BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya.

dokumen-dokumen yang mirip
(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional. Atas dasar. pembangunan dan pertumbuhan sosial ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini

hampir selalu merujuk pada maksimalisasi profit. Perekonomian yang telah mendominasi kehidupan sosial membuat segala sesuatunya dinilai dengan

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai. pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB V PENUTUP. Usaha kecil dipedesaan merupakan pengerak ekonomi masyarakat diluar

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, hingga saat ini dampak krisis ekonomi global masih dapat

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

BAB I PENDAHULUAN. angkatan kerja yang menimbulkan permasalahan tersendiri. Berdasarkan data

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Petani merupakan pekerjaan yang telah berlangsung secara turun-temurun bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya masalah yang timbul didalam lingkungan perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lebih lanjut, Negara-negara sedang berkembang, termasuk

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB I PENDAHULUAN. energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tidak perlu di ragukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter merambah ke krisis ekonomi. Dari krisis ini berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang besar akan jasa keuangan di kalangan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. membayar berbagai kebutuhan masyarakat. Uang merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diversifikasi pekerjaan. Diversifikasi pekerjaan ini lebih diarahkan tidak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor-sektor yang dapat memperlihatkan tingkat pertumbuhan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Universitas Indonesia

IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Ketika itu,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor baik pengusaha besar maupun pengusaha kecil telah memainkan

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai peranan penting. dalam kemajuan perekonomian Indonesia dimana pertumbuhan terus

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. kekurangan. Di dua dusun Pagilaran dan Kemadang waktu seolah-olah sekedar berjalan di

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Dalam

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses adaptasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Untuk dapat bertahan hidup di dalam lingkungannya manusia harus mampu beradaptasi. Proses adaptasi satu dengan yang lain pun beragam. Tergantung dengan pengetahuan, keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya. Pada tahun 1970, Desa Sriharjo merupakan salah satu desa miskin di Indonesia. Berdasarkan buku Penduduk dan Kemiskinan: Kasus Sriharjo di Pedesaan Jawa dijelaskan bahwa Sriharjo dikategorikan sebagai desa miskin dikarenakan rasio yang tinggi antara manusia dan tanah atau dengan kata lain terbatasnya lahan pertanian dan tidak terdapatnya sumber-sumber alami selain dari tanah (Singarimbun, 1976:42). Selain itu mayoritas penduduk Sriharjo bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani yang sangat bergantung dengan ada tidaknya lahan pertanian. Akibatnya muncul banyak pengangguran dan upah tenaga kerja yang rendah karena semua orang berlomba mencari penghasilan di satu bidang. Rata-rata tanah pertanian yang dimiliki masyarakat Sriharjo hanya seluas 0,22 hektar per keluarga (Singarimbun, 1976:43). Para petani hanya bekerja selama 115 hari selama musim hujan. Hasil produksi dari lahan yang sempit relatif sedikit ditambah dengan jumlah pekerja yang bertambah akan berakibat pada pembagian untuk masing-masing berkurang. Apa yang terjadi di sektor 1

2 pertanian semacam itu bukanlah peningkatan kesejahteraan atau kemakmuran melainkan sebaliknya suatu kemerosotan kehidupan sosial-ekonomi. Proses ini oleh Geertz dinamakan shared poverty yaitu pembagian kemelaratan antara petani-petani yang semakin banyak jumlahnya untuk lahan pertanian yang relatif tetap luasnya (Geertz, 1976: xxvi). Menurut Koentjaraningrat, semakin sempitnya kepemilikan lahan di pedesaan disebabkan oleh dua proses yang bertentangan, yaitu; Pertama, proses fragmentasi tanah baik karena pewarisan maupun karena pembagian dengan petani-petani lain. Akibatnya lahan pertanian terpecah-pecah dan semakin sempit. Kedua, terkonsentrasinya sebagian besar tanah pada kelompok kecil orang kaya di desa melalui pembelian (Koentjaraningrat, 1982:112). Sempitnya lahan yang tidak berimbang dengan jumlah penduduk inilah yang menyebabkan masyarakat agraris mencari sumber pendapatan lain di luar pertanian. Cara seperti ini sudah dilakukan masyarakat pedesaan sejak lama untuk mengiringi kegiatan di bidang pertanian. Menurut Rahardjo (1984:55), perubahan mata pencaharian dari basis pertanian menuju industri telah menjadi pilihan solusi dalam sejarah perekonomian negara-negara yang sedang melakukan pembangunan. Dengan perubahan mata pencaharian tersebut, transformasi sosial menuju masyarakat industri tak dapat dielakkan. Perubahan struktur dari pertanian menuju industri memiliki tiga wajah. Pertama, sumbangan sektor pertanian relatif akan merosot sedangkan sektor lain semakin besar peranannya dalam produksi nasional. Kedua, mereka yang bekerja disektor pertanian secara absolut jumlahnya bisa saja

3 meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, namun persentasinya dalam jumlah lapangan kerja secara keseluruhan akan semakin kecil. Sebaliknya persentasi yang bekerja di sektor-sektor non-pertanian akan semakin meningkat. Ketiga, sifat produksi di semua bidang akan juga berubah sifatnya yaitu lebih bersifat industrial. Hal ini juga terjadi di Desa Sriharjo. Tumbuhnya industri rumah tangga di Sriharjo telah memberikan dampak pada sektor ekonomi dan sosial seperti terbukanya lapangan kerja, meningkatnya kesejahteraan keluarga, dan keinginan untuk membangun desa. Kehidupan masyarakat subsisten berbasis pertanian telah berganti menjadi masyarakat industri dengan sistem ekonomi pasar dimana produksi barang-barang dan alokasi sumber daya ditentukan oleh keputusankeputusan yang ditentukan oleh penerima ekonomi (Nugroho, 2001: 2). Perubahan mata pencaharian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungannya demi bertahan hidup. Menjamurnya industri rumah tangga 1 rempeyek juga dimanfaatkan oleh pedagang untuk menawarkan dagangannya berupa bahan baku industri dengan sistem pembayaran secara kredit tanpa ada aturan tertulis. Selain memberi kredit, pedagang juga memberikan pelayanan seperti bagi pemilik industri yang bersedia membeli, pedagang dengan senang hati akan mengantar barang belanjaan hingga ke tempat produksi. Bahkan, pemilik industri tidak perlu repot-repot datang ke toko, cukup dengan menelpon atau mengirim pesan sms maka pedagang siap mengantar pesanan. 1 Industri dengan jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang (http://wikipedia.org/wiki/industri)

4 Strategi pemasaran barang dengan cara kredit ini menarik untuk dikaji lebih lanjut mengingat banyaknya kredit dari berbagai lembaga keuangan yang hanya memfokuskan kredit pada kredit uang. Sekilas, kredit barang terlihat sepele namun pada kenyataanya cara ini merupakan cara yang efektif karena memberi dampak yang positif bagi kedua belah pihak. Bukan bermaksud mengesampingkan kredit berupa uang tetapi apa yang dilakukan oleh pedagang yaitu memberikan kredit barang merupakan langkah yang efektif dan tepat guna bagi keberlangsungan pengusaha rempeyek. B. Permasalahan Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan utama yang ada dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang di sekitar industri rumah tangga remepeyek? 2. Sistem kredit seperti apa yang terjadi? 3. Apa pertimbangan kedua belah pihak untuk menjadi kreditur dan debitur? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji kredit barang sebagai strategi pemasaran yang dilakukan pedagang di sekitar industri rumah tangga rempeyek di Desa Sriharjo yang dapat menjaga keberlangsungan usaha kedua belah pihak. Selain itu skripsi ini juga ingin mengetahui sistem kredit seperti apa saja yang terjadi diantara keduanya. Terakhir, ingin mengetahui pertimbanganpertimbangan pedagang dalam memberikan kredit barang.

5 D. Kerangka Pemikiran Manusia sebagai makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Di sini diperlukan strategi beradaptasi untuk dapat bertahan di tengah kondisi yang terjepit. Bagi orang yang membutuhkan modal, berhutang adalah salah satu solusi dalam menghadapi masalah ekonominya. Namun, bagi pedagang sebaliknya. Mereka berusaha keras supaya dapat menjual dagangannya untuk dapat bertahan hidup sekalipun harus dengan memberikan kredit kepada pembelinya. Menurut Ahimsa-Putra (1980:6-7) strategi beradaptasi adalah pola-pola yang dibentuk oleh berbagai usaha atau kegiatan yang direncanakan oleh manusia untuk dapat memenuhi syarat minimal yang dibutuhkan dan untuk memecahkan masalah-masalah yang langsung mereka hadapi di situ. Pendapat ini dirujuk dari J.W. Bennett yang berpendapat bahwa strategi adaptasi adalah pola-pola yang dibentuk oleh berbagai penyesuaian yang direncanakan oleh manusia untuk mendapatkan dan menggunakan sumber daya alam dan untuk memecahkan masalah yang langsung mereka hadapi. Ahimsa-Putra mengganti kata penyesuaian dengan usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk menajamkan definisi yang ada supaya mudah dipahami. Menurut Malinowski (Garbarino, 1977: 56), manusia minimal membutuhkan tiga syarat agar dapat bertahan hidup, yaitu syarat biologi, syarat kejiwaan, dan syarat sosial. Ketiga macam syarat tersebut dapat dipenuhi melalui

6 berbagai kegiatan seperti yang tercakup dalam sistem ekonomi. Sistem ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagai berbagai pengetahuan untuk memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi dalam rangka untuk bertahan hidup. Pengetahuan dalam rangka beradaptasi bisa diperoleh dari berbagai pengalaman serta berbagai kontak dengan individu-individu di sekitarnya atau merupakan hubungan langsung dengan lingkungan itu sendiri. Pengetahuan yang didapat bisa berupa berbagai macam informasi mengenai berbagai hal salah satunya mengenai strategi-strategi untuk memanfaatkan lingkungan demi untuk bertahan hidup. Dengan demikian alat terpenting dalam setiap strategi adalah pengetahuan mengenai lingkungan serta cara-cara untuk menghadapi dan memanfaatkan. Keseluruhan proses ini oleh Ahimsa-Putra disebut sistem budaya (Ahimsa-Putra, 1980:4). Menurut Koentjaraningrat (1980: 203-204), sistem budaya mempunyai tujuh unsur, yaitu 1) Bahasa, 2) Sistem pengetahuan, 3) Organisasi sosial, 4) Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5) Sistem mata pencaharian hidup, 6) Sistem religi, dan 7) Kesenian. Dari ketujuh unsur ini satu sama lain saling berkaitan. Dalam penelitian ini hanya 3 unsur yang akan digunakan yaitu sistem pengetahuan, sistem peralatan dan teknologi, serta sistem mata pencaharian hidup. Ketiga unsur ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana startegi pemasaran yang digunakan oleh pedagang. Berbicara mengenai peran pedagang sebagai kreditur tak bisa lepas dari lembaga keuangan informal. Nugroho (2001:5) mengungkapkan bahwa sektor

7 finansial informal telah diangkat ke dalam berbagai wacana ilmiah pembangunan. Ia biasanya ada di bawah nama seperti pasar yang tidak terorganisir atau teregulasi, lembaga finansial informal, dan pasar kredit informal. Karena komposisinya yang heterogen maka tidak mudah untuk membuat definisi yang tegas tentang keberadaan lembaga finansial informal dalam masyarakat. Lembaga finansial informal menurutnya terdiri dari makelaran seperti rentenir yang profesional, rumah gadai, pedagang-pedagang besar yang memberikan kredit, pedagang-pedagang kecil, dan tuan tanah. Aktivitas pasar kredit informal juga dapat meliputi pinjam meminjam uang sesama teman, tetangga dan kerabat. Saat ini lembaga-lembaga finansial informal berkembang dengan pesat sejalan dengan proses pembangunan ekonomi masyarakat atau bahkan tidak tertutup kemungkinan lembaga-lembaga seperti ini dimanfaatkan sebagai sarana untuk keberlangsungan kehidupan (survival strategy) dalam situasi krisis. Keberadaan lembaga finansial informal bukan suatu kendala bagi perkembangan masyarakat, tetapi kadang-kadang ia dapat digunakan sebagai jembatan keledai menuju perkembangan masyarakat lebih lanjut 2. Masih menurut Nugroho (2001: 15-16) realitas itu terjadi karena dua argumen. Pertama, lembaga-lembaga finansial informal lebih atraktif dalam mencari nasabah dibandingkan dengan lembaga-lembaga finansial formal. Hubungan yang terjadi antara lembaga-lembaga finansial informal terhadap para pemilik industri sebagai penerima hutang adalah hubungan personal. Kedua, sistem yang digunakan lembaga finansial informal adalah sistem kepercayaan. 2 Lihat Heru Nugroho, Uang, Rentenir, dan Hutang-Piutang di Jawa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

8 Masyarakat tidak menyukai sistem legal dengan prosedur yang rumit. Sistem kepercayaan dan prosedur yang mudah merupakan bagian dari budaya transaksi uang dalam masyarakat pedesaan. Terjadinya kesejajaran posisi dalam pertukaran tersebut akan membuat hubungan di antara mereka semakin kuat. Menurut Sairin (2002:43-44) adanya hubungan timbal balik yang simetris antar individu atau kelompok membuat hubungan di antara mereka berlangsung terus menerus. Lebih lanjut Sairin menjelaskan bahwa tanpa adanya hubungan simetris antar kelompok maka resiprositas cenderung tidak akan berlangsung. Resiprositas sebanding terjadi karena dalam pertukaran, masing-masing pihak tidak ingin memberi nilai lebih dibandingkan dengan yang akan diterima. Para pelaku tersebut bukan merupakan satu unit sosial atau satuan unit sosial tetapi sebagai unit sosial yang otonom sehingga tidak terikat oleh solidaritas sosial yang kuat. E. Metodologi Penelitian E.1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Dusun Pelemadu, Desa Sriharjo yang merupakan sentra industri rempeyek. Dalam penelitian ini, saya memfokuskan Pedukuhan Pelemadu yang terbagi menjadi 4 dusun yaitu Nggaten, Pelemadu, Kujon, dan Sabrangan sebagai lokasi penelitian. E.2. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data primer

9 dilakukan melalui pengamatan terlibat (participant observation) dan wawancara mendalam (depth interview). Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, website, serta arsip desa seperti monografi, dan profil desa. Wawancara mendalam (depth interview) lebih diarahkan pada penelusuran masalah yang dikaji secara lengkap dengan informan. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar informasi yang dicari tidak menyimpang dari pokok masalah. Metode wawancara mencangkup cara yang digunakan ketika seseorang ingin mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka (Koentjaraningrat, 1986: 129). Selain menggunakan teknik wawancara mendalam, dalam penelitian ini juga dilakukan observasi partisipasi (participatory observation) atau pengamatan terlibat. Melalui observasi, banyak sekali kenyataan yang dipelajari untuk melengkapi data yang akan diperoleh (Koentjoroningrat, 1986:110). Observasi di sini dilakukan untuk mengetahui bagaimana praktik hutang di kalangan pemilik industri rumah tangga berlangsung. Terakhir adalah studi pustaka. Data-data kepustakaan diperoleh melalui membaca buku, data monografi desa, profil desa, dan website. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai profil desa,

10 demografi dan juga teori-teori yang berkaitan dengan tema penelitian sehingga pokok-pokok permasalahan dapat terjawab. Dengan demikian, data lapangan yang diperoleh menjadi lebih akurat dengan hadirnya studi kepustakaan ini. E.3. Pemilihan Informan Dalam penelitian ini terdapat dua macam informan yang keduanya berkecimpung dalam industri rumah tangga. Pertama adalah pedagang yang berperan memberi pinjaman atau memberi hutang. Dari kedua informan utama tersebut, pedagang lebih banyak memberikan informasi tentang bagaimana praktik hutang di kalangan pemilik industri berlangsung. Kedua adalah pemilik industri rumah tangga sebagai penerima hutang. Maka dari itu, dua tipe informan yang telah dipilih diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada untuk melihat bagaimana praktik hutang dan pola relasi di kalangan pemilik industri di Desa Sriharjo, khususnya Pedukuhan Pelemadu. Selain informan di atas, saya juga mewawancarai tokoh-tokoh yang bersangkutan seperti pegawai kelurahan, Kepala Dusun (dukuh), dan ketuaketua perkumpulan industri yang ada di Dusun Pelemadu. Wawancara dari tokoh-tokoh tersebut diharapkan dapat memberi informasi mengenai awal mula munculnya industri rumah tangga di Dusun Pelemadu dan perkembangannya.