BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR, KLATEN

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

LAKE RESORT HOTEL DI KAWASAN WADUK DARMA Penekanan Desain Neo Vernacular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan semakin luas bidang aplikasinya. Dalam dunia modern ini, baru dalam meningkatkan interaksi atau komunikasi dengan

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

KAWASAN AGROWISATA DI KOPENG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. 1.2 Tujuan dan Sasaran

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

TERMINAL BUS KELAS A DI KUNINGAN Penekanan Desain Aco Tech Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Fasilitas Out Bound Pengembangan Obyek Wisata Suban

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

DAFTAR ISI... PRAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

Kota Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Barat (Sumber: Kementerian Agama Republik Indonesia)

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan pariwisata Indonesia, pemerintah secara jelas menggariskan bahwa pengembangan industri pariwisata di Indonesia memiliki banyak sasaran, diantaranya adalah sasaran ekonomi yang diwujudkan dalam bentuk penerimaan devisa, penciptaan lapangan kerja, dan lapangan usaha. Seringkali kegiatan wisata alam tersebut tidak dapat memberi jaminan adanya perlindungan dan keteraturan bahkan lebih banyak yang bersifat merusak dan menyebabkan berkurangnya potensi sumber daya alam dan yang lebih berbahaya lagi dapat merusak lingkungan alami dari kawasan tersebut. Oleh karena itu, pengelola suatu kawasan wisata dituntut untuk tidak hanya sekedar mengembangkan kawasan untuk berwisata dan rekreasi, tetapi juga harus dapat menata, merencanakan, mengelola dan mengembangkan suatu kawasan wisata yang mampu memenuhi keinginan para wisatawan yaitu untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai keadaan alam dan budaya masyarakat kawasan yang dikunjunginya sehingga lebih mengerti dan memahami. Setiap pengelola kawasan wisata diharapkan memperhatikan adanya dampak yang ditimbulkan dari adanya interaksi pengunjung dengan sumber daya yang ada yang dipengaruhi oleh ketidaktahuan pengunjung akan arti penting sumber daya tersebut. Pengembangan Pariwisata perlu direncanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan, yang berbasis pada penggalian potensi sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah atau kawasan, sehingga menciptakan iklim yang kondusif bagi para pengusaha/pemilik usaha pariwisata dalam penyelenggaraan dan pelayanan wisata. Perencanaan pengembangan kawasan wisata yang terarah dapat berarti menciptakan kesempatan seluas luasnya kepada wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata agar dapat memperoleh pengalaman, pengetahuan dan kepuasan secara

2 psikologis. Pengembangan kawasan wisata juga dapat memberdayakan masyarakat sekitar dengan tetap melibatkan masyarakat di kawasan tersebut. Kabupaten Majalengka merupakan bagian dari salah satu kawasan andalan di Wilayah Timur yang saat ini menjadi pusat perhatian Propinsi Jawa Barat adalah kawasan Ciayumajakuning meliputi wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan, yang dalam kebijakan pembangunannya diarahkan sebagai sentra bisnis dengan basis utama agribisnis, pariwisata, kelautan, industri jasa dan sumber daya manusia. Pengembangan sektor pariwisata diharapkan mampu mendorong berkembangnya sektor-sektor lain. Besamya potensi ODTW yang berada di Kabupaten Majalengka belum menjamin pengembangan pariwisata yang berkesinambungan. Diharapkan dengan konsep dan strategi pengembangan yang tepat, pembangunan dapat mewujudkan kemakmuran bagi masyarakat setempat dalam mencapai arah dan tujuan pembangunan menuju desentralisasi daerah (Anonymous, 2004:6). Kabupaten Majalengka cukup prospektif dan potensial bagi pengembangan pariwisata yang diharapkan mampu mendorong berkembangnya sektor-sektor lain. Apabila dilihat secara umum obyek wisata itu dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu obyek wisata alam dan obyek wisata binaan, sedangkan secara rinci dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian antara lain : obyek wisata alam, obyek wisata sejarah, obyek wisata budaya, obyek wisata agro, obyek wisata pendidikan, obyek wisata religi dan lain-lain. Sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Jawa Barat Tahun 2005, Kabupaten Majalengka termasuk ke dalam kawasan wisata budaya pesisir Cirebon, dimana kawasan wisata unggulannya adalah Cirebon dengan kawasan pendukungnya yaitu Kabupaten Majalengka, Kuningan dan Indramayu. Kabupaten Majalengka merupakan daerah yang mempunyai potensi wisata terutama wisata alam dan wisata budaya. Potensi tersebut dapat dilihat dari banyaknya variasi dan jenis wisata, tetapi tidak semua potensi tersebut digali dan

3 dikembangkan, bahkan ternyata masih banyak obyek dan daya tarik wisata yang belum dikembangkan sama sekali dan belum dikenal. Besarnya potensi pariwisata tersebut, sektor pariwisata yang ada tidak mampu mendorong berkembangnya sektorsektor lain. Dari data yang ada pada tahun 2007 jumlah kunjungan wisatawan nusantara sebesar 131.065 jiwa. Secara umum perekonomian Kabupaten Majalengka masih didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat bahwa sektor pertanian pada tahun 2007 kontribusinya sebesar 28,30% kemudian sektor perdagangan sebesar 19,57%, sektor industri sebeaar 17,02%, pertambangan dan penggalian 4,13%, jasajasa 13,62% ( hiburan dan rekreasi hanya 0,2%), (RTRW Kabupaten Majalengka, Tahun 2005). Kondisi ini menunjukan bahwa sektor pariwisata belum memberikan kontribusi yang besar tehadap PDRB Kabupaten Majalengka. Hal ini mengindikasikan tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Majalengka masih sangat rendah. Satuan Kawasan Wisata (SKW) adalah kawasan yang memiliki pusat pusat kegiatan wisatawan dan mempunyai keterkaitan sirkuit atau jalur wisata. Satuan Kawasan Wisata Kabupaten Majalengka terdiri dari 3 Satuan Kawasan Wisata yaitu Satuan Kawasan Wisata Talaga, Satuan Kawasan Wisata Rajagaluh, dan Satuan Kawasan Wisata Kadipaten (RIPPDA,2008). Prioritas pengembangan objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Majalengka memberikan arahan pengembangan wisata yang memiliki potensi wisata yang memiliki nilai ekonomis atau siap jual dengan sarana dan prasarana pendukung yang akan menunjang objek wisata tersebut menjadi wisata unggulan di Kabupaten Majalengka yaitu Satuan Kawasan Wisata Talaga. Dengan demikian pertimbangan atau alasan Satuan Kawasan Wisata (SKW) Talaga Kabupaten Majalengka dijadikan sebagai topik untuk tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Satuan Kawasan Wisata Talaga merupakan pusat pengembangan wisata Kabupaten Majalengka (Berdasarkan : RIPPDA,2008).

4 Pengembangan objek dan daya tarik wisata yang berada di Satuan Kawasan Wisata Talaga dijadikan modal oleh Kabupaten Majalengka untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Sebagai objek dan daya tarik wisata yang berada di Satuan Kawasan Wisata Talaga memiliki potensi yang belum di manfaatkan secara maksimal oleh pemerintah setempat. Untuk itu penulis mencoba melakukan studi mengenai Arahan Pengembangan Pariwisata Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka berdasarkan aspek sediaan. 1.2 Rumusan Masalah Faktor pariwisata dapat menjadi sektor yang bisa diandalkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka khususnya di SKW Talaga. Namun pada kenyataannya, sektor pariwisata Kabupaten Majalengka belum dijadikan sektor andalan karena belum dimanfaatkan secara optimal. Adapun beberapa permasalahan pengembangan pariwisata di Kabupaten Majalengka diantaranya : Sarana dan prasarana pariwisata belum optimal hal ini dapat dilihat dari kondisi jaringan jalan dan kondisi sarana prasarana yang ada masih kurang baik khususnya di Satuan Kawasan Wisata Talaga. Tidak adanya arahan yang dapat dijadikan pedoman atau metode pengembangan di SKW Talaga Kab. Majalengka sehingga pengembangannya terhambat Berdasarkan permasalahan diatas timbul pertanyaan bagaimana arahan pengembangan pariwisata Satuan Kawasan Wisata Talaga di Kabupaten Majalengka berdasarkan sediaan. Untuk mengetahui hal tersebut, diperlikan sebuah penelitian yang membahas tentang Arahan Pengembangan Pariwisata di SKW Talaga Kabupaten Majalengka Berdasarkan aspek Sediaan.

5 1.3 Tujuan dan Sasaran Studi Penelitian ini bertujuan untuk memberikan Arahan pengembangan Objek Wisata di Satuan Kawasan Wisata Talaga berdasarkan Aspek Sediaan. Diharapkan dengan Arahan pengembangan pariwisata tersebut dapat memberikan masukan kepada pemerintah setempat untuk dapat meningkatkan kegiatan pariwisata di Kabupaten Majalengka yang dapat meningkatkan pendapatan daerah. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka sasaran yang harus ditempuh dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik Objek wisata berdasarkan aspek sediaan 2. Menganalisis Objek wisata berdasarkan aspek sediaan. 3. Arahan pengembangan pariwisata SKW Talaga Kabupaten Majalengka 1.4 Ruang Lingkup Pembahasan mengenai Arahan Pengembangan Pariwisata SKW Talaga Kabupaten Majalengka terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu lingkup kawasan dan lingkup substansi/materi. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut: 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Secara geografis terletak pada koordinat 6 0 32 16,39 Lintang Selatan sampai dengan 7 0 4 24,75 Lintang Selatan dan 108 0 2 30,87 Bujur Timur sampai dengan 108 0 24 32,84 Bujur Timur. Secara makro lingkup wilayah Kabupaten Majalengka adalah seluruh wilayah kabupaten yang terbagi dalam 26 wilayah kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa. Secara mikro ruang lingkup wilayah Kabupaten Majalengka adalah seluruh objek wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Majalengka dan secara administratif memiliki batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu Sebelah Timur : Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang

6 Sedangkan untuk Satuan Kawasan Wisata Talaga Kabupaten Majalengka yang terdiri dari 9 Kecamatan yaitu Kecamatan Leumahsugih, Bantarujeg, Talaga, Cingambul, Cikijing, Malausma, Maja, Argapura, dan Banjaran. Dilihat dari batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Majalengka, Kecamatan Cigasong dan Kecamatan Sindang Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang Sebelah Timur : Kabupaten Kuningan 1.4.2 Ruang Lingkup Materi Pembatasan kajian pada studi ini adalah melakukan arahan pengembangan dengan mengidentifikasi sisi sedian pariwisata di SKW Talaga Kabupaten Majalengka berdasarkan aspek-aspek yang digunakan dalam pengembangan wisata berikut ini: 1. Mengidentifikasi karakteristik Objek wisata berdasarkan aspek sediaan 2. Menganalisis Objek wisata berdasarkan aspek sediaan 3. Arahan pengembangan pariwisata SKW Talaga Kabupaten Majalengka 1.5 Metodologi Pendekatan Pendekatan yang dilakukan pada pembahasan mengenai Arahan pengembangan pariwisata Kabupaten Majalengka berdasarkan analisis Teknik Matrik Evaluasi yaitu dengan menganalisis masalah melalui pengumpulan data dan meneliti secara cermat informasi yang relevan untuk menentukan langkah penanganan yang tepat untuk diterapkan dalam kawasan studi yang akan direncanakan. Metodologi penelitian yang akan dilakukan terdiri dari teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. 1.5.1 Pengumpulan Data Pada umumnya dalam suatu penelitian data yang dibutuhkan dikumpulkan melalui dua cara, yaitu survei primer dan survei sekunder. Survei primer merupakan

7 survei yang dilaksanakan dimana peneliti berhubungan langsung dengan responden di lapangan, sedangkan survei sekunder dilakukan secara tidak langsung, dimana peneliti mendatangi organisasi atau kantor yang memiliki dokumen-dokumen yang mengandung data atau informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Survei primer dalam studi ini dilakukan dalam berbagai bentuk diantaranya dengan observasi visual di lapangan, wawancara dengan instansi dan pengelola yang berkaitan dengan objek studi dan diskusi kelompok. Berdasarkan keseluruhan teori metode pengumpulan data yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, maka diputuskan bahwa metode utama yang digunakan untuk memperoleh data adalah wawancara kepada aparat institusi yang berperan dalam pengembangan wisata alam di kawasan studi serta kepada pengunjung. Pengumpulan data juga dilengkapi dengan pengamatan visual lokasi studi dan survei sekunder untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pengembangan kegiatan kepariwisataan. Metode pengumpulan data ini dilakukan melalui survei yang secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu: Survei Primer Data yang diperoleh dari survei lapangan langsung mengamati obyek yang menjadi sasaran penelitian. Adapun bentuk survei primer yaitu: 1. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati keadaan wilayah studi, permasalahan, potensi dan lainnya 2. Wawancara / Interview Wawancara dan tanya jawab dilakukan terhadap responden yang dianggap dapat mewakili kelompoknya, misalnya tanyajawab yang dilakukan kepada instansi yang bersangkutan. Survei Sekunder Data survei diperoleh dari data data dan literatur yang ada di instansi terkait serta buku buku yang ada kaitannya dengan survei sekunder itu sendiri. Data ini umumnya sudah terpola sesuai dengan aturan masing

8 masing instansi. Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat sekurang kurangnya dalam lima tahun terakhir. 1.5.2 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam studi ini mengacu pada teknik matrik evaluasi (Inskeep,1991;95), yaitu metode untuk memberikan penilaian terhadap objek wisata yang terdapat di SKW Talaga Kabupaten Majalengka. Penilaian terhadap ODTW tersebut bersifat institusional judgement. Analisis pembobotan faktor, penilaian terhadap derajat pengaruh suatu faktor atau variable faktor terhadap pengembangan objek wisata di lokasi studi di gunakan dengan pembobotan. Dalam ha ini dilakukan dengan cara memberikan bobot nilai terhadap derajat pengaruh setiap factor atau terhadap variable faktor. Adapun pendekatan analisis yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik Objek wisata berdasarkan aspek sediaan 2. Menganalisis Objek wisata berdasarkan aspek sediaan. 3. Arahan pengembangan pariwisata SKW Talaga Kabupaten Majalengka 1.6 Sistematika Penyusunan Sistematika penyusunan Laporan ini akan disusun sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran penyusunan arahan pengembangan pariwisata Kabupaten Majalengka, metodologi pendekatan, sistematika penyusunan. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Bab ini berisikan mengenai kebijaksanaan pengembangan pariwisata di tingkat nasional, Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Majalengka.

9 BAB 3 GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK KEPARIWISATAAN KABUPATEN MAJALENGKA Bab ini berisi gambaran mengenai karakteristik wilayah Kabupaten Majalengka yang meliputi letak geografis, kondisi fisik dasar, kondisi kependudukan, kondisi transportasi, kondisi perekonomian serta gambaran umum kepariwisataan Kabupaten Majalengka. BAB 4 BAB 5 ANALISIS POTENSI DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI SKW TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA BERDASARKAN SEDIAAN Bab ini berisikan mengenai identifikasi karakteristik dan potensi permintaan dan penawaran, analisis perkembangan produk wisata, analisis ketersediaan sarana dan prasarana, penentuan kawasan wisata, analisis distribusi ODTW pada setiap kawasan wisata, serta potensi dan permasalahan Kabupaten Majalengka. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini berisikan mengenai kesimpulan da rekomendasi arahan pengembangan pariwisata Kabupaten Majalengka,

Gambar 1.1 10

11 Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Rumusan Persoalan: Tidak adanya arahan yang dapat dijadikan pedoman atau metode pengembangan di SKW Talaga Kab. Majalengka Sarana dan prasarana pariwisata belum optimal hal ini dapat dilihat dari kondisi jaringan jalan dan kondisi sarana prasarana yang ada Latar belakang: Pengembangan sektor pariwisata untuk: Meningkatkan PAD Mendukung perekonomian lokal Memberdayakan SDM setempat Tujuan: Pengembangan Pariwisata Majalengka Di Satuan Kawasan Wisata Talaga Sasaran: 1. Mengidentifikasi karakteristik Objek wisata berdasarkan Aspek sediaan 2. Menganalisis Objek wisata berdasarkan aspek sediaan. 3. Arahan pengembangan pariwisata SKW Talaga Kabupaten Majalengka Tinjauan Kebijakan pariwisata majalengka: RTRW Kabupaten Majalengka Rippda 2008 UU No.10 tahun 2009 Fasilitas Pendukung : - Transportasi - Listrik - Telkom - Air Bersih - Jasa boga Gambaran umum karakteristik SKW Talaga Analisis Pengembangan Pariwisata di SKW Talaga Kab.Majalengka Daya Tarik Transportasi Fasilitas dan Utilitas Kebijakan dan promosi Klasifikasi objek wisata berdsarkan Hasil Penilaian : Tinggi, Rendah Sedang Arahan Pengembangan Pariwisata SKW Talaga Kab. Majalengka Kesimpulan dan Rekomendasi