I MfLIK PERPUST AKit.Ai :. ( U N 0 M ~-ll_j

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LIFE SKILL DI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BABI PENDAHULUAN. kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulai berlakunya Asia Free Trade Area (AFTA) dan Asia Free. akan melibatkan para pelaku bisnis di Indonesia dan secara luas akan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini tuntutan terhadap pendidikan berkualitas yang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

BAB I PENDAHULUAN. Toshiko Kinosita (Kompas, 24 Mei 2002) mengemukakan bahwa sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ZAINIMUBARAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. prinsip kemandirian, kerjasama, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia mempunyai potensi yang dapat dibina dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi

TK DAN SD BERTARAF INTERNASIONAL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

... _,. '.. BABI PENDAHULUAN. Salah satu persoalan nasional yang sampai saat ini belum terpecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

BAB IV ANALISIS KONSEP PENGEMBANGAN PAI DALAM PERSPEKTIF PROF. DR. H. MUHAIMIN, MA. MENUJU MASYARAKAT MADANI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

I. PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga. di pasar nasional, regional, maupun internasional.

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. lain. Perubahan merupakan proses sosial dimana orang dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai agar warga negara terhindar dari kebodohan. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

LEADER CLASS SEBAGAI PENDIDIKAN PEMBENTUK GENERASI TANGGUH PEMBANGUN BANGSA Oleh : Rifa Atun Mahmudah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, sebagaimana pula termuat dalam pasal 31 bahwa tiap-tiap warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari siswa seringkali dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi pembelajaran memasuki era globalisasi tahun 2015, Sekolah

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi. Tuntutan masyarakat semakin. memperoleh ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan usaha. Pesatnya perkembangan teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1999), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh: Amin Kiswoyowati

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR BAGI SISWA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

Bagaimana Cara Guru Matematika Meningkatkan Kecakapan Mengenal Diri Sendiri Para Siswa? Fadjar Shadiq

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mata pelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR


BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN I MfLIK PERPUST AKit.Ai :. ( U N 0 M ~-ll_j A. Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun angka pengangguran di Indonesia meningkat secara signifikan dan persaingan tenaga kerja semakin terbuka seiring dimulainya Asean Free Trade Area (AFTA) dan Asean Free Labour Area (Afl.A). Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompleks ini dibutuhkan peranan pendidikan untuk asing yang akan masuk ke Indonesia. Oleh karena p<::ranan pendidikan dalam meningkatkan kualitas SDM sangat besar, banyak tumbuh sekolah-sekolah secara kuantitatif untuk melaksanak:annya. Namun masih banyak sekolah yang belum menyertainya dengan peningkatan kualitas SOM tersebut dalam menyelenggarakan pendidikan sehingga akhir-akhir ini nampak fenomena bahwa sekolah hanya meluluskan saja, tetapi kompetensi atau kecakapan peserta didik tidak sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya. Akar perrnasalahannya karena sistcm pendidikan di Indonesia belum berorientasi kepada kccakapan hidup (l{fe skill). Pcndidikan bcrorientasi kecakapan hidup yang dikembangkan pemerintah pada masa sekarang ini dapat rnernbuat lulusan mempunyai kecakapan untuk rnemccahkan problema kchidupan yang dihadapi sehari-hari termasuk mencari atau menciptakan kerja babr1 yang tidak melanjut. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibekali kecakapan yang bcrkualitas agar rnarnpu bersaing di era globatisasi.

Untuk menempa peserta didik yang berkualitas telah dilaksanakan di sekolahsekolah, namun kenyataannya masih banyak lulusan SMA yang belum sesuai dengan harapan, sehingga bagi yang tidak melanjut menjadi beban bagi orang tuanya dan rnasyarakat. Hal tersebut, sesuai pendapat Blazely dkk, 1977 dalarn Depdiknas (2002) bahwa pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan di mana anak berada. Akibatnya, peserta didik tidak mampu guna memeca an masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari sehingga hasil pendidikan yang seharusnya dinikmati oleh masyarakat sering menjadi beban bagi mayarakat. Sekarang ini, lulusan SMA menjadi beban bagi masyarakat karena 1) putus sekolah (54% - 60%). 2) tidak memiliki kecakapan vokasional yang cukup, 3) sebagian hesar kecakakapan akademik SMA yang melanjut kurang memadai, 4) tidak mampu menerapkan pengetahuan ke dalam kehidupan sehari-hari, dan 5) bel urn marnpu bersaing dengan tenaga kerja lain seiring pelaksanaan AFT A dan AFLA (Depdiknas 2002: I } Hal ini, juga mcnjadi masalah bagi orang tua peserta didik di SMA Ncgeri I Salapian Kabupatcn Langkat yang orang tuanya pada umumnya tidak mampu mclanjutkan pendidikan anaknya ke perguruan tinggi karena tingkat ekonominya rendah. Untuk mengata ~i masalah tersebut, kepala sekolah menerapkan kecakapan hidup (life ski{{) kepada peserta didik. Kecakapan hidup yang diterapkan yaitu 2

kecakapan akademik, kecakapun rasional, kc::sadaran diri, kecakapan sosial, dan kecakapan vokasional. Dalam menerapkan kecakapan hidup di sekolah, diutamakan kecakapan ak.ademik untuk mempersiapkan peserta didik yang akan melanjut ke perguruan tinggi serta kecakapan vokasional tentang komputer, pertanian pada pembibitao cokelat, seni tari dan bola kaki bagi seluruh peserta didik, namun yang diutamakan bagi yang dominan tidak melanjut ke perguruan tinggi.. Untuk tnt!laksanakan kecakapan vokasional, kepala sekolah harus mempunyai manajemen dan kepemimpinan yang baik sehingga seluruh kemampuan sekolah berfungsi secara optimal untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah. Tujuan pendidikan di SMA sesuai petunjuk pelaksanaan pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (Depdiknas 2003:49) adalah sebagai berikut: l. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dan marnpu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. 2. Meningk:atkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar. Oleh karena, belum semua SMA melaksanakan kecakapan vokasional sedangkan kecakapan vokasional sangat membantu bagi peserta didik yang tidak melanjut maka perlu diteliti implementasi kecakapan vokasional secara ilmiah dan alamiah di SMA Negeri I Salapian yang telah telah memberi pembekalan kecakapan vokasional bagi peserta didik. 3

Peserta didik yang tidak melanjut setiap tahun sesuai dengan data di SMA Negeri I Salapian yaitu 77% sampai dengan 81% dan vokasional bel urn berhasil dengan baik. Bertitik tolak dari pengamatan selama mengadakan studi pendahuluan (grand tour) di SMA Negeri I Salapian, pada bulan Oktober 2003 yang lalu, ditemui beberapa gejala urnwn sebagai berikut : 1. kedewasaan bruru dan pegawai laijmya di sekolah. 2. Kepala sekolah menerapkan kecakapan vokasional komputer, pertanian bidang pernbibitan, seni tari dan bola kaki yang dilaksanakan pada jam ekstra kurikuler waktu sore. 3. Kepala sekolah membuat hubungan yang harmonis antara guru-guru, pegawai, pescrta didik dan warga sekolah lainnya. 4. Kelulusan setiap tahun 100% namun nilai ujian akhir nasional masih rendah. 5. Halaman sekolah yang!uas ditata dengan baik dan sebagian digunakan untuk tempat pembibitan, kolam, Japangan bola kaki, tempat parkir serta digunakan untuk pengembangkan pemikiran peserta didik. 6. Sekolah menjalin kcrjasama yang harmonis dengan perusahan-perusahan di kecamatan Salapian dan perusahaan telah memberikan bantuan berbentuk beasiswa kepada peserta didik yang ekonominya lemah serta berprestasi. 7. Komite Sekolah atau masyarakat mendukung program sekolah. 4

8. Peserta didik telah banyak diterima di perguruan tinggi negeri tanpa testing dan pada tahun ajaran 2003/2004 diterima 7 (tujuh) orang melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP) dari I 03 orang yang tamat 9. Guru dan pegawa1 turut serta belajar komputer untuk menambah pengetahuannya. I 0. Setiap guru mata pelajaran memasukan kecakapan hid up ke setiap mata pelajaran. t an perpustakaan. I 2. Setiap bulan Ramadhan diadakan pesantren kilat 13. Peserta didik yang tidak melanjut ke perguruan tinggi berkisar 77% sampai dengan 81% setiap tahun. 14. Sekolah belum memiliki laboratorium B. Fokus Masalah Berdasarka uraian yang telah disebutkan dan grand tour selama ini. maka diketahui bahwa masalah yang ditemui di SMA Salapian yaitu penerapan kecakapan hidup belum menghasilkan SDM berkualitas sedangkan untuk membatasi masalah pcnclitiaan di1okuskan pada pola manajemen untuk pengembangan pembekalan kecakapan vokasional beserta kendala dan solusinya. Objek ini dipilih, karena sekolah menerapkan vokasional komputer, pertanian bidang pembibitan, seni tari dan bola kaki belum berhasil denf:,ran baik. 5

C. Pertanyaan Penelitian Bertitik tolak dari fokus penelitian yang telah disebutkan, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah : I. Bagaimana pola manajemen sekolah yang dilaksanakan di SMA Negeiri I Salapian dalam pengembangan pembekalan kecakapan vokasional agar lulusan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan? vokasional di SMA Negeri I Salapian Kabupaten Langkat? 3. Bagaimana solusi kendala pcngembangan pembekalan kecakapan vokasional di SMA Negeri I Salapian Kabupaten Langkat? D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pola manajcmen scko!ah dalam pengembangan pembekalan kecakapan vokasional di SMA Negeri [ Salapian Knbupatcn Langkat. 2. Untuk mengetahui kendala pengembangan pembekalan kecakapan vokasional. 3 Untuk mengetahui solusi kendala pengembangan pembekalan kecakapan vokasional. E. Kegunaan Penelitian Sebagai bahan masukan bagi SMA Negeri I Salapian Kabupaten Langkat dalam pengembangan pembekalan kecakapan vokasional. 6

2. Bagi para kepala SMA, sebagai bahan pemikiran untuk menerapkannya di sekolah masing-masing. 3. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan untuk manajemen pengembangan pembekalan kecakapan vokasional khususnya komputer, pertanian bidang pembibitan, seni tari dan bola kaki di SMA Negeri I Salapian Kabupaten Langkat. 4. Sehagai bahan pemikiran bagi Dinas Pendidikan & Kebudayaan serta Bupati sekolah umum. 7