BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kelistrikan merupakan salah satu aspek penting untuk menggerakkan roda perindustrian. Listrik sudah menjadi sarana pendukung yang vital dan tidak terpisahkan bagi proses industri. Untuk mendukung operasi sistem tenaga listrik yang aman, andal dan ekonomis, maka diperlukan beberapa komponen penyusun yang terintegrasi dan mampu bekerja secara kontinu. Komponen penyusun sistem tenaga listrik antara lain adalah pembangkit, gardu induk, saluran transmisi dan distribusi. Masing-masing komponen harus mampu bekerja sesuai fungsi dan proporsinya sehingga mendukung sistem kelistrikan secara keseluruhan. PT Chevron Pacific Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi menggunakan pompa dan kompresor untuk melakukan produksi. Untuk menggerakkan pompa dan kompresor tersebut, dibutuhkan suplai listrik yang memadai. Selain kapasitas listrik yang mencukupi, aspek keandalan dan nilai ekonomis juga perlu diperhatikan dalam proses penyediaan tenaga listrik. Oleh karena itu, PT Chevron Pacific Indonesia membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang berada di Distrik Minas dan Duri. Salah satu indikator yang menyatakan mutu suatu sistem tenaga listrik adalah kontinuitas pelayanan, pemeliharaan dan perawatan, serta pengendalian yang baik. Dalam meningkatkan mutu suatu sistem tenaga listrik sangat perlu diperhatikan mengenai kesehatan, lingkungan, dan keselamatan kerja (Health, 1
Environment, and Safety/HES) dan bahaya yang mungkin terjadi. Kegiatan produksi PT. CPI mempunyai resiko yang tinggi karena material yang diproduksi sangat mudah terbakar sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat besar. Salah satu bahaya yang mungkin terjadi yaitu busur api atau arc flash. Arc flash merupakan ledakan panas, gas panas, dan logam cair yang diakibatkan oleh short circuit pada peralatan yang ter-energized. Arc flash dapat menyebabkan luka bakar serius pada kulit yang terpapar panas secara langsung. Salah satu cara untuk mencegah arc flash injury pada pekerja adalah dengan menggunakan Personal Protective Equipment (PPE) yang disesuaikan dengan tingkat incident energy yang ditimbulkan oleh arc flash yang level level nya telah di standar kan dalam National Fire Protection Association (NFPA). Setiap pekerja dan pengunjung PT CPI minimal wajib menggunakan PPE standar, yaitu helmet, safety goggles, dan safety shoes saat memasuki field atau lapangan. Fakta di lapangan mengenai arc flash incident di PT CPI terjadi di wilayah Duri pada tahun 2014 lalu di sekitar bulan September dimana seorang pekerja dari business partner PT CPI terkena busur api secara tidak sengaja saat ia membuka salah satu pintu panel di Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Duri. Penyebab dari munculnya arc flash/busur api tersebut dikarenakan adanya seekor hewan yang masuk secara tiba tiba ke dalam panel tersebut saat dibuka dan membuat short circuit antara dua fase didalam panel tersebut. Efek dari arc flash tersebut menyebabkan luka bakar yang serius pada tangan dan wajah pekerja tersebut. Kondisi saat ini di PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yaitu belum adanya warning sign di tiap tiap panel di MGT yang berisi mengenai informasi flash
protection boundary, incident energy, dan required PPE level yang merupakan informasi yang penting diketahui dan ditaati oleh para pekerja yang harus melakukan kontak langsung dengan panel jika ingin selamat dari bahaya arc flash, di sisi lain, PT CPI merupakan perusahaan yang menjadikan aspek keselamatan kerja (safety) sebagai prioritas utama dibandingkan compliance dan production. Berlandaskan filosofi dasar perusahaan ini, kebutuhan perusahaan akan warning information label, serta pengalaman/kejadian arc flash yang pernah terjadi di PT CPI ini, penulis melakukan studi terkait bahaya arc flash pada sistem kelistrikan PT CPI Wilayah Selatan khususnya di Minas Gas Turbine (MGT) 1,2,3,4,5. Analisis dan perhitungan arc flash akan merujuk pada standar IEEE 1584 2002, sedangkan dasar untuk pemilihan level PPE menggunakan standar NFPA 70E 2012. Hasil studi arc flash ini diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk mengklasifikasikan zona berbahaya di wilayah operasi PT CPI, sehingga perusahaan dapat menentukan level Personal Protective Equipment (PPE) yang harus digunakan untuk masing-masing zona serta jarak aman dari masing masing panel kelistrikan di pembangkit listrik tersebut. Sehingga, dari studi ini nilai nilai yang telah didapat dapat digunakan sebagai dasar atau landasan dalam membuat warning infromation label di tiap panel MGT 1-5. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Besar incident energy pada tiap tiap panel pada MGT 1 5. 2. Besar nilai arc flash boundary pada tiap tiap panel dalam MGT 1-5.
3. Level Personal Protective Equipment (PPE) untuk tiap tiap panel dalam MGT 1-5. 1.3 Batasan Masalah Agar studi simulasi arc flash hazard pada MGT 1-5 di PT Chevron Pacific Indonesia ini lebih fokus dan terarah maka diberikan batasan batasan sebagai berikut : 1. Bahan yang menjadi objek penelitian pada studi ini adalah panel panel yang ada pada Minas Gas Turbine (MGT) 1-5. 2. Hal yang akan di bahas pada hasil simulasi ini adalah nilai dari Arc Flash Boundary (AFB), Incident Energy (Ie), dan energy level pada masing masing panel. 3. Studi simulasi arc flash hazard ini menggunakan IEEE Std. 1584-2002 IEEE Guide for Performing Arc Flash Hazard Calculations (IEEE 1584-2002) sebagai dasar perhitungan dan NFPA 70E Standard for Electrical Safety in the Workplace (NFPA 70E) sebagai dasar pemilihan kategori PPE. 1.4 Tujuan Penelitian Studi arc flash hazard pada MGT 1-5 di Chevron Pacific Indonesia memiliki tujuan antara lain : 1. Mengetahui besar nilai incident energy dari arc flash yang dapat terjadi di Minas Gas Turbine (MGT) 1-5
2. Menghitung arc flash boundary akibat gangguan yang terjadi pada panel panel kelistrikan Minas Gas Turbine di PT Chevron Pacific Indonesia Wilayah Selatan. 3. Menentukan level personal protective equipment (PPE) berdasar besar incident energy yang terjadi akibat arc flash tersebut. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Mengetahui tingkat bahaya arc flash/busur api di tiap tiap panel pada MGT 1 5 PT Chevron Pacific Indonesia berdasarkan nilai incident energy dan flash protection boundary. 2. Mengetahui level Personal Protective Equipment (PPE) yang dibutuhkan para pekerja di tiap tiap panel MGT. 3. Sebagai dasar pembuatan warning information label yang ada pada tiap tiap panel kelistrikan MGT 1 5 PT Chevron Pacific Indonesia. 4. Sebagai dasar pertimbangan keamanan para pekerja di Chevron saat melakukan inspeksi maupun monitoring langsung ke lapangan. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang akan digunakan untuk menyusun laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan pustaka dan landasan teori Bagian ini berisi teori-teori dasar yang terkait dengan bidang sistem tenaga listrik khususnya tentang arus hubung singkat, setting proteksi, pengertian arc flash, standar untuk analisis arc flash, dan bahaya yang dapat ditimbulkan arc flash. 3. Bab III Metode Penelitian Dalam bab ini dipaparkan sumber data dan program bantu analisis yang digunakan untuk penelitian. Selain itu juga terdapat konfigurasi skenario dan diagram alir yang dilakukan pada penelitian ini. 4. Bab IV Hasil Pembahasan Berisi hasil perhitungan nilai protective device fault current, protective device arcing fault current, bus fault current, bus arcing fault current, Arc Flash Boundary (AFB), Incident Energy (IE), serta Energy Level atau kategori level yang harus digunakan oleh pekerja pada masing masing panel. 5. Kesimpulan dan Saran Berisi kesimpulan dan saran dari penulis yang diperoleh dari hasil pembahasan yang berkaitan dengan penggunaan PPE sesuai dengan standard dan kategori yang tepat sesuai dengan level yang direkomendasikan dalam simulasi.