Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA

NUMBER SENSE BENTUKAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DI MTS

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI NUMBER SENSE PADA MATERI BILANGAN DI SMP NEGERI 8 SINGKAWANG

NUMBER SENSE: BERPIKIR FLEKSIBEL DAN INTUISI TENTANG BILANGAN 1

KEMAMPUAN NUMBER SENSE SISWA SMP NEGERI 5 PONTIANAK DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI PECAHAN

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Komunikasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR II (TEORI GELANGGANG)

Pengaruh Model Pembelajaran Take and Give terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KELANCARAN PROSEDURAL SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

KONTRIBUSI PERMAINAN MATEMATIKA KREATIF DAN KEMAMPUAN NUMBER SENSE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

Pemahaman Konseptual dan Keterampilan Prosedural Siswa Kelas VIII Melalui Media Flash Player

Paket 2 BILANGAN BULAT DAN OPERASINYA

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN Fitri Kumalasari, Toto Nusantara, Cholis Sa dijah. Universitas Negeri Malang 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Depdiknas Kurikulum Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas.

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

MENGATASI KESULITAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

KAJIAN BUKU SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII BAB 2 DALAM KURIKULUM 2013

Problematika dalam Pembuktian Pernyataan Menggunakan Prinsip Induksi Matematika serta Alternatif Penyelesaiannya

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP

PEMBELAJARAN RUMUS-RUMUS TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA MENURUT PRINSIP KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS XI IPA MAN CENDIKIA JAMBI

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

Penerapan Strategi Pembelajaran Peer Lesson untuk Peningkatan Keaktifan Siswa SMP Pokok Bahasan Lingkaran

Meningkatkan Kemampuan Operasi Dasar Aljabar Kelas X Melalui PBL Berpendekatan Algebraic Reasoning

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Preferensi Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Statistika Matematika Menggunakan Analisis Konjoin

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

ASSESMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh: Drs. Endang Mulyana M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah penalaran Nurbaiti Widyasari, 2013

Fleksibilitas Matematik dalam Pendidikan Matematika Realistik Sugiman Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Suherman 1*) ABSTRAK. Kata Kunci: hasil belajar, penggunaan kalkulator, penerapan integral

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan beberapa siswa SMA kemala Bhayangkari Surabaya kelas XII pada tanggal 17 April

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

Mengajarkan Number Benchmarks Untuk Mendukung Perhitungan Mental Siswa Kelas 1 SD

PROFIL MENTAL COMPUTATION SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA PADA KOMPETENSI DASAR MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS, BALOK, PRISMA, DAN LIMAS

WAWANCARA KLINIS UNTUK MENGATASI HAMBATAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENYEBUT YANG BERBEDA DI SMP PONTIANAK

Syarifatul Maf ulah, Dwi Juniati, Tatag Yuli Eko Siswono, Analisis Kemampuan Siswa...

ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengetahuan Prosedural Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

Abstrak. Bagaimana Membangun Pengetahuan Matematika melalui Problem Solving?

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis

PROFIL PEMECAHAN SOAL MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TAHAP BELAJAR DIENES DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

STRATEGI FORMULATE SHARE LISTEN CREATE UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMP

ISSN: ISSN:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP PENCAWAN MEDAN. Arisan Candra Nainggolan

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diketahui atau pernah dialami oleh siswa di kehidupannya. Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyebutkan bahwa para

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Minat Belajar Siswa pada Materi Trigonometri Kelas X

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

Efektivitas Strategi Pembelajaran Flipped Classroom Pada Materi Pythagoras SMP Kelas VIII Ditinjau Berdasarkan Gender

EKSPLORASI KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PECAHAN PADA ANAK-ANAK DI RUMAH PINTAR BUMI CIJAMBE CERDAS BERKARYA (RUMPIN BCCB)

ANALISIS KESULITAN SISWA SMK CITRA MEDIKA SUKOHARJO DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS IX DALAM MENGERJAKAN SOAL OPERASI BENTUK ALJABAR

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

Bab. Bilangan Bulat. SUmber buku: bse.kemdikbud.go.id

MODEL SAJIAN VERBAL MODEL ABSTRAK DAN MODEL VERBAL ABSTRAK UNTUK MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Kepekaan Bilangan Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Kontekstual yang Mengintegrasikan Keterampilan Berpikir Kreatif

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

REMEDIASI MENGGUNAKAN PROGRAM FLASH PADA MA- TERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT. Indah Wahyuni

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MTs AISYIYAH

Transkripsi:

Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017, Hal. 270-277 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Halaman 270 Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan Anis Suraida Safitri *, Sri Mulyati 1, Tjang Daniel Chandra 2 1 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2 Dosen Pascasarjana, Universitas Negeri Malang Info Artikel Riwayat Artikel: Diterima: 15 Mei 2017 Direvisi: 1 Juni 2017 Diterbitkan: 31 Juli 2017 Kata Kunci: number sense bilangan kepekaan bilangan ABSTRACT Kemampuan number sense (kepekaan bilangan) dibutuhkan bagi siswa dalam proses pembelajaran matematika. Siswa dengan number sense yang baik akan mampu memanfaatkan pengetahuannya tentang bilangan dalam pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu, tinjauan mengenai kemampuan number sense siswa perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa dapat menggunakan kemampuan number sensenya dalam situasi masalah. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan number sense siswa kelas VII di Lembaga Bimbingan Belajar Surya Gemilang. Subjek penelitian sebanyak 3 orang, yaitu masing-masing 1 subjek dari kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Kemampuan number sense digali melalui wawancara terpadu pada hasil tes kemampuan number sense siswa. Kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis data, peneliti menyimpulkan bahwa semua subjek tidak memiliki kepekaan yang cukup baik mengenai hubungan antar bilangan, operasi bilangan, hubungan antar operasi bilangan, dan sifat-sifatnya sehingga semua subjek tidak fleksibel dan berfokus pada penggunaan perhitungan prosedural yang mereka terima di sekolah ketika memecahkan masalah. Copyright 2017 SI MaNIs. All rights reserved. Korespondensi: Third Author, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.5 Malang 65145, Telp. 0341-551312 Email: anisss180493@gmail.com 1. PENDAHULUAN Matematika mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir dalam setiap aktivitas tidak terlepas dari bilangan dan perhitungannya. Oleh karena itu, perlu penguasaan bilangan yang baik untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Penguasaan bilangan ini juga disebut sebagai Number Sense atau kepekaan bilangan. Pengertian penguasaan bilangan tidak hanya sekedar mengenal dan terampil berhitung. Number sense berarti kepekaan seseorang terhadap bilangan beserta perhitungannya (Saleh, 2009). Reys, dkk. (1994) mengungkapkan bahwa number sense mengacu pada suatu rasa intuitif untuk penaksiran bilangan, kemampuan untuk menghitung dengan teliti dan efisien, untuk mendeteksi kesalahan dan untuk mengenali hasil yang layak dalam suatu perhitungan. Oleh karena itu, orang-orang dengan penguasaan Laman Prosiding: http://conferences.uin-malang.ac.id/index.php/simanis

Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Halaman 271 bilangan yang baik bisa memahami bilangan dan menggunakan secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Number sense memberikan peranan penting dalam pemecahan masalah matematika. Seseorang dengan number sense yang baik akan dapat menggunakan pemahamannya mengenai bilangan untuk memecahkan masalah matematika yang tidak dibatasi oleh algoritma atau prosedur tradisional (Ekawati, 2013). Selain itu, menurut As ari (2008), orang yang memiliki number sense yang baik cenderung memiliki kepercayaan diri yang besar dalam mempelajari matematika. Jadi dapat disimpulkan bahwa number sense adalah kepekaan terhadap bilangan yang berguna untuk memecahkan masalah yang tidak terikat oleh prosedur atau algoritma tradisional saja. Seseorang dengan number sense yang baik pada akhirnya akan mampu memanfaatkan pengetahuannya tentang bilangan pada berbagai situasi, terutama dalam pemecahan masalah matematika. Number Sense merupakan suatu proses yang kompleks, didalamnya terdapat komponen penyusunnya. Şengül (2013) menjelaskan komponen number sense meliputi: understanding of the meaning and size of numbers, understanding the meaning and effect of operations, understanding and use of equivalent expressions, flexible computing and counting strategies for mental computation, measurement benchmarks. Number sense termasuk ke dalam kemampuan yang esensial di dalam proses bermatematika (NCTM, 2000). Namun demikian, kemampuan number sense di dalam kurikulum matematika sekolah belum dicantumkan secara eksplisit. Oleh karena itu dapat dipahami jika lima komponen tersebut cenderung belum dicapai oleh siswa. Hasil penelitian Acoi (2011) tentang deskripsi kemampuan number sense, menunjukkan bahwa kemampuan number sense siswa di kelas VII, tergolong rendah. Demikian juga penelitian oleh Sabrianti (2012) mengenai potensi number sense siswa di kelas VII yang menunjukkan bahwa potensi number sense siswa tergolong rendah. Hal ini diduga karena penguasaan suatu konsep ataupun keterampilan yang cenderung lemah sejak siswa di sekolah dasar akan berlanjut hingga ke sekolah menengah. Peneliti melakukan dialog dengan tiga guru matematika dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berbeda, diperoleh hasil yang serupa, yaitu sebagian besar siswa pada tiap-tiap sekolah mengalami kesulitan dalam memahami materi-materi dan menyelesaikan masalah matematika di Sekolah Menengah dikarenakan kurangnya pemahaman mereka terhadap konsep dasar bilangan beserta operasinya. Lebih lanjut, guru memberikan contoh kesulitan yang muncul. Siswa kelas IX mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah materi bilangan bentuk akar dan bilangan berpangkat karena kurang memahami konsep dasar dan operasi dari materi bilangan yang diajarkan pada kelas VII. Pilmer (2008) mengungkapkan bahwa kemampuan number sense setiap siswa berbeda karena number sense berkembang seiring pengalaman dan pengetahuan siswa yang didapatkan dari pendidikan formal maupun informal. Pada dasarnya kemampuan number sense merupakan kemampuan yang bisa dilatih pada setiap anak. Seorang anak tidak terlahir dengan membawa kemampuan number sense, tetapi para pendidik yang harus menggali. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan number sense siswa pada materi bilangan yang berjudul Kemampuan Number Sense Siswa Kelas VII pada Materi Bilangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan number sense siswa SMP pada materi bilangan. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuannya mengenai bilangan sehingga guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dalam upaya meningkatkan number sense siswa. Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan

Halaman 272 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X 2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif berupa gambaran tentang number sense siswa SMP yang berfokus pada: (1) kefleksibelan dalam menggunakan pemahaman mengenai bilangan dan hubungan antar bilangan, (2) kepekaan terhadap operasi dan hubungan antar operasi hitung bilangan beserta sifat-sifatnya, dan (3) kemampuan menggunakan konsep bilangan dan operasinya dalam melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan. Subjek penelitian adalah 3 siswa Kelas VII di Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Surya Gemilang (SG) dengan rincian 1 subjek dari kelompok tinggi, 1 subjek dari kelompok sedang, dan 1 subjek dari kelompok rendah. Pengelompokan didasarkan pada hasil tes kemampuan number sense yang diberikan kepada 30 siswa kelas VII di LBB SG. Tes kemampuan number sense terdiri dari 25 soal dan diberikan waktu 60 menit untuk menyelesaikan soal tersebut. Soal pada tes berfokus pada: Table 1. Komponen dan Indikator dari Tes Kemampuan Number Sense (Muir, 2012:22) Komponen Pemahaman dan keterampilan tentang bilangan (kepekaan terhadap bilangan) Pemahaman dan keterampilan menggunakan operasi bilangan (kepekaan menggunakan operasi bilangan) Menerapkan keterampilan bilangan dan operasi dalam perhitungan (penggunaan keduanya dalam perhitungan) Indikator 1. Keteraturan bilangan, indikator ini melibatkan pengetahuan dari struktur sistem bilangan, seperti bilangan bulat dapat diperluas menjadi bilangan rasional. 2. Berbagai representasi dari bilangan, indikator ini melibatkan pengetahuan tentang kesadaran akan bilangan dapat digunakan untuk menunjukkan ukuran atau banyaknya objek. 3. Mengenal besaran yang relatif dan besaran mutlak dari suatu bilangan. 4. System of benchmarks, yaitu penggunaan keahlian dan pengalaman siswa dalam menaksir suatu konteks yang berbeda. Benchmark membantu siswa dalam menaksir dengan alasan yang rasional. 1. Memahami efek dari operasi, indikator ini meliputi kemampuan untuk memberikan alasan dari operasi yang mereka pilih dan bagaimana operasi tersebut membantu menyesaikan tugas yang diberikan 2. Memahami sifat operasi, indikator ini terlihat dari bagaimana siswa menggunakan konsep komutatif, asosiatif, distributif, identitas, dan invers 3. Memahami hubungan antar operasi, indikator ini meliputi kemampuan dalam menyelesaikan soal dengan memberikan informasi tertentu dari operasi dua bilangan, kemudian dilihat apakah siswa menggunakan informasi yang diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut 1. Memahami hubungan antara masalah kontekstual dan perhitungan sebenarnya 2. Kesadaran ada berbagai strategi, indikator ini meliputi kemampuan untuk memikirkan bilangan dengan fleksibel, memanipulasi, memecah bilangan menjadi bagian-bagian, dan menggunakan keterkaitan yang diketahuinya dengan berbagai macam strategi 3. Kepekaan menggunakan representasi dan metode yang efisien, yaitu peka dalam memilih dan menggunakan metode yang efisien. Cara procedural dapat digunakan dalam penyelesaian, namun cenderung memakan waktu yang lebih lama/tidak efisien, terlebih jika dihadapkan dengan bilangan dengan banyak digit. Strategi yang efisien terlihat dari penggunaan informasi yang diberikan dan penggunaan sifat operasi bilangan 4. Kesadaran untuk memeriksa data dan hasil. Instrumen pendukung penelitian berupa tes tertulis dan pedoman wawancara. Tes tertulis terdiri dari 6 soal yang berfokus pada: (1) kefleksibelan dalam menggunakan pemahaman mengenai bilangan dan Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017: 270-277

Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Halaman 273 hubungan antar bilangan, (2) kepekaan terhadap operasi dan hubungan antar operasi hitung bilangan beserta sifat-sifatnya, dan (3) kemampuan menggunakan konsep bilangan dan operasinya dalam melakukan perkiraan perhitungan. Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan untuk menggali kemampuan number sense siswa. Tes tertulis dan wawancara diberikan kepada 3 subjek uji terpilih. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tes kemampuan number sense diberikan kepada 30 siswa kelas VII di LBB SG. Dari hasil tes kemampuan number sense, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Kelompok tinggi: skor siswa 80 b. Kelompok sedang: 60 < skor siswa < 80 c. Kelompok rendah: skor siswa 60 Berikut rincian masing-masing subjek penelitian yang terpilih. Tabel 2. Subjek Penelitian No. Nama Skor Kelompok 1. SF 83 Tinggi 2. TR 64 Sedang 3. BA 47 Rendah Tes tertulis diberikan kepada ketiga subjek, lalu dilakukan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengonfirmasi jawaban subjek dan menggali lebih dalam alasan subjek menjawab sedemikian rupa. Berdasarkan hasil tes dapat dipaparkan melalui gambar 1 berikut. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 pemahaman dan keterampilan tentang bilangan pemahaman dan keterampilan menggunakan operasi bilangan menerapkan keterampilan bilangan dan operasi dalam perhitungan atas sedang rendah Gambar 1. Hasil Penelitian Ditinjau dari Komponen Number Sense 4. KESIMPULAN Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan

Halaman 274 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Berikut hasil analisis data kemampuan number sense siswa dilihat dari hasil jawaban siswa dalam menjawab soal serta hasil wawancara. Tabel 3. Hasil Analisis Data Kemampuan Number Sense Siswa Komponen Number Sense Kefleksibelan dalam menggunakan pemahaman mengenai bilangan dan hubungan antar bilangan Kepekaan terhadap operasi dan hubungan antar operasi hitung bilangan beserta sifatsifatnya Kemampuan menggunakan Subjek Penelitian Kelompok Rendah Kelompok Sedang Kelompok Tinggi 1. Subjek sudah dapat secara 1. Subjek dapat secara spontan 1. Subjek dapat secara spontan spontan melihat hubungan melihat hubungan antar melihat hubungan antar antar bilangan yang bilangan yang disajikan dalam bilangan yang disajikan disajikan dalam masalah, masalah, namun subjek masih dalam masalah. Subjek namun cara yang digunakan berfokus pada pemecahan masih berfokus pada dalam memecahkan masalah masalah melalui perhitungan pemecahan masalah melalui terkadang masih salah. prosedural yang telah dipelajari perhitungan prosedural yang Subjek juga belum mengusai siswa di sekolah. Subjek juga telah dipelajari siswa di konsep dengan baik. kurang mengusai konsep. sekolah. Subjek cukup 2. Subjek tidak peka dalam memahami hubungan antar bilangan yang disajikan dalam masalah. Pengetahuan awal subjek mengenai bilangan kurang baik. Subjek tidak peka untuk menyadari adanya hubungan antar bilangan yang memungkinkan dia untuk memecahkan masalah tanpa menggunakan perhitungan prosedural. 1. Subjek tidak peka terhadap adanya representasi lain dari suatu perhitungan matematika yang melibatkan bilangan besar. Subjek juga tidak peka untuk menyadari bahwa dalam memecahkan masalah dapat dipermudah dengan melibatkan hubungan antar beberapa operasi bilangan. 2. Subjek kurang mampu menggunakan operasi hitung dengan baik. Subjek tidak peka terhadap adanya hubungan antara operasi bilangan beserta sifatnya dalam masalah yang diberikan untuk dapat memecahkan masalah dengan efektif dan efisien. Subjek mengacu pada prosedur yang salah dalam pemecahan masalah. 3. Subjek tidak memiliki strategi yang efisien dalam melakukan perhitungan terhadap pemodelan matematika yang telah subjek buat sesuai dengan masalah. 1. Subjek tidak dapat secara langsung melihat hubungan 2. Subjek tidak peka dalam memahami hubungan antar bilangan yang disajikan dalam masalah. Subjek belum menguasai konsep-konsep matematika yang diajarkan secara formal di sekolah, oleh karena itu subjek tidak bisa menggunakan konsep-konsep tersebut secara luwes dalam situasi masalah 1. Subjek tidak peka terhadap adanya representasi lain dari suatu perhitungan matematika yang melibatkan bilangan besar. Subjek juga tidak peka untuk menyadari bahwa dalam memecahkan masalah dapat dipermudah dengan melibatkan hubungan antar beberapa operasi bilangan. 2. Subjek mampu menggunakan operasi hitung dengan baik serta mampu menjelaskan sifatsifat operasi hitung, namun subjek tidak memiliki kepekaan tentang adanya hubungan antara operasi bilangan beserta sifatnya dalam 3. Subjek tidak memiliki strategi yang efisien dalam melakukan perhitungan terhadap pemodelan matematika yang telah subjek buat sesuai dengan masalah. 1. Subjek tidak dapat secara langsung melihat hubungan menguasai konsep. 2. Subjek tidak peka dalam memahami hubungan antar bilangan yang disajikan dalam masalah. Subjek cukup menguasai konsepkonsep matematika yang diajarkan secara formal di sekolah sehingga dapat menjelaskan hubungan antara tiga bilangan berurutan yang terdapat pada masalah serta dapat menjelaskan pelambangan dengan variabel yang dia gunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat. Akan tetapi tidak menggunakan pemahaman tersebut untuk melakukan pemecahan masalah. 1. Subjek cukup peka terhadap adanya representasi lain dari suatu perhitungan matematika yang melibatkan bilangan besar, tetapi subjek tidak peka untuk menyadari bahwa dalam memecahkan masalah dapat dipermudah dengan melibatkan hubungan antar beberapa operasi bilangan. 2. Subjek mampu menggunakan operasi hitung dengan baik serta mampu menjelaskan sifat-sifat operasi hitung, namun subjek tidak memiliki kepekaan tentang adanya hubungan antara operasi bilangan beserta sifatnya dalam masalah yang diberikan. 3. Subjek memiliki strategi yang efisien dalam melakukan perhitungan terhadap pemodelan matematika yang telah subjek buat sesuai dengan masalah. 1. Subjek tidak dapat secara langsung melihat hubungan Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017: 270-277

Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Halaman 275 konsep bilangan dan operasinya dalam melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan antara dampak atau karakteristik suatu operasi bilangan dalam melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan. Hal ini dikarenakan subjek tidak memahami hubungan dari dampak suatu operasi bilangan sehingga tidak dapat secara langsung menghubungkan pemahaman tersebut dengan 2. Subjek melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan dengan menggunakan perhitungan prosedural melalui membulatkan ke bilangan bulat lebih besar. 3. Subjek tidak dapat mendeteksi dengan baik mengenai kesesuaian antara jawaban yang dihasilkan dengan masalah yang diberikan. Subjek melakukan pengecekan jawaban dengan melakukan perhitungan ulang terhadap proses perhitungan yang telah dilakukan. antara dampak atau karakteristik suatu operasi bilangan dalam melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan. Hal ini dikarenakan subjek tidak memahami hubungan dari dampak suatu operasi bilangan sehingga tidak dapat secara langsung menghubungkan pemahaman tersebut dengan 2. Subjek melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan dengan menggunakan perhitungan prosedural melalui pembulatan. 3. Subjek tidak dapat mendeteksi dengan baik mengenai kesesuaian antara jawaban yang dihasilkan dengan masalah yang diberikan karena subjek melakukan pengecekan jawaban dengan melakukan perhitungan ulang terhadap proses perhitungan yang telah dilakukan. Setelah yakin proses perhitungannya benar, subjek membaca ulang soal. antara dampak atau karakteristik suatu operasi bilangan dalam melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan. Subjek memahami hubungan dari dampak suatu operasi bilangan tetapi tidak dapat secara langsung menghubungkan pemahaman tersebut dengan 2. Subjek melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan dengan berfokus pada perhitungan prosedural melalui pembulatan bilangan bulat sesuai dengan pengetahuan yang telah diterima subjek di sekolah. 3. Subjek sudah cukup dapat mendeteksi dengan baik mengenai kesesuaian antara jawaban yang dihasilkan dengan masalah yang diberikan. Subjek membaca ulang soal dan menentukan hal yang akan dicari, kemudian memeriksa hasil yang ditemaukan. Akan tetapi subjek tidak melakukan pengecekan jawaban dengan melakukan perhitungan ulang terhadap proses perhitungan yang telah dilakukan tanpa mempertimbangkan aspekaspek lain yang berpengaruh dalam menentukan nilai perkiraan perhitungan yang disajikan dalam masalah. Pada indikator pertama yaitu kefleksibelan dalam menggunakan pemahaman mengenai bilangan bulat dan hubungan antar bilangan bulat dalam pemecahan masalah, semua subjek (subjek dari kelompok tinggi, sedang dan rendah) tidak dapat memenuhi indikator ini. Subjek tidak dapat secara spontan melihat hubungan antar bilangan yang disajikan dalam masalah sehingga subjek berfokus pada pemecahan masalah melalui perhitungan prosedural dengan menggunakan variabel-variabel pada konsep aljabar yang telah dipelajari siswa di sekolah. Ketiga subjek tidak dapat mengembangkan hubungan antar bilangan dalam pemecahan masalah. Pada indikator kedua yaitu kepekaan terhadap operasi dan hubungan antar operasi hitung bilangan bulat beserta sifat-sifatnya dalam memecahkan masalah, semua subjek (subjek dari kelompok tinggi, sedang dan rendah) tidak dapat memenuhi indikator ini ketika menghadapi masalah yang melibatkan perhitungan bilangan besar. Ketiga subjek tidak memahami dengan baik mengenai representasi bilangan sehingga tidak peka terhadap representasi bilangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah secara efektif dan efisien. Subjek dari kelompok tinggi dan sedang mampu menggunakan operasi bilangan bulat tetapi kurang mampu menghubungkan berbagai operasi bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Ketiga subjek kurang mampu menghubungkan berbagai operasi bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Pada indikator kedua, subjek kelompok rendah mengalami kesulitan dan kebingungan ketika dihadapkan pada perhitungan yang melibatkan bilangan besar sehingga subjek tidak tertarik untuk mengerjakan perhitungan tersebut. Oleh karena Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan

Halaman 276 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X itu, ketiga subjek tidak memenuhi konsep number sense yang dikemukakan Pilmer (2008) yang menyebutkan bahwa number sense berhubungan dengan kerangka konseptual yang baik yang memungkinkan seseorang untuk memahami bilangan dan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak dibatasi oleh algoritma tradisional. Hal ini dikarenakan kurangnya latihan dan pengalaman siswa dalam menghubungkan berbagai operasi bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Pada indikator ketiga yaitu kemampuan menggunakan konsep bilangan dan operasinya dalam melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan, semua subjek (subjek dari kelompok tinggi, sedang dan rendah) tidak dapat memenuhi indikator ini. Subjek kelompok tinggi dan sedang memahami hubungan dari dampak suatu operasi bilangan tetapi tidak dapat secara langsung menghubungkan pemahaman tersebut dengan ACKNOWLEDGEMENTS Semua subjek penelitian (subjek dari kelompok tinggi, sedang, dan rendah) tidak memenuhi ketiga komponen number sense. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek tidak memiliki kepekaan yang baik mengenai hubungan antar operasi bilangan, beserta sifat-sifatnya. Semua subjek menggunakan perhitungan prosedural yang mereka pelajari di sekolah dalam memecahkan masalah. Adapun deskripsi kemampuan number sense dari masing-masing subjek adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan number sense siswa dari kelompok rendah dalam memecahkan masalah matematika. Subjek tidak fleksibel dalam menggunakan pemahaman mengenai bilangan bulat dan hubungan antar bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Subjek tidak peka terhadap operasi dan hubungan antar operasi hitung bilangan bulat beserta sifat-sifatnya dalam memecahkan masalah. Subjek tidak mampu menggunakan konsep bilangan dan operasinya dalam melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan. 2. Kemampuan number sense siswa dari kelompok sedang dalam memecahkan masalah matematika. Subjek kurang fleksibel dalam menggunakan pemahaman mengenai bilangan bulat dan hubungan antar bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Subjek kurang peka terhadap operasi dan hubungan antar operasi hitung bilangan bulat beserta sifat-sifatnya dalam memecahkan masalah. Subjek tidak mampu menggunakan konsep bilangan dan operasinya dalam melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan. 3. Kemampuan number sense siswa dari kelompok tinggi dalam memecahkan masalah matematika. Subjek penelitian dari kelompok tinggi cukup fleksibel dalam menggunakan pemahaman mengenai bilangan bulat dan hubungan antar bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Subjek kurang peka terhadap operasi dan hubungan antar operasi hitung bilangan bulat beserta sifat-sifatnya dalam memecahkan masalah. Subjek dalam melakukan estimasi (perkiraan) perhitungan tidak menggunakan konsep bilangan dan operasinya. Mengingat number sense memberikan peranan besar dalam pendidikan formal di sekolah maupun kehidupan siswa sehari-hari, disarankan agar guru menggali dan melatih kemampuan number sense siswa dengan tujuan agar siswa fleksibel dan peka dalam menggunakannya pemahaman mereka mengenai bilangan dan operasinya untuk memecahkan masalah secara efektif dan efisien. Penelitian sejenis untuk memperoleh gambaran kemampuan number sense dapat dilakukan dengan mempertimbangkan dan memperbaiki beberapa aspek dalam penelitian ini, seperti indikator kemampuan number sense maupun instrumen yang digunakan Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017: 270-277

Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Halaman 277 untuk mengidentifikasi kemampuan number sense. Indikator kemampuan number sense dapat diperluas sesuai dengan teori-teori yang sudah ada guna mendapatkan gambaran kemampuan number sense yang lebih kompleks. REFERENCES [1] Acoi, Petrus. Deskripsi Number Sense Siswa Kelas VII SMP Santo Fransiskus Asisi Pontianak [Internet]. 2011. Available from: http://ejournal.unesa.ac.id/article/2698/30/article.pdf/, diakses 12 April 2016. [2] As ari, A. Rahman. Number Sense: Mengapa Penting bagi Anak [Internet]. 2008. Available from: http://idepembelajaranmatematika.blogspot.com/2008/11/number-sense-mengapa- penting-bagi-anak.html, diakses 18 April 2016. [3] Ekawati, Endang. Profil Kemampuan Number Sense Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Materi Bilangan Bulat [Internet]. 2013. Available from: http://ejournal.unesa.ac.id/article/2386/30/article.pdf/, diakses 12 April 2016. [4] Muir, T. What is a Reasonable Answer [Intenet]. 2012. Available from: http://files.eric.ed.gov/fulltext/ej978131.pdf diakses 18 april 2016. [5] National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). The principles and standards for school mathematics. Reston; 2000. [6] Pilmerr, D. Number Sense.Nova Scotia School for Adult Learning. Department of Labor and Workforce Development [Intenet]. 2008. Available from: http://www.gonssal.ca/documents/numbersense.pdf diunduh tanggal 16 Februari 2016. [7] Reys, Lindquist, Lambdin, Smith and Suydam. Helping children learn mathematics [Internet]. 1994. Available from: http://users.ntplx.net/region10/regiontenmathpages/religion10mathsitefaq/whatisnumbersense.html. [8] Sabrianti, Retno. Potensi Number Sense Siswa pada Materi Penjumlahan Pecahan Biasa di Madrasah Tsanawiyah[Internet]. 2012. Available from: http://ejournal.unesa.ac.id/article/5982/28/article.pdf/, diakses 12 April 2016. [9] Saleh, A. Number Sense, Belajar Matematika Selezat Cokelat. Bandung; Trans Media Pustaka. 2009. [10] Şengül, sare. Identification of Number Sense Strategies used by Pre-service Elementary Teachers. Educational Sciences: Theory & Practice. 2013.13(3). 1965-1974 Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan