BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

PERNYATAAN ORISINALITAS...

Herdiansyah Eka Putra B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

Abstrak. Kata kunci : ekspor pakaian jadi, kurs dollar amerika serikat, inflasi, harga ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari perubahan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, baik berupa perdagangan barang maupun jasa. pasar yang mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis pergerakan..., Adella bachtiar, FE UI, 2010.

Analisis impor Indonesia dari Cina

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

PROSPEK TANAMAN PANGAN

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. global, tidak terkecuali Indonesia ikut merasakan dampak tersebut. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan untuk membawa rakyat pada peningkatan kesejahteraan yang lebih baik, dan hal ini bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Jika dilihat dari sisi ekonomi, salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan masyarakat yaitu melalui pendapatan perkapita suatu negara. Jika pendapatan perkapita meningkat maka kesejahteraan masyarakat ini dapat dikatakan meningkat pula. Meningkatnya pendapatan masyarakat akan menimbulkan perdagangan (Cahyadi, 2014). Perdagangan dapat dilihat dari dua sisi yaitu penjual dan pembeli. Pada kegiatan perdagangan akan terjadi pertukaran barang dan jasa yang dilakukan oleh suatu penduduk di negara tertentu yang disebut dengan perdagangan dalam negeri. Hingga pada akhirnya perdagangan dalam negeri berkembang menjadi perdagangan luar negeri atau biasa dikenal dengan perdagangan internasional. Perdagangan internasional dapat diartikan menjadi transaksi dagang antara pelaku ekonomi suatu negara dengan pelaku ekonomi dari negara lain. Perdagangan internasional dibagi menjadi dua, yaitu ekspor dan impor. Menurut Hariyani dan Serfianto (2010), majunya suatu negara tidak terlepas dari hubungan perdagangan suatu negara dengan negara lain, dilihat dari kegiatan ekspor baik berupa barang

maupun jasa yang dihasilkan. Jika berdasarkan jenis komoditi yang di ekspor, maka ekspor di bagi menjadi dua, yaitu ekspor migas dan ekspor non-migas. Pada ekspor migas peranannya terus menurun selama beberapa tahun belakangan dibandingkan pada tahun 1973-1983 hal ini dapat dilihat dari total ekspor migas pada tahun 2011 sebesar US$ 41.477.035.636. Sebaliknya ekspor non-migas Indonesia pada tahun 2011 sebesar US$ 162.019.584.424, ini menunjukkan bahwa ekspor non-migas peranannya terus meningkat selama beberapa tahun terakhir (http://kemenperin.go.id). Ekspor non-migas terdiri dari sektor pertanian, industri, serta pertambangan dan lainnya. Perkembangan perekonomian di Indonesia hingga saat ini masih ditunjang oleh sektor pertanian (Juanda, 2012). Keadaan ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat keunggulan komparatif dan kompetitif perekonomian Indonesia lebih banyak terdapat pada kegiatan produksi yang berbasis sumber daya alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun modal (Perdana, 2010). Hortikultura sebagai salah satu sub sektor pertanian, memiliki peran yang cukup penting dalam pembangunan pertanian Indonesia. Hortikultura dibidang buah-buahan khususnya pisang merupakan salah satu bentuk pertanian yang sudah lama dibudidayakan dalam bentuk perkebunan di Indonesia. Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Indonesia sendiri termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar, kering, ekstrak pisang atau olahan produk dari pisang ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Belanda, Amerika

Serikat, Perancis dan beberapa negara lainnya. Pada umumnya di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Industri pengolahan buah pisang juga kebanyakan hanya berskala rumah tangga saja. Namun, Tanah dan iklim Indonesia sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang sangat potensial. Selain itu tenaga kerja di Indonesia yang relatif murah merupakan nilai tambah dalam mengembangkan ekspor komoditas pisang (Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura: 2005). Manurut BPS (Biro Pusat Statistik) (2003), Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia. Dibandingkan dengan buah-buah yang lain, luas panen dan produksi buah pisang selalu menempati posisi pertama. Pada tahun 2002 produksinya mencapai 1.084.000 ton dengan nilai ekonomi sebesar Rp 6,5 triliun. Disamping untuk konsumsi segar, beberapa jenis pisang di Indonesia juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri olahan pisang misalnya industri kripik, ekstrak, sale dan tepung pisang. Pisang ini sendiri banyak mengandung vitamin dan mineral esensial yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Bahkan di beberapa daerah di Papua pisang merupakan subsitusi makanan pokok, seperti di beberapa negara di Afrika. Menurut Satyantari (1999) berdasarkan informasi dari FAO (Food and Agriculture Organization), pisang termasuk komoditas dibidang hortikultura yang penting dan sudah ada sejak lama menjadi mata perdagangan yang memiliki reputasi internasional. Pisang selain mudah didapat karena musim panennya berlangsung sepanjang tahun juga sangat digemari oleh masyarakat dunia tanpa

pandang usia, jabatan dan jenis kelamin. Disamping itu pisang termasuk juga sebagai bahan pangan penting yang keempat di negara berkembang seperti negara-negara di Afrika. Indonesia sebenarnya mempunyai potensi besar untuk meningkatkan produk dan ekspor pisang, dimana iklim, tanah dan tenaga kerja yang memungkinkan produksi dilakukan sepanjang tahun. Kegiatan ekspor suatu komoditi tidak terlepas dari masalah nilai tukar (exchange rate). Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat merupakan perbandingan nilai mata uang rupiah dengan dollar Amerika Serikat. Perdagangan internasional yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya, dimana setiap negara memiliki mata uang yang berbeda-beda mengharuskan suatu negara untuk memiliki perbandingan nilai mata uang yang biasa disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 1997). Alasan digunakan kurs dollar Amerika Serikat dan konversinya terhadap rupiah karena menurut Saunders dan Schumacher (2002) dollar Amerika Serikat merupakan mata uang internasional. Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat juga memainkan peranan penting dalam perdagangan Internasional, karena kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memungkinkan untuk membandingkan harga semua barang dan jasa yang dihasilkan dari kedua negara (Trivena, 2013). Pada sistem kurs mengambang (floating exchange rate) yang dianut Indonesia, adanya depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan berdampak pada ekspor maupun impor. Jika terjadi depresiasi terhadap rupiah, yaitu nilai rupiah menurun dan menyebabkan kurs dollar Amerika Serikat meningkat maka ekspor akan meningkat sedangkan impor menurun. Sebaliknya jika terjadi apresiasi

terhadap rupiah dimana kurs dollar Amerika Serikat nilainya menurun maka ekspor juga akan mengalami penurunan sedangkan impor meningkat. Jadi, kurs memiliki hubungan yang positif terhadap ekspor (Sukirno, 2006). Dengan kata lain jika nilai dollar Amerika Serikat menguat terhadap rupiah, maka eksportir, dalam hal ini eksportir komoditas pisang Indonesia akan memperoleh keuntungan lebih dikarenakan kemampuan dollar untuk membeli pisang dan produk-produk olahan dari pisang yang dihasilkan Indonesia dengan nilai tukar rupiah lebih besar dan demikian sebaliknya jika nilai dollar Amerika Serikat melemah terhadap rupiah, maka eksportir, dalam hal ini eksportir komoditas pisang Indonesia akan mengalami penurunan dikarenakan kemampuan dollar untuk membeli pisang dan produk-produk olahan dari pisang yang dihasilkan Indonesia semakin melemah. Tabel 1.2 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Periode Tahun 1989-2013 Kurs Dollar AS (Rp/USD) Pertumbuhan (%) Tahun Kurs Dollar AS (Rp/USD) Pertumbuhan (%) 1989 1.795-2002 8.761-0,15 1990 1.901 0,06 2003 8.077-0,08 1991 1.992 0,05 2004 8.790 0,09 1992 2.062 0,04 2005 9.212 0,05 1993 2.110 0,02 2006 9.141-0,01 1994 2.200 0,04 2007 9.164 0,00 1995 2.308 0,05 2008 9.694 0,06 1996 2.383 0,03 2009 10.305 0,06 1997 2.988 0,25 2010 9.038-0,12 1998 10.327 2,46 2011 8.808-0,03 1999 8.015-0,22 2012 9.388 0,07 2000 8.513 0,06 2013 10.230 0,09 2001 10.266 0,21 Rata-rata Pertumbuhan 0,13 Sumber: Statistik Ekonomi dan keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia 2014 (data diolah).

Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terjadinya krisis moneter di Indonesia pada tahun 1998 menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mengalami depresiasi mencapai Rp.10.327. Pada tahun berikutnya kurs kembali stabil, yaitu USD 1 setara dengan Rp.8.015. Namun pada tahun 2000 2004 perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menjadi fluktuatif, hal ini di karenakan keamanan di Indonesia terganggu dengan adanya serangan teroris di kota-kota besar. Selama tahun 2005-2007 keadaan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat perlahan berjalan cukup stabil, dikarenakan keadaan Indonesia diberbagai bidang diantaranya bidang perekonomian, keamanan, dan keadaan politik cukup terkendali. Tahun 2009 nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah menjadi Rp.10.305 ini adalah titik tertinggi sepanjang tahun 1989-2013. Hal ini terjadi karena adanya krisis global yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008 yang menyebabkan rupiah terdepresiasi dan masih berdampak pada tahun berikutnya. Selain nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, naik-turunya inflasi juga diduga berpengaruh terhadap ekspor di Indonesia. Inflasi mempunyai pengaruh terhadap aktivitas perdagangan internasional suatu negara. Negara yang mengalami inflasi tinggi akan menyebabkan pengusaha tidak bergairah untuk melakukan produksi. Ongkos-ongkos produksi naik, di lain pihak pendapatan masyarakat secara rill terus menurun. Penurunan permintaan luar negeri akan barang ekspor akan menyebabkan penurunan penerimaan devisa bagi negara. Inflasi dapat didefinisikan juga sebagai suatu kecendrungan kenaikan harga harga barang dan jasa secara terus-menerus berlaku dalam suatu perekonomian.

Menurut Saputra (2013), Inflasi mempengaruhi alokasi faktor produksi dan produk nasional serta distribusi pendapatan, ibarat dua sisi mata uang inflasi dapat berdampak positif dan negatif. Sisi positif dari inflasi adalah dapat menjadi stimulator pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga yang tidak dengan segera diikuti oleh kenaikan upah pekerja, akan berakibat pada meningkatnya gairah produksi dan pertumbuhan kesempatan kerja baru. Sisi negatif dari inflasi ialah cenderung akan meningkatkan harga barang secara umum, dan apabila kenaikan terjadi secara berlebihan akan menurunkan gairah produksi dan konsumsi serta beresiko memicu terjadi hiper inflasi dan berkurangnya volume ekspor suatu negara (Alfian, 2012). Tabel 1.3 Tingkat Inflasi Indonesia Periode 1989-2013 Tahun Inflasi (%) Pertumbuhan Pertumbuhan Tahun Inflasi (%) (%) (%) 1989 5,97-2002 10,03-2,52 1990 9,53 3,56 2003 5,06-4,97 1991 9,52-0,01 2004 6,40 1,34 1992 6,08-3,44 2005 17,11 10,71 1993 9,07 2,99 2006 6,40-10,71 1994 9,42 0,35 2007 6,59 0,19 1995 8,64-0,78 2008 11,06 4,47 1996 6,47-2,17 2009 2,78-8,28 1997 11,05 4,58 2010 6,96 4,18 1998 77,83 66,78 2011 3,98-2,98 1999 7,01-70,82 2012 4,30 0,32 2000 9,62 2,61 2013 8,38 4,08 2001 12,55 2,93 Rata-rata Pertumbuhan 0,10 Sumber: Statistik Ekonomi dan keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia 2014 (data diolah).

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diuraikan bahwa tingkat inflasi di Indonesia selama 25 tahun terakhir cukup fluktuatif. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada 1998 yaitu sebesar 77,83 persen, dikarenakan kondisi moneter yang sangat buruk dan krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1999, tingkat inflasi Indonesia dapat dikendalikan sebesar 7,01 persen. Pada tahun 2005 tingkat inflasi di Indonesia naik menjadi 17.11 persen. Hingga pada tahun 2013 inflasi di Indonesia sebesar 8,38 persen dimana ini mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 dengan tingkat inflasi sebesar 4,30 persen. Secara historis, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain tingkat inflasinya mencapai sekitar 3 sampai 5 persen per tahun dalam periode 2005 sampai 2013, tingkat inflasi di Indonesia mencapai rata-rata 8,5 persen per tahun dalam periode yang sama. Puncak volatilitas inflasi Indonesia berhubungan dengan kebijakan penyesuaian harga oleh pemerintah. (http://www.indonesiainvestments.com). Penawaran terhadap ekspor dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah produksi. Rosihan dan Nesia (2008) mengungkapkan trend ekspor perkebunan yang terus meningkat memberikan gambaran bahwa produk perkebunan telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan. Adrian (2010) menyatakan bahwa variabel produksi juga memperlihatkan pengaruh terhadap ekspor komoditas pertanian. Tinggi rendahnya tingkat hasil produksi dari hasil pertanian ditentukan oleh tingkat penggunaan faktor produksi.

Usaha untuk memenuhi kebutuhan buah pisang di dalam maupun diluar negeri maka jumlah produksi adalah salah satu faktor yang sangat diperhatikan oleh pemerintah. Walaupun produksi pisang di Indonesia cukup besar, namun kontribusi Indonesia terhadap perdagangan pisang di dunia masih kecil. Kecilnya volume ekspor ini disebabkan karena Indonesia hanya memproduksi jenis pisang ekspor (cavendish) yang sangat kecil. Sedangkan produksi pisang Indonesia sebagian besar terdiri dari berbagai jenis pisang lokal, bukan jenis pisang cavendish yang pada umumnya diekspor (Satyantari, 1999). Tabel 1.4 Perkembangan Produksi Nasional Buah Pisang Indonesia Periode 1989-2013 Tahun Produksi Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Tahun (Ribuan ton) (%) (Ribuan ton) (%) 1989 1.192,00-2002 1.084,00-0,54 1990 1.411,00 0,18 2003 2.177,00 1,01 1991 1.972,00 0,40 2004 1.974,00-0,09 1992 2.651,00 0,34 2005 5.178,00 1,62 1993 2.844,00 0,07 2006 5.038,00-0,03 1994 3.087,00 0,09 2007 2.954,00-0,41 1995 3.805,00 0,23 2008 2.705,00-0,08 1996 5.023,00 0,32 2009 2.374,00-0,12 1997 3.157,00-0,37 2010 1.755,00-0,26 1998 3.374,00 0,07 2011 2.133,00 0,22 1999 3.277,00-0,03 2012 2.189,00 0,03 2000 3.747,00 0,14 2013 6.279,00 1,87 2001 2.367,00-0,37 Rata-rata Pertumbuhan 0,18 Sumber: Badan Pusat Satistik, 2014 (Data diolah) Perkembangan produksi nasional buah pisang dilihat pada Tabel 1.4 dari tahun 1989-2013 terus mengalami kenaikan walaupun beberapa tahun menunjukkan adanya sedikit penurunan. Pada tahun 1997 di tengah krisis moneter yang terjadi di Indonesia produksi buah pisang turun sebesar 0,37 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan produksi buah pisang terus menerus terjadi pada

tahun 2006-2010. Keadaan produksi nasional buah pisang terakhir pada tahun 2013 sebesar 6.279.000 ton dimana keadaan ini mengalami kenaikan sebesar 1,87 persen dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 yang dapat memproduksi sebesar 2.189.000 ton. Tingkat produksi terus berkembang dipengaruhi oleh meningkatnya luas lahan yang akan di panen. Keberadaan luas lahan sangat penting dalam menunjang kegiatan produksi hasil pertanian (Nindia, 2008). Semakin luas areal lahan yang ditanami buah pisang maka akan semakin luas lahan buah pisang yang akan dipanen. Tabel 1.5 Perkembangan Luas Panen Perkebunan Buah Pisang Indonesia Periode 1989-2013 Tahun Luas Panen Pertumbuhan Luas Panen Pertumbuhan Tahun (Ha) (%) (Ha) (%) 1989 57.843-2002 74.951-0,03 1990 65.454 0,13 2003 97.690 0,30 1991 72.065 0,10 2004 99.434 0,02 1992 106.505 0,48 2005 101.165 0,02 1993 110.721 0,04 2006 102.264 0,01 1994 113.641 0,03 2007 103.143 0,01 1995 106.844-0,06 2008 109.091 0,06 1996 139.219 0,30 2009 107.160-0,02 1997 89.915-0,35 2010 101.276-0,05 1998 96.537 0,07 2011 104.156 0,03 1999 99.560 0,03 2012 103.158-0,01 2000 78.539-0,21 2013 108.385 0,05 2001 77.023-0,02 Rata-rata Pertumbuhan 0,04 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (Data diolah) Berdasarkan Tabel 1.5 ditinjau dari aspek luas areal lahan yang dipanen, sektor perkebunan pisang mengalami pertumbuhan dan masa panen yang tidak konsisten dari tahun ke tahun. Terbukti pada tahun 1989-2013 perkebunan pisang mengalami masa panen yang tidak menentu. Pada tahun 1993 luas panen

perkebunan pisang sebesar 110.721 ha kemudian pada tahun 2005 luas panen perkebunan pisang mengalami peningkatan menjadi 101.165 ha. Pada tahun 2010 luas panen perkebunan pisang kembali mengalami penurunan sebesar 0,05 persen dari tahun sebelumnya. Luas panen kembali meningkat pada tahun 2011 sebesar 104.156 ha, dan pada tahun 2013 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa luas panen perkebunan pisang di Indonesia kembali mengalami peningkatan menjadi 108.385 ha. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka penelitian ini ingin melihat pergerakan volume ekspor komoditas pisang Indonesia periode 1989-2013 serta pengaruh variabel bebas yang meliputi (1) kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat; (2) inflasi; (3) produksi, dan (4) luas panen terhadap variabel terikat volume ekspor komoditas pisang Indonesia pada periode tahun 1989-2013. Sehingga penulis memutuskan untuk mengangkat judul penelitian yaitu Volume Ekspor Komoditas Pisang Indonesia Periode 1989-2013 Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1) Bagaimanakah perkembangan volume ekspor komoditas pisang Indonesia periode 1989-2013? 2) Apakah kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, inflasi, produksi dan luas panen secara simultan berpengaruh terhadap volume ekspor komoditas pisang Indonesia periode 1989-2013?

3) Bagaimanakah pengaruh kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, inflasi, produksi dan luas panen secara parsial terhadap volume ekspor komoditas pisang Indonesia periode 1989-2013? 4) Variabel manakah diantara kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, inflasi, produksi dan luas panen yang berpengaruh dominan terhadap volume ekspor komoditas pisang Indonesia periode 1989-2013? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui perkembangan volume ekspor komoditas pisang Indonesia periode 1989-2013. 2) Untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, inflasi, produksi dan luas panen secara simultan terhadap volume ekspor komoditas pisang Indonesia periode 1989-2013. 3) Untuk mengetahui pengaruh kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, inflasi, produksi dan luas panen secara parsial terhadap volume ekspor komoditas pisang Indonesia 1989-2013. 4) Untuk mengetahui variable yang berpengaruh dominan terhadap volume ekspor komoditas pisang Indonesia periode 1989-2013. 1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1) Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan bagi perkembangan ekspor selanjutnya. 2) Bagi perkembangan ilmu sebagai sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah hasil penelitian mengenai ekspor komoditas pisang Indonesia. 1.5 Sistematika penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) Bab yaitu : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah dalam laporan ini. Dalam bab ini juga disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek

penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini diawali dengan menguraikan gambaran umum wilayah, potensi, dan pergerakan ekspor komoditas pisang Indonesia, disertai pembahasan hasil perhitungan statistik yang meliputi analisis regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji F, uji t dan standardized coefficients beta. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Merupakan penutup yang terdiri atas keseimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang dipandang perlu berdasarkan atas kesimpulan yang dilakukan.