BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terhitung mulai 01 Januari 2014, sistem pelayanan kesehatan akan mengalami perubahan. Berdasarkan UU RI nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sistem pembiayaan rumah sakit diseluruh Indonesia akan mulai menerapkan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang lebih dikenal luas dengan BPJS. UU RI ini kemudian lebih di jelaskan lagi pemahamannya dalam Peraturan Presiden RI nomor 12 tahun 2013 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Peraturan Pemerintah RI nomor 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Jaminan Kesehatan. Sistem Jaminan Sosial Nasional seperti yang tertuang dalam UU RI nomor 40 tahun 2004 merupakan program negara yang memiliki tujuan utama memberikan perlindungan kesehatan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. SJSN pada dasarnya menggabungkan beberapa asuransi kesehatan yang telah ada sebelumnya menjadi satu dalam wadah sistem jaminan kesehatan. Empat badan hukum asuransi kesehatan yang akan bergabung dalam sistem ini adalah Jamsostek, Taspen, Asabri dan Asuransi Kesehatan (Askes). Perubahan sistem pelayanan ini akan membawa banyak perubahan di sarana-sarana pemberi pelayanan kesehatan, termasuk sistem manajemen rumah sakit. Perubahan sistem pelayanan seperti ini bukan merupakan hal baru lagi di dunia kesehatan global. Sistem pelayanan kesehatan semesta sudah diberlakukan di banyak negara di dunia, termasuk negara-negara di Asia Tenggara. Salah satunya di Thailand dan dikenal dengan nama Universal Coverage yang sudah dimulai sejak tahun 2001 (Hughes & Leethongdee, 2007). Perubahan sistem jaminan kesehatan ini akan menyebabkan perubahan pada sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit, termasuk pemberian pelayanan kesehatan, struktural dan manajemen operasional. Dalam menghadapi perubahan ini tentunya setiap organisasi rumah sakit membutuhkan strategi yang 1
dipersiapkan sebaik mungkin dalam konsep yang jelas sehingga sehingga setiap keputusan yang diambil akan mampu membawa organisasi rumah sakit untuk bertahan dalam perubahan ini. Kabupaten Bengkayang memiliki luas wilayah 5,397 km 2 dengan jumlah penduduk 215,277 jiwa. Di Kabupaten Bengkayang terdapat 2 rumah sakit (RSUD Bengkayang dan RSU Bethesda Serukam) dengan kapasitas total berjumlah 170 tempat tidur, 17 Puskesmas, 62 Puskesmas Pembantu dan 17 Puskesmas Keliling. Kota Singkawang yang berjarak sekitar 25 km dari RSU Bethesda Serukam memiliki luas wilayah 504 km 2 dengan jumlah penduduk 186,462 jiwa dan kepadatan penduduk 369,9 jiwa/km 2. Di kota Singkawang terdapat 6 rumah sakit dengan tipe/kelas yang bervariasi, dengan kapasitas total berjumlah 889 tempat tidur, 5 Puskesmas, 21 Puskesmas Pembantu dan 5 Puskesmas Keliling ( Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2011). Rumah Sakit Umum Bethesda Serukam (RSUBS) terletak di Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang, arah utara Kalimantan Barat, berjarak ± 200 km dari Pontianak, ibukota propinsi Kalimantan Barat. RSUBS merupakan lembaga kesehatan keagamaan dan merupakan salah satu unit pelaksana teknis Yayasan Bethesda Serukam. RS dengan kapasitas 100 tempat tidur ini diresmikan pada 23 Februari 1974. RSUBS memiliki visi Allah memanggil dan mempersatukan secara khusus sekumpulan anak-anak-nya dari berbagai tempat, suku, bangsa, bahasa, budaya, dan latar belakang pendidikan untuk melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus yang akan mendorong pertambahan dan pertumbuhan gereja-gereja, khususnya di Kalimantan Barat melalui pelayanan yang seutuhnya (komprehensif dan holistik). Sementara itu, yang menjadi misi rumah sakit adalah Pemberitaan Injil keselamatan Yesus Kristus kepada sebanyak mungkin orang melalui pelayanan kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat yang memadai kepada masyarakat, khususnya masyarakat pedalaman Kalimantan Barat. ( Profil RSU Bethesda Serukam, 2011) Pelayanan kepada pasien berdasarkan kerjasama dengan pihak asuransi (Askes/Jamkesmas) dimulai RSUBS tahun 2008. Jumlah pasien bervariasi, namun 2
dalam 3 tahun terakhir semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 1. Kinerja Pelayanan Rumah Sakit Umum Bethesda Serukam Kalimantan Barat Tahun 2007-2012 Indikator Rumah Sakit 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Askes Wajib Rawat Jalan - 1387 1624 2137 2143 2218 Askes Wajib Rawat Inap - 100 148 242 249 351 Jamkesmas Rawat Jalan - 4412 3095 3791 4127 4414 Jamkesmas Rawat Inap - 1102 786 1115 1302 1443 Pasien Reguler Rawat Jalan 18441 13544 21388 23308 24344 24795 Pasien Reguler Rawat Inap 3611 2335 2897 2690 3773 4873 Total Pasien Rawat Jalan 18441 19343 26107 29236 30614 31427 Total Pasien Rawat Inap 3611 3537 3831 4047 5324 6667 B O R (%) 70.0 62.8 67.1 56.3 60.3 65.4 AvL O S (hari) 4.8 4.5 4.3 4.5 3.0 3.0 T O I (hari) 2.5 3.1 2.6 4.0 3.0 2.0 Sumber: Data yang diolah dari Rekam Medis RSUBS, 2013 Tabel 2. Presentase Jenis Pembayaran di Rumah Sakit Umum Bethesda Serukam Kalimantan Barat Tahun 2008-2012 Jenis Pembayaran 2008 2009 2010 2011 2012 Askes Wajib RJ+RI 1487 1772 2379 2392 2569 6.5% 5.8% 7.1% 6.6% 6.6% Jamkesmas RJ+RI 5514 3881 4906 5429 5857 24.1% 12.9% 14.8% 15.2% 15.4% Pasien Reguler RJ+RI 15879 24285 25998 28117 29668 69.4% 81.3% 78.1% 78.2% 78% Total Pasien 22880 29938 33283 35938 38094 Sumber: Data yang diolah dari Rekam Medis RSUBS, 2013 Dari data pelayanan di atas, disertai dengan data presentase pembayaran oleh pasien, terlihat bahwa sekitar 20% pasien yang berobat di RSUBS menggunakan sistem jaminan kesehatan, baik itu lewat Askes ataupun dengan Jamkesmas. Jumlah yang sama atau akan lebih meningkat ini akan masuk ke 3
dalam perubahan sistem jaminan sosial atau BPJS, sehingga dibutuhkan kesiapan rumah sakit dalam menghadapi perubahan sistem ini. Pasien yang datang berobat ke RSUBS, sebagian besar berasal dari daerah Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang. Berdasarkan data klaim Askes yang ada, ditahun 2012 terdapat total klaim pelayanan sebesar Rp.669.304.000,- sementara biaya rumah sakit berjumlah Rp.821.557.329,- sehingga terdapat selisih biaya Rp.66.347.593,-. Selisih biaya yang timbul ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah karena tidak adanya kendali biaya pemeriksaan penunjang dalam perawatan pasien. Sebagai contoh, sebagian besar dokter yang melayani pasien yang dirawatnya, berusaha untuk menemukan diagnosis yang tepat dari suatu penyakit yang diderita pasien. Pemeriksaan penunjang yang banyak, ditambah dengan tidak adanya koordinasi dengan bagian keuangan tentang paket perawatan, menyebabkan paket harga perawatan pasien melambung tinggi melewati tarif yang dianjurkan asuransi. Hal ini hanya merupakan salah satu faktor. Dibutuhkan suatu analisis lingkungan yang dapat memetakan isu-isu yang akan dihadapi rumah sakit dalam menyambut era JKN. Analisis dari keadaan lingkungan eksternal dan internal perlu dilakukan dengan melihat secara keseluruhan faktor-faktor apa yang ada dan sedang terjadi di sekitar lingkungan rumah sakit. Dasar analisis ini kemudian akan dipakai untuk memilih strategi yang tepat untuk diterapkan ke dalam bentuk pelayanan kesehatan yang siap untuk menghadapi perubahan sistem pelayanan kesehatan ke arah sistem jaminan sosial nasional. RSUBS yang sudah melayani masyarakat pedalaman Kalimantan Barat selama 39 tahun dan sampai saat ini belum memiliki rencana strategi. Setiap perencanaan dilakukan di masing-masing unit pelayanan dan tidak terintegrasi. 4
B. Perumusan Masalah Berdasarkan beberapa fakta yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan adalah belum adanya rencana strategis maupun pemikiranpemikiran strategis untuk merancang masa depan rumah sakit. C. Tujuan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat: 1. Mendeskripsikan dan menganalisis situasi lingkungan internal dan eksternal unit pelayanan pasien Askes dan Jamkesmas RSUBS, yang dapat memberikan gambaran kepada Direksi RS untuk menentukan jenis strategi yang akan digunakan dalam menghadapi Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 2. Memberikan rekomendasi strategi kepada Direksi RS untuk penyusunan Rencana Strategi RSUBS yang dapat membantu pengembangan rumah sakit. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi RSU Bethesda Serukam: a. Rekomendasi kepada Direksi RS dalam bentuk hasil analisis lingkungan internal dan eksternal unit pelayanan pasien Askes dan Jamkesmas. b. Rekomendasi alternatif strategi sesuai hasil analisis lingkungan rumah sakit, serta rekomendasi visi dan misi rumah sakit. Bagi Peneliti: Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian, meningkatkan pemahaman tentang tatacara sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang terbaru yaitu: Sistem Jaminan Sosial Nasional serta tatacara menganalisis data lingkungan internal dan eksternal RSUBS yang sesuai dengan perubahan sistem pelayanan kesehatan. 5
Nama/ Tahun Syahril (2012) Arisantha (2009) Wiwin (2008) Judul Penelitian Analisis Lingkungan Internal dan External Untuk Pengembangan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Untuk Rencana Pengembangan Trauma Center Sebagai Program Unggulan Rumah Sakit Umum Negara di Kabupaten Jembrana, Bali Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Dalam Rangka Pengembangan Instalasi Pelayanan Kesehatan Handil Bakti RSUD H Abdul Aziz Marabahan Kabupaten Barito Kuala Propinsi Kalimantan Selatan. E. Keaslian Penelitian Metode Penelitian Penelitian kualitatif jenis studi kasus dengan rancangan tunggal holistik. Instrumen penelitian: observasi, wawancara mendalam, pedoman diskusi kelompok terarah, dan data sekunder. Analisis wawancara menggunakan thematic content analysis. Rancangan kualitatif dengan pendekatan eksploratif. Instrumen penelitian: wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi. Cara pengambilan responden sejumlah 13 orang dengan purposive sampling. Analisa data secara kualitatif dan analisa SWOT. Penelitian studi kasus dengan purposive sampling. Instrumen penelitian: wawancara mendalam, pedoman diskusi kelompok terarah, lembar observasi dan format data sekunder. Analisis wawancara menggunakan thematic content analysis. Perbedaan Penelitian Perbedaannya adalah penelitian dilakukan di tempat yang berbeda, dengan masalah penelitian yang berbeda. Analisis yang digunakan adalah dengan logika penjodohan pola. Peneliti menggunakan pedoman diskusi kelompok terarah dalam menganalisis lingkungan rumah sakit sebagai dasar untuk pemilihan strategi dalam menyusun rencana strategi rumah sakit. Perbedaannya adalah penelitian dilakukan di tempat yang berbeda, dengan masalah penelitian yang berbeda. Analisis yang digunakan adalah dengan logika penjodohan pola. 6
Hasjmy (2004) Analisis Internal Dan Eksternal Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Menggunakan metode kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif dengan purposive sampling. Instrumen penelitian: wawancara mendalam dan kuesioner. Analisa data secara kualitatif dan analisa SWOT. Perbedaannya dengan penelitian kali ini adalah dalam penelitian ini peneliti melakukan diskusi kelompok terarah dan observasi. 7