pengujian menunjukan hasil yang diinginkan maka bisa dilakukan pembuatan kesimpulan dari hasil pengujian tersebut. 6. Kesimpulan dan Saran Setelah semua tahap dilakukan, selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari hasil pengujian sistem informasi. Kesimpulan berdasarkan dari data yang diperoleh meliputi Kecepatan pengoperasian kapal dalam penggunaannya sehingga dihasilkan konsumsi bahan bakar yang irit. Dari konsumsi bahan tersebut juga bisa didapat kandungan emisi CO2 yang terdapat dalam satu trip. Hal ini juga bisa menjadi rekomendasi kepada pihak terkait pelaku industri. Berikut gambar metodologi penelitian skripsi Optimalisasi Pengoperasian Kecepatan Kapal Untuk Mengurangi Konsumsi dan Emisi CO2 yang ditunjukan sesuai alur pengerjaan : Identifikasi Alur Pelayaran Tidak Start Perumusan Masalah Studi Literatur Identifikasi Total Konsumsi Pembuatan Sistem Informasi Pengujian Sistem Informasi Validasi Ya Kesimpulan Selesai Paper, Jurnal, Kumpulan Skripsi Identifikasi Waktu Maksimum Ttotal Tdata FCtotal FCdata Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian IV. Pembahasan Pengidentifikasian daya yang digunakan pada masing-masing kecepatan untuk sarat air yang berbeda ditunjukan oleh tabel 4.1. RPM Vs (Knot) Tabel 4.1. Identifikasi daya Pada 5,4 m Pada 4,6 m Pada 4,05 m Pada 3,55 m 157 9,9 740,46 666,42 629,39 592,37 162 10,1 801,80 721,62 681,53 641,44 167 10,3 865,58 779,02 735,74 692,46 171 10,5 918,36 826,52 780,61 734,69 175 10,7 972,71 875,44 826,80 778,17 180 10,9 1042,85 938,56 886,42 834,28 185 11,1 1115,43 1003,88 948,11 892,34 189 11,3 1175,25 1057,73 998,96 940,20 193 11,4 1236,64 1112,98 1051,15 989,31 197 11,6 1299,60 1169,64 1104,66 1039,68 201 11,7 1364,12 1227,71 1159,50 1091,29 205 11,9 1430,20 1287,18 1215,67 1144,16 208 12,0 1480,79 1332,71 1258,67 1184,63 212 12,1 1549,62 1394,65 1317,17 1239,69
220 12,4 1691,96 1522,76 1438,16 1353,57 230 12,8 1878,69 1690,82 1596,88 1502,95 Penentuan persamaan yang akan digunakan dalam perhitungan dimana untuk menentukan nilai P (daya) maka digunakan persamaan P(Vs) yang ditunjukan oleh gambar 4.1, gambar 4.2, gambar 4.3, gambar 4.4. 2100 1600 1100 600 Gambar 4.1. Grafik perbandingan Daya dan kecepatan pada sarat air 5,4 m 2100 1600 1100 DAYA vs KECEPATAN 9 11 13 15 DAYA vs KECEPATAN 600 9,0 11,0 13,0 Vs (knot) Sarat Air 5,4 m Poly. (Sarat Air 5,4 m) Sarat Air 4,6 m Poly. (Sarat Air 4,6 m) Gambar 4.2. Grafik perbandingan Daya dan kecepatan pada sarat air 4,6 m Gambar 4.3. Grafik perbandingan Daya dan kecepatan pada sarat air 4,05 m Gambar 4.4. Grafik perbandingan Daya dan kecepatan pada sarat air 3,55 m Dari grafik diatas didapat persamaan perhitungan untuk mendapat nilai P. Persamaan tersebut ditunjukan oleh tabel 4.2. Sarat Air (m) 2100 1600 1100 DAYA vs KECEPATAN 600 9,0 11,0 13,0 Tabel 4.2. Persamaan P(Vs) Daya (kw) Vs (knot) DAYA vs KECEPATAN 1600 1400 1200 1000 800 600 9,0 11,0 13,0 Vs (knot) Persamaan Sarat Air 4,05 m Poly. (Sarat Air 4,05 m) Sarat Air 3,55 m Poly. (Sarat Air 3,55 m) 5,4 1507,772 y = 1,4333x 3-10,69x 2 + 38,119x + 13,409 4,6 1356,995 y = 1,523x 3-12,659x 2 + 42,454x + 14,412 4,05 1281,607 y = 1,4384x 3-11,956x 2 + 40,096x + 13,611 3,55 1206,218 y = 1,3538x 3-11,253x 2 + 37,737x + 12,811 Untuk persamaan nilai SFOC menggunakan persamaan yang ditunjukan oleh tabel 4.3. Sarat Air (m) Tabel 4.3. Persamaan SFOC (Vs) Daya (kw) Persamaan 5,4 1507,772 y = 2,1608x 2-49,262x + 458,92 4,6 1356,995 y = 2,1608x 2-49,262x + 456,92 4,05 1281,607 y = 2,1608x 2-49,262x + 455,92 3,55 1206,218 y = 2,1608x 2-49,262x + 454,92
Dari persamaan yang telah dibuat, maka didapatkan nilai konsumsi bahan bakar per satuan jarak mil laut pada tiap kecepatan kapal. Grafik perbandingannya dapat dilihat pada gambar 4.5, gambar 4.6, gambar 4.7, gambar 4.8. Gambar 4.5. Grafik perbandingan kecepatan dan bahan bakar yang dibakar per satuan mil laut pada sarat air 5,4 m Gambar 4.6. Grafik perbandingan kecepatan dan bahan bakar yang dibakar per satuan mil laut pada sarat air 4,6 m ton/nautical mile ton/nautical mil ton/nautical mile 0,34 0,24 0,14 0,04 0,24 0,14 0,04 0,22 0,12 0,02 Kecepatan VS Konsumsi 5 10 15 Knot Kecepatan VS Konsumsi Bahan bakar 5 10 15 knot Kecepatan vs Konsumsi 5 knot 10 15 Kecepatan VS Konsumsi Kecepatan VS Konsumsi Bahan bakar Kecepatan vs Konsumsi Gambar 4.7. Grafik perbandingan kecepatan dan bahan bakar yang dibakar per satuan mil laut pada sarat air 4,05m ton/nautical mile Gambar 4.8. Grafik perbandingan kecepatan dan bahan bakar yang dibakar per satuan mil laut pada sarat air 3,55 m Dari keempat grafik perbandingan kecepatan dan bahan bakar ditunjukan bahwa setiap penambahan kecepatan kapal maka akan mempengaruhi banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan ini sesuai dengan persamaan yang biasa digunakan yaitu : Dimana: Kecepatan vs Konsumsi Bahan Bakar 0,19 0,14 0,09 0,04 Diasumsikan 5 10 15 knot =α, sehingga... (4.1)... (4.2)... (4.3) Kemudian... (4.4) Dimana kw = P sehingga persamaan 4.3 disubsitusikan kedalam persamaan... (4.5)... (4.6) Persamaan 4.3 dan 4.6 disubsitusikan kedalam persamaan 4.1... (4.7)... (4.8) Kecepatan vs Konsumsi Dari persamaan 4.8 ditunjukan bahwa tiap perubahan kecepatan kapal maka akan mempengaruhi konsumsi bahan bakar ini dibuktikan dengan grafik perbandingan antara kecepatan konsumsi bahan bakar per satuan jarak. Algorima Program Sebelum memulai suatu pemrograman hal pertama yang harus dirancang yaitu algoritma. Dalam hal ini bagaimana algoritma optimasi tersebut bisa menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi sehingga dicapai luaran yang
diinginkan. Berikut adalah bentuk algoritma secara visualisasi flowchart. User Melakukan Perhitungan Menggunakan Kecepatan Maksimum Konstrain Ttotal < Tsetting Tidak Gunakan Kecepatan Maksimum (finish) Ya 8 Node pelayaran Waktu Maksimum Berlayar Sarat air Perhitungan Konsumsi bahan bakar Pemilihan Kecepatan Optimal Konstrain Vs1<Vs2, Vs2<Vs3, Vs3<Vs4, Vs4<Vs5, Vs5>Vs6, Vs6>Vs7, Vs7>Vs8 Konstrain - Ttotal < Tsetting - FC minimum Tidak Finish Gambar 4.6. Algorima program dengan visualisasi Flowchart Pembuatan Sistem Informasi Dari gambar 4.6 terdapat pemberian konstrain dimana konstrain ini merupakan logikalogika matematis yang disimpulkan dari pemodelan yang perlu ditambahkan. Tujuannya adalah agar semua kombinasi kecepatan yang muncul adalah kombinasi yang layak. Konstrain dalam analisa ini adalah : 1. T total T setting Jumlah waktu yang dihasilkan dengan pemilihan kecepatan harus lebih kecil dari waktu yang telah disetting. Sehingga ketika terjadi sebaliknya maka kecepatan yang digunakan adalah kecepatan maksimum yang Gambar 4.7. Tampilan Software yang Telah Dibuat dipakai. 2. Vs1 < Vs2, Vs2 < Vs3, Vs3 < Vs4, Vs4 < Vs5, Vs5 > Vs6, Vs6 > Vs7, Vs7 > Vs8 Dari sistem informasi yang telah dibuat, didapatkan hasil yang diinginkan. Pada saat waktu Konstrain kecepatan ini diberikan agar yang digunakan kurang dari yang telah disetting keteraturan dalam pemilihan kecepatan yang maka kecepatan yang digunakan adalah kecepatan optimal sehingga dapat mempermudah maksimum yang telah ditentukan oleh user. Hasil kombinasi yang ada. yang telah didapat dengan menggunakan data yang 3. FC minimum Ketika konstrain yang pertama dipenuhi maka telah ada yaitu waktu berlayar adalah 26,2 jam hal ini menjadi pertimbangan ketika menggunakan perhitungan bisa melanjutkan kedalam kecepatan maksimum waktu yang disetting ternyata perhitungan selanjutnya dimana menentukan kecepatan yang optimal (masuk kedalam konstrain kedua). Dari pemilihan kecepatan tersebut konsumsi bahan bakar yang dihasilkan harus minimum. tidak bisa terpenuhi dikarena waktu yang didapat lebih dari waktu setting sehingga tidak dilakukan pencarian kecepatan optimal. Sebaliknya pada saat mengetahui waktu setting ternyata lebih besar dari waktu yang dihasilkan mengunakan kecepatan maksimum kemudian ditentukan kecepatan optimal. Hal ini dilakukan untuk mendapatan konsumsi bahan bakar
yang optimal dan untuk mendapatkan waktu yang optimal pula. Dari hasil yang telah didapatkan kandungan CO 2 ketika menggunakan kecepatan optimal berkurang lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan kecepatan maksimum. V. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Kecepatan operasional kapal dengan konsumsi bahan bakar yang terendah ditentukan berdasarkan waktu tempuh maksimal yang telah ditetapkan. 2. Sistem informasi yang dibuat, menghasilkan pemilihan kecepatan optimal operasional kapal agar menggunakan bahan bakar yang pailng rendah. 3. Pemilihan kecepatan optimal operasional kapal akan menghasilkan CO2 yang paling rendah. VI. Daftar Pustaka Fuel Consumption. (n.d.). Retrieved February 15, 2011, from wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/fuel_consumption Netbeans. (n.d.). Retrieved May 16, 2011, from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/netbeans Rowen, A. L. (1992). Diesel Engines. (R. L. Harrington, Ed.) Jersey City,N.J: The Society of Naval Architects and Marine Engineers. Taylor, D. (1990). Introduction to Marine Engineering (2nd ed.). Bulington: Elsevier Butterworth- Heinemann. Trozzi, C., & Vaccaro, R. (1998). Methodologies for Estimating Air Pollutant Emissions from Ships. 22nd CIMAC International Congress on Combustion Engines. Copenhagen. Woodyard, D. (2009). Pounder s Marine Diesel Engines. Burlington: Butterworth-Heinemann.