BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita karena masalah gender. Wanita memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi. Wanita mempunyai sistem reproduksi yang sensitif terhadap kerusakan yang dapat terjadi disfungsi atau penyakit (kusmiran, 2012; h.93). Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1997 mencapai 201,4 juta dengan 100,9 juta orang wanita. Jumlah wanita berusia diatas 50 tahun mencapai 14,3 juta orang. Pada tahun 2000 jumlah penduduk indonesia mencapai 203,46 juta orang, yang terdiri dari 101,64 juta laki-laki dan 101,81 juta perempuan. Pada tahun 2000 jumlah perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia menopouse sebanyak 15,5 juta orang, sedangkan jumlah laki-laki yang berusia diatas 55 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia andropouse adalah sebesar 14,25 juta orang. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopouse adalah 30,3 juta dan laki-laki andropouse akan meningkat mencapai 24,7 juta (Baziad, 2003, hal. 1) Menopouse merupakan haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosa menopouse dibuat setelah terdapat amenore sekurang- 1
2 kurangnya satu tahun. Berhentinya haid ini biasanya didahului dengan siklus haid haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopouse bisa dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan. (Sarwono, 2008 h. 130). Penting untuk mengetahui bahwa walaupun dapat menyebabkan gejala yang menyulitkan tetapi menopouse bukanlah suatu penyakit. Hal ini akan terjadi pada setiap wanita yang telah mencapai usia menopouse. Ratarata usia wanita yang mengalami menopouse adalah usia 50 tahun, meskipun jika ada seorang ibu yang mengalami menstruasi terakhir pada rentang usia 45 dan 55 tahun itu masih dianggap normal (Rebecca, 2006, h. 21 ). Menopouse secara hormonal ditandai dengan menurunnya kadar estrogen memang berdampak terhadap fisik maupun psikis wanita. Berbagai keadaan yang timbul sebagi dampak menopouse adalah berkurang atau menghilangnya fungsi hormon estrogen yang diproduksi indung telur (ovarium), sedangkan fungsi seksual lebih banyak diakibatkan kekurangan androgen atau testosteron yang juga diproduksi indung telur. Gejala pendek yang diakibatkan defisiensi estrogen salah satunya adalah gangguan psikis yang meliputi rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang, seperti cemas, khawatir, takut, berpikir berulang-ulang, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya maupun orang lain, kewaspadaan yang berlebih, diantaranya adalah mengamati lingkunagn secara berlebihan, sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih sulit berkonsentrasi, merasa nyeri, dan sukar tidur (Herawati, h. 166-167) Penurunan produksi hormon estrogen menimbulkan berbagai keluhan pada seorang wanita, sedangkan penurunan fertilitas sangat bergantung
3 pada usia wanita tersebut, dan jarang menimbulkan keluhan yang berarti. Fertilitas wanita dan laki-laki pada usia 20-24 tahun adalah 100%. Pada usia 35-39 tahun, fertilitas wanita hanya tinggal 60%, sedangkan laki-laki masih tetap tinggi yaitu 95%. Pada usia 45-49 tahun fertilitas wanita tinggal 5% saja dan laki-laki mencapai 80%.(Baziad,2003, h. 2). Di negara berkembang seperti Indonesia pengetahuan pasien tentang menopouse masih dirasakan rendah. Meskipun yang banyak datang berobat keklinik menopouse adalah dari golongan sosio ekonomi tinggi, tetap saja pengetahuan tentang menopouse masih rendah. Mereka lebih percaya kepada pengobatan- pengobatan yang belum jelas terbukti secara ilmiah (Baziad, 2003; hal. 189). Bagi wanita menopouse yang mencari perawatan dari bidan, gejala sering dapat mereda dan keseimbangan baru dalam berbagai aspek kehidupannya terbentuk. Kunjungan ginekologi ke bidan merupakan kesempatan menarik untuk wanita kembali pada sistem perawatan kesehatan, mempertahankan kontinuitas perawatan, mengatur rujukan yang tepat, dan terlibat dalam program perawatan kesehatan preventif (Varney, 2003; hal.322). Peran seorang bidan dalam memberikan asuhan pada wanita menopouse adalah dengan memberikan pengetahuannya tentang menopouse untuk mengajarkan individu tentang genetik, gaya hidup dan lingkungannya, dan peran faktor- faktor dalam kesehatan, harapan hidup, dan kualitas hidupnya. Dengan mengkaji riwayat dan melakukan pemeriksaan fisik yang cermat, bidan dapat menunjukan kepada wanita dengan tepat bagaimana tekanan darah, berat badan, praktik gaya hidup dan riwayat
4 keluarga semuanya ini saling melengkapi. Kunjungan pascamenopouse merupakan kesempatan untuk memberikan rekomendasi spesifik. Bidan dapat membantu setiap wanita untuk mencapai kesehatan terbaik yang mungkin dengan mempertahankan fungsi fisik dan kognitif selama mungkin (varney, 2003, hal. 322) Dengan melihat uraian dan penyebab terjadinya menopouse maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian kasus tentang Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Dalam Masa Klimakterium dengan harapan dapat membantu seorang wanita dalam mempersiapkan wanita menopouse agar bisa menghadapi perubahan psikis dan fisik pada saat menopouse sehingga masa menopuse dapat dilalui secara normal tanpa keluhan keluhan yang berarti. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakng diatas, maka penyusun tertarik untuk mengambil kasus tentang kesehatan Reproduksi dengan menopouse dan rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah Bagaimana Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Ny. S P4 A0 Umur 48 Tahun Dalam Masa Klimakterium. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi pada Ny. S P4 A0 Umur 48 Tahun Dalam Masa Klimakterium dengan pendekatan Manajemen Kebidanan 7 langkah varney.
5 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu dalam masa klimakterium. b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasikan masalah pada ibu tentang kesehatan reproduksi dalam masa klimakterium. c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan mengantisipasi penanganannya. d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan tindakan segera pada ibu dengan masalah kesehatan reproduksi dalam masa klimakterium. e. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat pada ibu dengan masalah klimakterium. f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan secara efisien dan aman. g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan pada pasien dalam masa klimakterium. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Ny. S P4 A0 Umur 48 Tahun Dalam Masa Klimakterium. 2. Tempat Pengambilan kasus ini dilaksanakan di PKD Besuki Kecamatan Lumbir 3. Waktu a. Pembuatan proposal dimulai dari bulan Januari sampai Maret 2013 b. Ujian proposal dilkakukan pada Tanggal 23 Maret 2013 c. Pengkajian kasus dilakukan pada Tanggal 23 April 2013.
6 d. Penyelesaian karya tulis ilmiah Tanggal 26 Juni 2013 E. Manfaat 1. Manfaat Praktis a. Bagi penulis Di harapkan mampu memberikan informasi sebagai tata cara meningkatkan pelayanan Asuhan Kebidanan Pada Wanita Dalam Masa Klimakterium. b. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan dapat memberikan informasi bagaimana langkah Asuhan Kebidanan Pada Wanita Dalam Masa Klimakterium secara tepat untuk membantu seorang wanita dalam mempersiapkan masa menopause. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan memberikan informasi ilmiah bagi kesehatan tentang Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Dalam Masa Klimakterium. b. Bagi Penulis Diharapkan menambah ilmu dalam asuhan kebidanan dalam masa klimakterium sehingga dapat menjadi bekal untuk penulis setelah lulus. c. Bagi Wanita Dapat meningkatkan pengetahuan wanita tentang masa
7 klimakterium dan diharapkan lebih peka terhadap tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah- masalah dalam masa klimakterium secara tepat dan benar. F. Metode memperoleh data 1. Data Primer a. Observasi Pengamatan atau observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Jadi dalam melakukan observasi bukan hanya mengunjungi, melihat, atau menonton saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian dan melakuakan pencatatan- pencatatan (Notoatmodjo, 2010; h. 131) b. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2010; h. 139) c. Pemeriksaan fisik Pemriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan terhadap seluruh organ / sistem tanpa kecuali, yang dilakukan secara sistematik dengan menggunakan cara- cara pemeriksaan yang sudah baku. Setiap temuan tanda fisis selalu langsung dikaitkan dengan jenis
8 panyakit yang terkait. Dengan demikian secara bertahap akan semakin tersusun arah penetapan diagnosis kerja dan diagnosis diferensialnya (widagdo, 2011; h. ) 2. Data Sekunder a. Dokumentasi Penulis menggunakan rekam medik pasien yang ada hubungannya dengan pasien, contohnya riwayat kesehatan ibu. b. Studi pustaka Penulis menggunakan buku yang berhubungan dengan masa klimakterium. c. Status litarature Penulis menggunakan media elektronik seperti internet untuk memperoleh literature yang berhubungan dengan masa klimakterium. G. Sistematika penilisan Penyusunan karya tulis ilmiah ini berdasarkan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang: 1. Latar belakang yaitu berisi penjelasan tentang kasus. 2. Rumusan masalah berisi tentang penjelasan permasalahan yang timbul dalam latar belakang sehingga masalah ini dianggap menarik. 3. Tujuan penyusunan KTI yang menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yaitu 7 langkah varney. 4. Manfaat dari penyusunan KTI.
9 5. Metode memperoleh data yaitu menjelaskan cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penyusunan KTI. 6. Sistematik penulisan yaitu menjelaskan urutan dalam penulisan KTI secara sistematis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terdiri dari: Tinjauan medis, Tinajuan teori asuhan kebidanan. BAB III TINJAUAN KASUS Memuat keseluruhan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan sesuai manajemen asuhan kebidanan 7 (tujuh) langkah varney yaitu: pengkajian, interpretasi data, diagnosa, tindakan kebutuhan segera direncanakan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi tindakan, catatan perkembangan (SOAP). BAB IV PEMBAHASAN Berisi perbandingan antara teori dengan kenyataan pada kasus yang disajikan sesuai dengan langkah- langkah manajemen kebidanan. BAB V PENUTUP Terdiri dari: kesimpulan dan saran 1. Kesimpulan adalah ringkasan dari semua materi. 2. Saran itu ungkapan yang bermaksud untuk memperbaiki dari mutu pelayanan yang sudah ada. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN