BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

Banyaknya fenomena penyimpangan perilaku yang bisa dilihat secara. setiap hari, membentuk keprihatinan bahwa bangsa ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

INDONESIA. Disusun Oleh : Mardhiana Setyaningrum Kelas D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

MAKALAH TENTANG PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PELAJAR DI INDONESIA

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah untuk membantu peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Tidak dipungkiri banyak kasus kekerasan yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB VI PENUTUP DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama keberhasilan Pembangunan Nasional. Semakin tinggi kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang Pendidikan wajib. DIKTI/ Kep/ 2000 : Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Dunia pendidikan di Indonesia pada saat sekarang ini tengah mengalami krisis moral para pelajar. Problematika remaja saat ini sangat mencoreng dunia pendidikan. Di mulai dari kasus prostitusi di kalangan pelajar, hingga permasalahan geng di kalangan para remaja yang menyebabkan terjadinya kasus tawuran antar pelajar. Menurut Fitria Nurmalasari (2012: 3) menuliskan bahwa: Data di Jakarta (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lainnya. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban jiwa semakin meningkat. Sedangkan data lain mengenai kenakalan remaja yang ditulis oleh Iman Firmansyah (Menkominfo, dalam HU. Kompas, 10 Mei 2010) menjelaskan: Bahwa pada tahun 2005, di Bandung dari 765.762 remaja diperoleh 388.288 atau 50,56% pernah melakukan seks pra nikah (Sumber: Pikiran Rakyat, 19 Juli 2005). Survei KPA terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia, menemukan 97% pernah mengakses pornografi, 93% pernah berciuman, dan 62,7% pernah berhubungan badan, dan 21% remaja telah melakukan aborsi. Data di atas menunjukkan bahwa betapa buruknya akhlak para pelajar di Indonesia pada saat sekarang ini. Dunia pendidikan akhlak di Indonesia dewasa ini semakin merosot dikarenakan oleh perilaku sebagian siswa yang menyimpang dari aturan-aturan yang ada. Moralitas para pelajar dewasa ini tengah mengalami kemorosatan yang hebat hingga mengotori dunia pendidikan. Dunia pendidikan yang harusnya mampu membuat para pelajar menjadi pelajar yang berprestasi dan berakhlak mulia, kini dunia pendidikan sedang mengalami problematika moralitas yang sangat krusial. Akhlak merupakan suatu pondasi yang utama dalam pembentukan kepribadian seseorang secara seutuhnya. Hal pertama yang harus dilakukan pada pembentukkan

2 kepribadian seseorang adalah pendidikan akhlaknya. Pada dasarnya akhlak seorang anak itu perlu dibina, baik di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan sekolah. Pembinaan akhlak di sekolah haruslah dilakukan secara teratur dan terarah agar siswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003) Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas di atas, jelas sekali bahwa salah satu tujuan dari pendidikan itu adalah bahwa pendidikan menjadikan seseorang mampu mengembangkan potensi dirinya agar berakhlak mulia. Akhlak merupakan salah satu dari tiga aspek ajaran agama Islam. Dalam ajaran agama Islam aspek aqidah, syariah, dan akhlak merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lain. Akhak merupakan kesempurnaan dari pondasi seorang muslim. Jika pondasi aqidah dan syariah seorang muslim telah terbentuk secara baik, maka akhlak yang baikpun akan terwujud dalam diri seorang muslim. Kenakalan remaja yang terjadi pada saat sekarang ini merupakan sebuah cerminan dari fenomena merosotnya akhlak atau moralitas anak bangsa. Pada kenyataannya para pelajar saat ini sangat kurang sekali dibekali dengan pendidikan akhlak dari para orangtuanya. Para orangtua beranggapan bahwa pendidikan mengenai akhlak yang diterima oleh para anaknya sudah cukup hanya dari sekolah saja. Padahal seharusnya pendidikan akhlak seorang anak itu dimulai dari lingkungan keluarga. Dengan keadaan yang seperti itu menyebabkan semakin maraknya kasus kenakalan para remaja. Perilaku para remaja sekarang sudah tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan hingga mengakibatkan terjadinya kasus tawuran, seks bebas, dan tidak menghormati orang tua, guru, dan sesama teman. Para remajapun sangat sulit untuk mentaati norma-norma yang berlaku hingga menjadikan hidup mereka bebas tanpa adanya kedisiplinan.

3 Syahidin (2009: 3) menjelaskan bahwa masalah moralitas siswa dan remaja dewasa ini sudah menjadi problema umum dan merupakan pertanyaan yang belum ada jawabannya. Mengapa para siswa sekarang lebih gampang terpancing amarah dan sangat agresif sehingga mudah sekali tersinggung dan dengan mudahnya terjadi tawuran? Dari pertanyaan tersebut muncullah pernyataan jawaban yang tentunya perlu diuji kebenarannya. Misalnya apakah moralitas atau akhlak siswa yang menyimpang itu dikarenakan adanya penyimpangan pendidikan baik di sekolah atau di lingkungan keluarga? Ataukah pihak sekolah ataupun pihak keluarga pada saat sekarang ini mengabaikan pembinaan pendidikan akhlak untuk anaknya? Ataukah mata pelajaran PAI yang hanya 2 jam pelajaran tidak mampu untuk menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para siswa? Dari pernyataan tersebut muncullah sebuah anggapan bahwa untuk memperbaiki akhlak siswa yang semakin mengarah ke arah yang tidak baik, maka haruslah dilakukan sebuah pembinaan akhlak dikalangan para siswa tersebut. Untuk merealisasikan akhlak mulia haruslah dilakukan dengan sebuah pembinaan akhlak yang tidak hanya dilakukan di lingkungan keluarga saja. Sekolahpun harus terlibat secara langsung dalam pembinaan akhlak para siswanya. Pada kenyataannya pihak dari orangtua siswa beranggapan bahwa pendidikan akhlak yang diterima oleh anaknya itu sudah cukup dilakukan di sekolah, sehingga para orangtua tidak memberikan pendidikan akhlak lagi terhadap anak-anak mereka. Sedangkan seharusnya pembinaan akhlak setiap anak itu haruslah dimulai dari lingkungan keluarganya terlebih dahulu. Pembinaan akhlak sangat penting dilakukan sejak dini kepada seorang anak. Ketika seorang anak yang sejak kecilnya dibina akhlaknya, maka ketika dia beranjak remaja tidak akan terpengaruh oleh pergaulan-pergaulan yang akan membawanya ke jurang kenistaan. Jika pembinaan akhlak dilakukan sejak dini, maka pondasi akhlak seorang anak ketika ia dewasapun akan semakin kuat. Karena pada dasarnya masa-masa remaja merupakan masa dimana seorang anak ingin mencoba segala sesuatu hal yang baru tanpa mereka berpikir apa akibat dari perbuatan yang mereka lakukan. Tidak akan ada lagi kasus tawuran antar pelajar, tidak akan ada lagi kasus pergaulan bebas, tidak akan ada lagi kasus kenakalan remaja lainnya jika para siswa dibina akhlaknya dengan baik dan benar.

4 Dalam pandangan Shaltut (Sauri, 2006: 149) bahwa membangun kesadaran manusia berarti membangun akhlak, demikian pula membangun bangsa berarti membangun akhlak. Pembahasan tentang akhlak sudah banyak dibicarakan, tapi fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya kaum pelajar sangat mengkhawatirkan. Dari latar belakang di atas, peneliti berasusmsi bahwa belum ditemukannya model pembinaan akhlak yang relevan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa. Sebab itu skripsi ini akan mengangkat judul Model Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung. B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN Agar penelitian ini memperoleh sasaran yang sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaiman model pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung? Dari fokus penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung? 2. Bagaimana proses pelaksanaan pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung? 3. Bagaimana hasil dari pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini secara umum adalah mengetahui gambaran aktual mengenai bagaimana pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung. Dari tujuan umum tersebut, tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui konsep pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung. 2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung. 3. Untuk mengetahui hasil dari pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung. D. MANFAAT PENELITIAN

5 1. Secara Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menemukan pembinaan akhlak di SMA 20 Bandung secara komprehensif sehingga memberikan sumbangan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Atas khususnya dalam pembinaan materi akhlak sebagai salah satu upaya dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja yang marak terjadi. 2. Secara Praktis Manfaat penelitian ini secara praktis adalah untuk bahan masukan bagi pembaca mengenai model pembinaan akhlak di sekolah. Manfaat bagi sekolah yaitu sebagai bahan masukan bagi sekolah yang peneliti teliti mengenai pembinaan akhlak bagi para siswanya. Selain itu juga manfaat penelitian ini adalah informasi dan bahan pertimbangan bagi sekolah-sekolah lainnya yang ada di Indonesia dalam upaya pembinaan akhlak bagi para pelajar. E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI Penyajian laporan penelitian ini terdiri dari Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas subbab: 1. Latar Belakang masalah penelitian 2. Rumusan masalah penelitian 3. Tujuan penelitian 4. Manfaat penelitian 5. Struktur organisasi skripsi Pada Bab II merupakan kajian pustaka yang akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Bab ini terdiri atas subbab: 1. Tinjauan tentang definisi model 2. Tinjauan tentang konsep pembinaan 3. Tinjauan tentang konsep akhlak 4. Tinjauan tentang kenakalan remaja

6 Pada Bab III membahas mengenai metode dan pendekatan penelitian, prosedur penelitian, tahap penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV berisi tentang Pembinaan Akhlak di SMA Negeri 20 Bandung. Bab ini terdiri dari subbab diantaranya: 1. Deskripsi data hasil penelitian 2. Pembahasan tentang pembinaan akhlak di SMA Negeri 20 Bandung. Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini isinya terdiri atas subbab kesimpulan serta rekomendasi.