ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. tetap tinggi di negara-negara berkembang terutama di wilayah tropis

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

I. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TATAP MUKA DENGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

KARYA TULIS ILMIAH DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PADA PASIEN KUSTA DI RS KUSTA SUMBERGLAGAH YUMANTORO

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I LATAR BELAKANG

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa kelas 2 dengan jumlah siswa 157. Pada saat pre-test 8 siswa tidak

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH TERAPI INDIVIDU SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI DESA BANARAN GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang mulai dicanangkan pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) SESI 1-4 MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA HIV POSITIF

Tim Riset : Budi Anna Keliat Ni Made Riasmini Novy Helena C.D.

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Hasil survey tahun 2012, prevalensi kejadian penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

BAB V HASIL PENELITIAN

GAMBARAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH EKS KAWEDANAN INDRAMAYU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO TINGKAT KECACATAN PADA PENDERITA KUSTA DI PUSKESMAS PADAS KABUPATEN NGAWI

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET EFEKTIF DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN PONOROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan gangguan pada fungsi kejiwaan,yang berakibat. terganggunya hubungan sosial ( Townsend, 2008). Gangguan jiwa dapat

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang


BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PENDERITA KUSTA DI DUA WILAYAH TERTINGGI KUSTA DI KABUPATEN JEMBER

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

Transkripsi:

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER Maret, 2015

ABSTRAK Pengaruh Terapi Kognitif terhadap Penurunan Respon Depresi pada Pasien Kusta Peneliti : Erti ID 1 Sumber Dana : Dana Hibah Penelitian Dikti 1 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember ABSTRAK Kusta merupakan penyakit menular tropis yang terabaikan, dimana angka kejadiannya di Kabupaten Jember masih tetap tinggi. Tingginya angka kejadian kusta akan menimbulkan dampak bagi pasien, keluarga dan masyarakat. Dampak yang timbul bukan hanya dari segi fisik, tetapi meluas sampai masalah psikologis, ekonomi, dan sosial. Depresi merupakan masalah psikologis yang diakibatkan adanya penolakan sosial masyarakat dan juga pasien kusta yang tidak bisa menerima keadaan cacat tubuhnya. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien kusta umumnya masih berupa pengobatan untuk mengatasi keluhan fisik dan belum menyentuh terhadap masalahmasalah psikososial. Terapi kognitif diusulkan sebagai bentuk terapi psikososial bagi pasien kusta yang mengalami depresi. Terapi kognitif diberikan secara individual dengan harapan pasien kusta yang memiliki pikiran negatif yang merupakan salah satu respon dari pasien depresi, mampu mempunyai pemikiran positif yang dapat membentuk koping yang adaptif dalam menyelesaikan masalahnya. Penelitian dilaksanakan melalui pendekatan metode kuantitatif desain quasi experimental, rancangan pre-post test without control group dengan pemberian intervensi berupa terapi kognitif. Terapi kognitif dilakukan dalam 4 sesi. Responden adalah pasien kusta dewasa yang mengalami kondisi depresi sesuai hasil screening menggunakan instrumen Zung Self-Rating Depression (ZSDS) di wilayah Puskesmas Jenggawah dengan pengambilan sampel melalui purposive sampling. Data dianalisis dengan mengetahui perbedaan nilai depresi sebelum dan setelah pemberian terapi kognitif dengan menggunakan uji wilcoxon. Penelitian membuktikan efektifitas terapi kognitif sebagai bentuk intervensi keperawatan untuk menurunkan respon depresi pada pasien kusta. Terapi kognitif dapat diusulkan sebagai salah satu alternatif penatalaksanaan psikososial yang bisa diterapkan oleh perawat di puskesmas sehingga dapat menekan angka kejadian depresi. Kata Kunci: kusta, depresi, terapi kognitif

EXECUTIVE SUMMARY Pengaruh Terapi Kognitif terhadap Penurunan Respon Depresi pada Pasien Kusta Peneliti : Erti ID 1 Sumber Dana :Dana Hibah Penelitian Universitas Jember Kontak Email : arienta_d@yahoo.com Diseminasi (jika ada) : Belum ada 1 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember Latar Belakang dan Tujuan Penelitian Kusta (Morbus hansen) merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae (Harahap, 2000). Penyakit kusta termasuk dalam salah satu daftar penyakit menular yang angka kejadiannya masih tetap tinggi di negaranegara berkembang terutama di wilayah tropis (Weekly Epidemiological Report World Health Organization, 2011). Indonesia merupakan negara yang memiliki angka penyebaran penyakit kusta cukup tinggi (Amiruddin, 2006). Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten dengan kasus kusta tertinggi di wilayah Jawa Timur. Kecamatan Jenggawah merupakan salah satu penyumbang yang cukup tinggi di Kabupaten Jember yaitu dengan angka kejadian kusta yang tercatat sebanyak 36 kasus. Tingginya angka kejadian kusta di Kabupaten Jember akan menimbulkan dampak bagi pasien kusta, keluarga dan masyarakat. Dampak yang timbul pada pasien kusta yaitu pada aspek fisik akan mengalami kecacatan, pada aspek mental akan mengalami perasaan malu serta depresi, pada aspek ekonomi pasien kusta cenderung kehilangan pekerjaan dan mengalami kemiskinan dan pada aspek sosial yaitu pasien kusta sering dikucilkan dan diabaikan oleh masyarakat. Perilaku masyarakat cenderung mengucilkan dan isolasi sosial kepada pasien kusta dapat menyebabkan stres dan depresi (Kaur & Van Brakel, 2002). Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang paling umum diderita pasien kusta (Senturk & Sagduyu, 2004).

Kaplan dan Saddock (2004) menyebutkan bahwa terapi yang dibutuhkan pada pasien depresi dapat berupa terapi psikososial, seperti terapi kognitif. Terapi kognitif merupakan suatu bentuk psikoterapi yang dapat melatih pasien untuk mengubah cara pasien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat pasien mengalami kekecewaan, sehingga pasien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif. Peneliti mendapatkan fenomena bahwa jumlah pasien kusta di Kabupaten Jember masih tetap tinggi dan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penyakit kusta akan berdampak pada status mental pasien terutama depresi serta selama ini belum ada program untuk peningkatan kesehatan psikologis untuk pasien kusta, padahal depresi akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas hidup secara signifikan. Alasan tersebut yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh terapi kognitif terhadap perubahan tingkat depresi pada pasien kusta. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode intervensi semu (quasi experiment), rancangan prepost test without control group dengan intervensi terapi kognitif. Pendekatan pre-post test with control group design digunakan untuk melihat efektivitas perlakuan melalui perbedaan antara sebelum dan setelah intervensi (Arikunto, 2009). Proses pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengukur perubahan tingkat depresi pasien kusta sebelum dan setelah diberikan terapi kognitif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kusta di wilayah kerja Puskesmas Jenggawah sebanyak 20 orang. Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2010). Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang dikehendaki oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Peneliti memilih responden yang memenuhi kriteria inklusi yaitu, berada dalam kondisi depresi setelah diukur dengan menggunakan instrument depresi.

Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Data Karakteristik Responden Penelitian Data karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, dan status pernikahan. Data mengenai karakteristik responden terangkum pada tabel 1. Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan usia di wilayah kerja Puskesmas Jenggawah. Karakteristik Responden Mean SD Minimum- Maksimum Usia 39,33 18,815 13-79 Tabel 2 Distribusi responden menurut jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir dan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Jenggawah Karakteristik Responden Jumlah (orang) Presentase (%) Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 7 3 70 30 Status Pernikahan a. Belum Kawin b. Kawin 1 9 10 90 Pendidikan Terakhir a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP d. SMA 2 5 1 1 20 50 10 10 Pekerjaan a. Tidak Bekerja b. Bekerja 2 8 20 80 Distribusi Tingkat Depresi Penderita Kusta sebelum Terapi Kognitif Tabel 3 Distribusi Tingkat Depresi sebelum Terapi Kognitif Tingkat Depresi Frekuensi Persentase (%) Tingkat Depresi Sedang 8 80 Tingkat Depresi Berat 2 20

Distribusi Tingkat Depresi Penderita Kusta setelah Terapi Kognitif Tabel 4 Distribusi Tingkat Depresi setelah Terapi Kognitif Tingkat Depresi Frekuensi Persentase (%) Tingkat Depresi Ringan 7 70 Tingkat Depresi Sedang 3 30 Analisis Perbedaan Proporsi Tingkat Depresi sebelum dan setelah Pemberian Terapi Kognitif Tabel 5 Analisis Perbedaan Tingkat Depresi sebelum dan setelah Pemberian Terapi Kognitif Tingkat depresi a. Ringan b. Sedang c. Berat Variabel Sebelum Setelah p-value n % n % 0 8 2 0 80 20 7 3 0 70 30 0 0,000* Pembahasan Gambaran tingkat depresi pasien kusta di Kabupaten Jember berada pada kategori tingkat depresi sedang dengan jumlah 8 responden (80%) dan tingkat depresi berat dengan jumlah 2 responden (20 %). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pasien kusta di wilayah kerja Puskesmas Jenggawah sebagian besar memiliki kategori tingkat depresi sedang. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanto, (2010) yang mendapatkan hasil bahwa pasien kusta merasa sedih dan kecewa pada diri sendiri saat mendapatkan diagnosa kusta. Perasaan sedih dan kecewa tersebut merupakan respon terhadap depresi yang sedang dialami yang ditunjukkan dengan sikap putus asa, menarik diri dan kesedihan yang mendalam. Depresi pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu usia, jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan dan pendidikan. Penyakit kusta memberikan dampak fisik dan dampak psikososial bagi pasien. Dampak fisik yang ditimbulkan berupa kerusakan saraf. Masalah psikososial yang timbul pada pasien kusta lebih menonjol dibandingkan masalah fisik, disebabkan oleh adanya stigma yang banyak dipengaruhi oleh berbagai paham dan informasi yang salah mengenai penyakit kusta. Peneliti juga menemukan bahwa pasien kusta dapat mengalami depresi.

Depresi dapat disebabkan oleh keparahan tingkat kecacatan. Selain itu, kurangnya dukungan keluarga dalam proses penyembuhan kusta juga dapat menyebabkan depresi pada pasien kusta. Perasaan sedih dan kecewa merupakan respon terhadap depresi. Depresi ditunjukkan dengan sikap putus asa, menarik diri dan kesedihan yang mendalam (Susanto, 2010). Depresi merupakan keadaan psikologis yang berhubungan dengan keadaan emosi pada manusia (Chaplin, 2002). Menurut Kaplan et al (1997) menganggap depresi adalah emosi yang timbul dari tekanan kedalam ego antara aspirasi dan realita. Pada saat menyadari segala sesuatu tidak sesuai yang diharapkan maka akan merasa tidak berdaya dan tidak berguna. Solusi yang dapat diterapkan oleh pasien dan keluarga dalam mencegah terjadinya depresi yaitu dengan melakukan modifikasi perilaku. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan Aini (2012) yang mengatakan bahwa ada pengaruh terapi modifikasi perilaku dengan perjanjian kontrak terhadap kepatuhan perawatan diri penderita kusta. Menurut Wolpe dalam Sunardi (2010), modifikasi perilaku yaitu penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif, dengan melemahkan atau menghilangkannya dan perilaku adaptif ditimbulkan atau dikukuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan proporsi tingkat depresi setelah pemberian terapi kognitif. Terapi kognitif merupakan salah satu jenis psikoterapi yang menekankan dan meningkatkan kemampuan berfikir yang diinginkan (positif) dan merubah pikiran-pikiran yang negatif (Boyd & Nihart, 1998). Dengan demikian maka, terapi kognitif merupakan suatu bentuk terapi yang dapat melatih pasien untuk mengubah cara berfikir yang negatif karena mengalami kekecewaan, kegagalan dan ketidakberdayaan, sehingga pasien dapat menjadi lebih baik dan dapat kembali produktif (Videbeck, 2008). Terapi kognitif menggunakan beberapa strategi untuk memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku pasien (Copel, 2007). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya penurunan nilai depresi didukung teori yang dikemukakan oleh Townsend (2003) yang menerangkan bahwa proses

pelaksanaan terapi kognitif merupakan suatu terapi yang berorientasi pada tujuan penyelesaian masalah pasien. Kesimpulan akhir dari hasil penelitian ini adalah bahwa terapi kognitif berpengaruh terhadap penurunan respon depresi pada pasien kusta. Hal didukung adanya hasil penelitian yang menunjukkan adanya perubahan yang bermakna dalam selisih kondisi depresi, yang berarti bahwa ada penurunan kondisi depresi pada responden. Asumsi peneliti adalah meskipun nilai kondisi depresi setelah pemberian terapi kognitif masih termasuk dalam kategori depresi, namun sudah menunjukkan hasil yang cukup bermakna. Kondisi depresi yang dialami pasien kusta merupakan masalah yang cukup kompleks dimana membutuhkan penanganan yang tepat, karena pada kondisi depresi memiliki kemungkinan diagnosa keperawatan tidak hanya harga diri rendah saja. Diagnosa keperawatan terkait dengan kondisi depresi selain harga diri rendah adalah ketidakberdayaan, keputusasaan, mekanisme koping individu tidak efektif dan bahkan risiko bunuh diri. Sehingga intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien kusta yang mengalami kondisi depresi membutuhkan intervensi keperawatan spesialis lainnya, seperti logoterapi, terapi suportif, psikoedukasi untuk keluarga pasien, dan sebagainya. Simpulan a. Tingkat depresi pasien kusta sebelum terapi kognitif sebanyak 8 orang dalam kategori depresi berat, dan 2 orang dalam kategori depresi sedang; b. Tingkat depresi pasien kusta setelah terapi kognitif sebanyak 7 orang dalam kategori depresi ringan, dan 2 orang dalam kategori depresi sedang c. Ada pengaruh terapi kognitif terhadap penurunan respon depresi pasien kusta (p : 0.000; p α). Kata Kunci: Terapi kognitif, Kusta