EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR UREA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an yang berbunyi:

EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI FRAKSI AIR EKSTRAK DAUN SEMBUKAN (Paederia foetida L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus) ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini kehidupan mulai beranjak kembali kepada obat-obatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang sering diminati dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola post testonly

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

Pilose Antler Capsule, Tingkatkan Fungsi Seksual

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk. stamina tubuh seseorang yang meminumnya. (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pernapasan, mulai dari hidung, tenggorokan dan paru-paru. Influenza dapat

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bioaktivitas Ekstrak Daun Tapakdara (Catharanthus roseus) terhadap Kadar Kreatinin dan Kadar Ureum Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

EFEK DIURETIK DAN DAYA LARUT BATU GINJAL DARI EKSTRAK TALI PUTRI (Cassytha filiformis L.)

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain dan merupakan aspek penting dari komunikasi non verbal (Graham dan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

EFEK EKSTRAK METANOL DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM) TERHADAP PERUBAHAN UKURAM BATU GINJAL

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

Transkripsi:

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur email: khawarizm1@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji keamanan penggunaan ekstrak tanduk rusa sambar (Cervus unicolor) ditinjau dari dosis dan lama pemberian dengan mengukur kadar ureum dan kreatinin dalam darah tikus putih (Rattusnovergicus). Tikus sebanyak 9 ekor dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok 1 sebagai kontrol, kelompok 2 perlakuan dosis I dan kelompok 3 perlakuan dosis II. Kelompok kontrol diberi pakan standar dan air suling, Kelompok 2 diberi pakan standar dan dosis sebanyak 1,55 mg/200 g BB. Kelompok 3 diberi pakan standar, dan dosis sebanyak 31 mg/200 g BB. Perlakuan ini dilakukan selama 21 hari. Darah tikus diambil pada hari ke 0, 7, 14 dan 21 untuk dilakukan pengukuran kadar ureum dan kreatinin. Hasil yang diperoleh adalah pemberian ekstrak tanduk rusa sambar tidak berpengaruh terhadap kadar ureum dan kreatinin dalam darah tikus putih sehingga aman untuk digunakan. Kata Kunci: Ekstrak tanduk rusa sambar, Kadar ureum, Kadar kreatinin. PENDAHULUAN Pemanfaatan bahan alam yang memiliki khasiat obat dan digunakan masyarakat sebagai obat tradisional membutuhkan serangkaian pengujian keamanan yang sangat diperlukan sebagai informasi dan peringatan kepada masyarakat tentang keamanan penggunaan obat tradisional. Salah satu bahan alam yang digunakan sebagai obat tradisional adalah serbuk tanduk rusa sambar yang banyak dikonsumsi masyarakat serta telah dipasarkan dalam bentuk kapsul dan dipercaya berfungsi sebagai penambah daya tahan tubuh dan sebagai obat kuat. Namun penggunaannya dimasyarakat masih mengkhawatirkan karena belum ada penelitian ilmiah mengenai keamanan serbuk tanduk rusa sambar terhadap berbagai organ di dalam tubuh. Tanduk rusa sambar mengandung protein keratin yaitu protein penyusun rambut dan kuku atau tulang. Keratin adalah protein yang mempunyai struktur kompleks, kuat dan kaku serta sulit diuraikan di dalam tubuh sehingga apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak serta dalam jangka waktu yang lama akan memperberat kerja ginjal dalam proses filtrasi sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan pada ginjal, serbuk tanduk rusa sambar juga mengandung banyak mineral yang dikhawatirkan akan menimbulkan efek toksik apabila digunakan dalam jumlah yang banyak serta dalam jangka waktu yang lama. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai keamanan penggunaanya terhadap organ ginjal.kandungan mineralnya antara lain kalsium, kalium, magnesium, natrium, fosfor, kobalt, tembaga, besi, mangan, dan selenium, sehingga kapsul tanduk ini dapat dipakai sebagai obat perangsang libido (Semiadi dan Nugraha, 2004). 51

Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh, seperti urea (dari metabolisme asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam nukleat), produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan metabolit dari berbagai hormon. Ginjal membuang banyak toksin dan zat asing lainnya yang diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti pestisida, obatobatan dan makanan tambahan(guyton dan Hall, 2007). Urea atau ureum merupakan produk akhir proses katabolisme asam amino, keberadaan urea dalam darah (dihitung sebagai Blood Urea Nitrogen, BUN). Pada penurunan fungsi ginjal, kadar nitrogen urea darah (BUN) meningkat. Dengan demikian, pengukuran BUN memberikan petunjuk mengenai keadaan kesehatan ginjal (Corwin, 2009). Kreatinin adalah suatu metabolit keratin dan dieksresi seluruhnya dalam urin melalui filtrasi glomerulus. Dengan demikian, meningkatnya kadar kreatinin dalam darah merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal (Lu, 2006). Kreatinin serum dianggap lebih sensitive dan merupakan indicator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Kenaikannya terjadi tidak dipengaruhi oleh asupan makanan ataupun minuman. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus (Kee, 2008). Oleh karena itu untuk mengetahui keamanan dari penggunaan serbuk tanduk rusa sambar dapat dilakukan dengan tes fungsi ginjal dengan cara pengukuran kadar ureum (BUN) dan kreatinin dalam darah. METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sediaan serbuk tanduk rusa sambar yang diperoleh dari Kabupaten Penajam Paser Utara, air suling,alkohol 70%,tikus putih sebagai hewan uji dan pelet sebagai pakan tikus. Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain gelas kimia, labu ukur, cawan porselin, timbangan analitik, timbangan untuk menimbang tikus,spoit, sonde, fotometer semi automatic, dan sentrifuge. PenyiapanSampelUji Penyiapan sampel uji dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 4,5 mg/200 g BB untuk dosis I dan 90 mg/200 g BB untuk dosis II (sesuai dengan perhitungan dosis) kemudian dilarutkan dengan air suling, diaduk kemudian disaring sehingga dihasilkan ekstrak tanduk rusa sambar dan siap dilakukan pengujian. Prosedur Pengujian Pengujian ini menggunakan 9 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok kontrol diberikan air suling, kelompok dosis I diberikan ekstrakdariserbuk tanduk rusa sambar sebanyak 250 mg yaitu dosis yang digunakan masyarakat pada umumnya dan dikonversikan ke dalam dosis tikus sebesar 4,5 mg/200 g BB serta kelompok dosis II diberikan ekstrakdariserbuk tanduk rusa sambar sebanyak 5000 mg yaitu dosis 20 kali lipat dari dosis yang digunakan masyarakat dan dikonversikan ke dalam dosis tikus sebesar 90 mg/200 g BB. Serbuk tanduk rusa sambar yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan air suling dan disaring sehingga diperoleh ekstrak tanduk rusa sambar. Untuk mengetahui dosis ekstrak yang terdapat pada serbuk tanduk rusa sambar sebanyak 4,5 mg/200 g BB dan 90 mg/200 g BB dilakukan perhitungan kadar air dan berat residu hasil penyaringan sehingga diperoleh dosis ekstrak tanduk rusa sambar pada 52

serbuk tanduk rusa sambar sebanyak 4,5 mg/200 g BB adalah 1,55 mg/200 g BB dan 90 mg/200 g BB adalah 31 mg/200 g BB. Ekstrak tanduk rusa sambar diberikan pada hewan uji (tikus putih) selama 21 hari. Pengujian kadar BUN dan kreatinin dilakukan pada hari ke 0 sebelum perlakuan, hari ke 7, 14 dan 21 setelah perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN BUN dan kreatinin merupakan buangan metabolisme normal yang diekskresikan melalui urin, sehingga pada keadaan normal kadarnya rendah di dalam darah. Namun, apabila terjadi perubahan pada fungsi ginjal, maka jumlah BUN dan kreatinin yang diekskresikan oleh ginjal menurun sehingga akan terjadi akumulasi kadar senyawa-senyawa tersebut yang berakibat meningkatnya kadarnya di dalam darah. Oleh karena itu, kadar BUN dan kreatinin di dalam darah dapat dijadikan sebagai parameter fungsi ginjal. Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan) dan kadar BUN yang rendah mengindikasikan keadaan hidrasi yang berlebihan (hipervolemia) (Kee, 2008). Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hamper selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan. Jika kadar BUN dan kreatinin meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin) dan jika kadar BUN meningkat sedangkan kreatinin tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal). Uremia prarenal terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan darah, dan dehidrasi serta peningkatan katabolisme protein seperti pada cedera fisik berat, luka bakar dan demam (Sacherdkk., 2004). Tabel 1. Data Pengukuran Kadar BUN Perlakuan Kadar BUN (mg/dl) Kelompok Replikasi Sebelum Perlakuan Hari ke 7 Hari ke 14 Hari ke 21 1 64,2 54,3 42,1 51,2 2 66,9 52,1 37,5 50,1 Kontrol 3 55,9 48,7 40,4 50,2 n total 187 155,1 120 151,5 n rata-rata 62,3 51,7 40 50,5 1 42,2 43,6 42,5 44,8 2 42,3 44,9 40,2 35,7 Dosis I 3 60,8 66,2 50,1 49,9 n total 145,3 154,7 132,8 130,4 n rata-rata 48,3 51,57 44,27 43,47 1 45,7 44,4 36,1 24,9 2 44,9 48,6 43,0 38,4 Dosis II 3 45,0 47,2 42,5 29,9 n total 135,6 140,2 121,6 93,2 n rata-rata 45,2 46,73 40,53 31,07 53

Tabel 2. Data Pengukuran Kadar Kreatinin Kelompok Replikasi Sebelum Perlakuan Hari ke 7 Hari ke 14 Hari ke 21 1 0,5 0,5 0,5 0,5 2 0,5 0,5 0,5 0,3 Kontrol 3 0,5 0,5 0,6 0,5 n total 1,5 1,5 1,6 1,3 n rata-rata 0,5 0,5 0,53 0,43 1 0,5 0,6 0,5 0,5 2 0,5 0,5 0,4 0,5 Dosis I 3 0,5 0,6 0,5 0,5 n total 1,5 1,7 1,4 1,5 n rata-rata 0,5 0,57 0,47 0,5 1 0,5 0,5 0,5 0,5 2 0,6 0,3 0,5 0,5 Dosis II 3 0,5 0,6 0,5 0,5 n total 1,6 1,4 1,5 1,5 n rata-rata 0,53 0,47 0,5 0,5 BerdasarkanTabel 1. terlihat ratarata kadar BUN pada kelompok dosis I dan kelompok dosis II meningkat pada hari ke 7 setelah perlakuan, tetapi kadarnya menurun kembali hingga pengukuran pada hari ke 21. Penurunan kadar BUN tersebut juga terjadi pada kelompok kontrol sehingga tidak terdapat perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok dosis I dan kelompok dosis II yang berartipenggunaan serbuk tanduk rusa sambar pada dosis 1,55 mg /200 g BB dan 31 mg/200 g BB pada waktu pemberian hingga 21 hari tidak berpengaruh terhadap kadar BUN tikus putih. Peningkatan kadar BUN yang terjadi pada hari ke 7 setelah perlakuan kemungkinan dikarenakan kondisi hewan uji yang mengalami syok dan kehilangan darah serta dehidrasi saat perlakuan yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal sehingga sebagian besar ureum tidak difiltrasi di glomerulus yang mengakibatkan kadarnya meningkat di dalam darah, pada hari ke 14 dan 21 hewan uji telah mampu beradaptasi terhadap kondisi perlakuan sehingga kadar BUN menurun atau mendekati normal. Berdasarkan Tabel 2. terlihat ratarata kadar kreatinin pada setiap kelompok perlakuan dan lama waktu pengukuran tidak menunjukkan nilai peningkatan yang signifikan dan kadar kreatinin pada setiap kelompok perlakuan berada dalam rentang normal kadar kreatinin tikus putih yaitu 0,2-0,8 mg/dl. Dengan demikian penggunaan serbuk tanduk rusa sambar pada dosis 1,55 mg/200 g BB dan 31 mg/200 g BB selama 21 hari tidak berpengaruh terhadap kadar kreatinin tikus putih. KESIMPULAN Pemberian ekstrak tanduk rusa sambar pada dosis yang digunakan masyarakat selama ini serta pada kenaikan dosis 20 kali lipat dan lama waktu pemberian 21 hari tidak menyebabkan peningkatan yang spesifik terhadap kadar BUN dan Kreatinin tikus putih, sehingga tidak menyebabkan penurunan fungsi ginjal. DAFTAR PUSTAKA 1. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta. 2. Guyton, A. C. dan John, E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta. 54

3. Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. EGC: Jakarta. 4. Lu, Frank C. 2006. Toksikologi Dasar. UI-Press: Jakarta. 5. Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. EGC: Jakarta. 6. Semiadi, G. dan R.T.P. Nugraha. 2004. Panduan pemeliharaan rusa tropis. Puslit Biologi LIPI: Bogor. 55