MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/III/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER. 26/MEN/XII/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi PER.26/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian yang mengatur Tata Cara Pengusulan Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan penjelasan proses pelaporan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan sehinga perlu dilakukan perubahan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4786); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4920); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 10. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004; 11. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007; 12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP. 137/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 16/MEN/VII/2007; 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan, dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2009; 15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 05/MEN/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.28/MEN/XII/2008; 16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 tentang Perjalanan Dinas Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.05/07;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/ Lembaga/Kantor/Satuan Kerja; 18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.26/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian; 19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.26/MEN/XII/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.26/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan BAB I, huruf D, nomor 21 diubah, sehingga nomor 21 berbunyi sebagai berikut: Perubahan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Revisi Rincian ABPP, adalah perubahan atau pergeseran rincian anggaran menurut alokasi Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) sebagaimana dimaksud dalam Lampiran V Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2008 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2009. 2. Ketentuan BAB II, huruf D, angka 1, angka 2, angka 3, dan angka 4 diubah, sehingga keseluruhan BAB II huruf D berbunyi sebagai berikut: D. TATA CARA PENGUSULAN REVISI DIPA. 1. Revisi DIPA Dengan Perubahan SAPSK, meliputi: a. Pergeseran anggaran belanja: 1) Antar unit organisasi dalam satu bagian anggaran; 2) Antar kegiatan dalam satu program sepanjang pergeseran tersebut merupakan hasil optimalisasi; dan/atau 3) Antar jenis belanja dalam satu kegiatan; b. Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP; c. Perubahan pagu pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN) sebagai akibat dari luncuran dan percepatan penarikan PHLN; d. Perubahan rincian belanja pemerintah pusat, sepanjang masih dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka tugas pembantuan, atau dalam satu provinsi untuk kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka dekonsentrasi; e. Pencairan blokir/tanda bintang (*) yang dicantumkan oleh Direktur Jenderal Anggaran; f. Perubahan pagu pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN) sebagai akibat perubahan kurs, sepanjang perubahan tersebut terjadi setelah kontrak ditandatangani; g. Perubahan rincian belanja pemerintah pusat sebagai akibat dari luncuran program atau kegiatan penyelenggaraan Pemilihan Umum tahun 2009;
h. Perubahan rincian belanja pemerintah pusat sebagai akibat dari penyelesaian kegiatan-kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur. 2. Prosedur Pengusulan Revisi DIPA Dengan Perubahan SAPSK. Prosedur pengusulan revisi DIPA sebagaimana dimaksud pada angka 1 diatur sebagai berikut: a. KPA mengajukan usulan revisi DIPA kepada Unit Eselon I yang membidangi program ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; b. Unit Eselon I terkait memproses dan menyampaikan usulan revisi DIPA dimaksud kepada Sekretaris Jenderal Cq. Kepala Biro Keuangan dengan tembusan Kepala Biro Perencanaan; c. Sekretaris Jenderal Cq. Kepala Biro Keuangan memproses dan menyampaikan usulan Revisi DIPA dimaksud kepada Direktur Jenderal Anggaran (DJA) dengan tembusan Direktur Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan; d. Berdasarkan usulan revisi DIPA dari Sekretaris Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan menelaah dan menetapkan perubahan SAPSK, serta menyampaikan perubahan SAPSK kepada Sekretaris Jenderal Depnakertransdan Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan; e. Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan, berdasarkan perubahan SAPSK dari Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan, menetapkan pengesahan Revisi DIPA dimaksud. 3. Revisi DIPA Tanpa Perubahan SAPSK, meliputi : a. Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi, termasuk ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi, sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang sama, termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja; b. Perubahan kantor bayar KPPN; c. Perubahan nomenklatur satker sepanjang kode satker tetap; d. Perubahan rincian belanja pemerintah pusat antar provinsi/kabupaten /kota untuk kegiatan operasional yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun oleh instansi vertikal di daerah; e. Perubahan alokasi dana antarsubkegiatan dalam satu kegiatan, termasuk menambah subkegiatan baru dalam satu kegiatan, satu program, satu jenis belanja dan satu satker sepanjang sasaran program dan/atau volume keluaran kegiatan/sub kegiatan telah dicapai atau dikontrakan, dan tidak mengurangi alokasi dana belanja mengikat; f. Perubahan volume keluaran pada sub kegiatan, sepanjang sasaran program dan volume keluaran kegiatan telah dicapai tanpa mengubah alokasi dana pada kegiatan, program, jenis belanja, dan satker; g. Pencairan dana yang diblokir atau bertanda bintang (*) sepanjang dicantumkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPB apabila persyaratan telah dipenuhi; h. Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan penerimaan yang bersumber dari PNBP diatas pagu APBN untuk Badan Layanan Umum (BLU); i. Perubahan rincian belanja pemerintah pusat sebagai akibat dari penyelesaian tunggakan tahun yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama dananya masih tersedia dan tidak mengganggu pencapaian sasaran program. 4. Prosedur Pengusulan Revisi DIPA Tanpa Perubahan SAPSK. Prosedur Pengusulan Revisi DIPA sebagaimana dimaksud pada angka 3 diatur sebagai berikut: a. Untuk Satker Pusat:
1) Revisi DIPA yang disebabkan adanya perubahan/ralat sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf a, huruf b, dan huruf c, maka KPA mengajukan usulan revisi DIPA kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal Cq. Kepala Biro Keuangan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2) Revisi DIPA yang disebabkan adanya perubahan sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf i diatur sebagai berikut : a) KPA mengajukan usulan revisi DIPA kepada Unit Eselon I yang membidangi program ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; b) Unit Eselon I terkait memproses dan menyampaikan usulan revisi DIPA dimaksud kepada Sekretaris Jenderal Cq. Kepala Biro Keuangan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan tembusan kepada Kepala Biro Perencanaan; c) Sekretaris Jenderal Cq. Kepala Biro Keuangan memproses dan menyampaikan usulan revisi DIPA dimaksud kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan tembusan Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan; d) Berdasarkan usulan dari Sekretaris Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan menelaah dan menetapkan pengesahan Revisi DIPA dimaksud. b. Untuk Satker Daerah: 1) Revisi DIPA yang disebabkan adanya perubahan/ralat sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf a, huruf b, dan huruf c, maka KPA mengajukan usulan revisi DIPA kepada Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan setempat dengan tembusan Sekretaris Jenderal dan Unit Eselon I yang membidangi program ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. 2) Revisi DIPA yang disebabkan adanya perubahan sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf i diatur sebagai berikut: a) KPA mengajukan usulan revisi DIPA kepada Unit Eselon I yang membidangi program ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; b) Unit Eselon I terkait memproses dan apabila menyetujui maka persetujuan dimaksud dikirim ke Satker daerah dengan tembusan disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; c) Berdasarkan persetujuan Unit Eseon I tersebut, maka Satker Daerah dimaksud menyampaikan usulan revisi kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat; d) Berdasarkan revisi DIPA yang telah disetujui oleh Kanwil DJPB maka Satker yang bersangkutan wajib melaporkan revisi DIPA dimaksud kepada Unit Eslon I yang bersangkutan dan tembusan kepada Sekretaris Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 3. Ketentuan BAB VII, huruf B, angka 5 pada sub judul Penjelasan Proses Pelaporan diubah sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut: Penjelasan Proses Pelaporan: 1. UAKPA menyampaikan dokumen sumber perolehan aset tetap kepada UAKPB setiap terdapat transaksi perolehan aset;
2. UAKPB mengirimkan ADK aset setiap bulan ke UAKPA sebagai bahan penyusunan neraca; 3. UAKPA menyampaikan secara bulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca, dan ADK dalam rangka melakukan rekonsiliasi data. Laporan semester I dan II (tahunan) dilengkapi dengan CALK; 4. UAKPA UPTP, SKPD Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan menyampaikan ADK, LRA, dan Neraca secara bulanan kepada UAPPA-W dan UAPPA-E1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal Depnakertrans up Kepala Biro Keuangan. Laporan semester I dan II (tahunan) disertai dengan CALK; 5. UAKPA Kantor Pusat menyampaikan ADK, LRA, dan neraca secara bulanan kepada UAPPA-E1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal Depnakertrans up Kepala Biro Keuangan. Laporan semester I dan II ( tahunan) disertai dengan CALK; 6. UAKPA-BLU menyampaikan laporan triwulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca dan ADK untuk rekonsiliasi data. Laporan semester I dan II (tahunan) dilengkapi dengan CALK; 7. UAKPA-BLU menyampaikan ADK, LRA, dan Neraca kepada UAPPA-E1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap triwulan. Laporan semester I dan II (tahunan) disertai dengan CALK; 8. UAPPB-W menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-W setiap semester I dan II (tahunan) untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPPA-W; 9. UAPPA-W menyampaikan ADK secara bulanan ke Kanwil Ditjen PBN up. Bidang AKLAP, dan menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap triwulan dalam rangka rekonsiliasi tingkat wilayah. Laporan semester I dan II (tahunan) dilengkapi dengan CALK; 10. UAPPA-W menyampaikan LRA, Neraca, dan ADK secara triwulanan kepada UAPPA- E1 untuk digabungkan di tingkat eselon I dengan tembusan ke Sekretaris Jenderal Depnakertrans up Kepala Biro Keuangan. Laporan semester I dan II (tahunan) dilengkapi dengan CALK; 11. UAPPB-E1 menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-E1 setiap semester I dan II (tahunan) untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPPA-E1; 12. UAPPA-E1 menyampaikan LRA, Neraca, dan ADK termasuk BLU dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan setiap triwulan ke UAPA sebagai bahan penyusunan laporan keuangan tingkat kementerian negara/lembaga. Laporan semester I dan II (tahunan) dilengkapi dengan CALK. Menyampaikan ADK dan Laporan Keuangan kepada UAPA setiap tanggal 25 bulan berikutnya; 13. Apabila diperlukan UAPPA-E1 dapat melakukan rekonsiliasi laporan keuangan tingkat eselon I dengan Ditjen PBN up. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester I dan II (tahunan); 14. UAPB menyampaikan laporan BMN kepada UAPA setiap semester I dan II (tahunan) untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPA;
15. UAPA menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada Ditjen Perbendaharaan up. Dit. APK dalam rangka rekonsiliasi dan penyusunan Laporan Keuangan pemerintah pusat setiap semester I dan smester II (tahunan). Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Maret 2009 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd Dr. Ir. ERMAN SUPARNO, MBA., M.Si.