BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu organisasi tentunya tidak terlepas dari sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia atau istilah asingnya sering disebut dengan Human

BAB 1 PENDAHULUAN. dukungan dari pegawai yang kompeten dan terampil. maka kemungkinan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berhasil dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang dibentuk untuk memberikan

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moral dan mental yang baik, profesional, serta sadar akan tanggung jawabnya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja. Tujuan instansi pemerintah dapat dicapai apabila manajemen

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

BAB I PENDAHULUAN. Departemen yang berada dibawah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB I PENDAHULUAN. negara. Melalui pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

Ariesta Marsitho Nugrahawan F

I. PENDAHULUAN. keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi, dalam rangka pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kegiatan atau operasional sehari-hari dengan kata lain lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia perlu dikembangkan dan ditingkatkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penundaan pada sebuah pekerjaan atau tugas yang sedang dijalani. Dinamika kerja di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Garut merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai tujuan organisasi. Kedisiplinan juga merupakan salah satu faktor dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh seorang pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Hariandja, 2002). Menurut Sumarsono (2003), Sumber Daya Manusia atau human

BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yaitu dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG JAM KERJA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DENGAN PRESTASI KERJA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah rendahnya tingkat kinerja pegawai struktural di Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat.

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah organisasi. Manajemen sumber daya manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dipilih secara khusus untuk melakukan tugas negara sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean

BAB I PENDAHULUAN. PN Taspen memperoleh kantor sendiri di Jl. Merdeka no 64 Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang dan beberapa sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan hasil dari kegiatan yang dilaksanakan. Kinerja timbul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BRI Cabang Limboto, samping kiri kantor Urusan Agama

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

PERATURAN BUPATI BULUNGAN

BAB VII DISKUSI HASIL TEMUAN PERJALANAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN ENTREPRENEUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada jaman era globalisasi seperti sekarang ini yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

I. PENDAHULUAN. dalam memberikan pelayanan pada masyarakat secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sekali, tetapi penundaan yang sekali itu bisa dikatakan dengan menundanunda

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Penjelasan UU No.8

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang professional semuanya

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bersaing menunjukan yang terbaik, karena yang terbaiklah yang akan

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

BAB I PENDAHULUAN. guru dalam proses pembelajaran. Dalam menjalankan tugasnya, seorang guru tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan mengelola sumber daya manusia yang baik merupakan suatu langkah awal

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. telah di tentukan bersama. Setiap organisasi pastilah memiliki tujuan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan turut

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya suatu organisasi tentunya tidak terlepas dari sumber daya yang ada di organisasi tersebut, baik dari segi teknologi maupun sumber daya manusia. Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber daya manusia saat ini, lebih berperan aktif sebagai subyek atau pelaku yang turut menentukan kelangsungan hidup suatu organisasi dan bukan lagi dianggap sebagai robot yang hanya melaksanakan perintah maupun kebijakan organisasi. Oleh karena itu, jika sebuah organisasi ingin lebih maju maka organisasi tersebut harus memiliki sumber daya manusia yang mampu menampilkan kinerja yang baik. Banyaknya perubahan yang terjadi, tidak begitu saja lepas dari peran manusia sebagai penentu suksesnya sebuah instansi/perusahaan. Hal ini disebabkan karena manusia merupakan satu-satunya sumber utama dari perusahaan yang tidak bisa digantikan oleh teknologi lainnya. Meski ditunjang dengan sarana dan fasilitas pendukung yang sangat lengkap, namun hal tersebut tidak akan mempunyai arti apapun tanpa adanya manusia yang mengatur, menggunakan dan memeliharanya ( As ad, 1998). Tinggi rendahnya suatu kinerja antara pegawai satu dengan yang lain akan berbeda meski jenis pekerjaan yang dikerjakan itu sama. Pegawai yang menunjukkan hasil kerja yang baik dapat dikatakan sebagai pegawai yang memiliki kinerja yang tinggi, dan sebaliknya pegawai yang menunjukkan hasil kerja yang buruk dapat dikatakan sebagai 1

2 pegawai yang memiliki kinerja yang rendah. As ad (1998) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil yang dicapai individu menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Ada beberapa contoh kasus yang berkaitan erat dengan kinerja para Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kasus yang pertama seperti yang dikutip dari (http://www.cpns.co/2011/potret-kinerja-pegawai-negeri-sipil-indonesia/, diakses pada tanggal 12 Oktober 2011) di lingkungan Pemkab Sambas banyak PNS yang tidak memperhatikan jam kerja, masuk siang, dan pulang lebih awal. Bahkan pada pukul 09.00 WIB, PNS baru berdatangan ke kantor. Hal ini jelas mengecewakan masyarakat. Apalagi pada hari Jumat, usai salat Jumat, kantor di bawah naungan Pemkab Sambas cenderung sepi sehingga pelayanan dan kinerja menjadi kurang maksimal. Tidak hanya itu, banyak PNS yang ternyata masih bersantai saat di kantor, padahal banyak yang dapat dikerjakan saat di kantor. Seperti penuturan seorang PNS, biasanya mereka beralasan tidak ada kerjaan di kantor dan hal ini yang membuat mereka santai. Contoh kasus yang kedua seperti yang dipaparkan dalam (http://www.suaramerdeka.com/harian/0209/18/slo23.html, diakses pada tanggal 12 Oktober 2011) di daerah Jawa Tengah khususnya Teras (Boyolali) disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menjadi sorotan masyarakat. Pasalnya, sebelum jam dinas kantor berakhir pukul 14.00 WIB, banyak pegawai yang sudah pulang. Untuk menjemput anak, makan siang di rumah, bahkan berbelanja ke pasar. Mereka dituduh mengkorupsi waktu dan bertindak indisipliner, sehingga ribuan PNS di lingkungan Pemkab diwajibkan mengikuti apel saat pagi dan siang.

3 Kasus yang ketiga berkaitan dengan kinerja PNS juga dikutip dari (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/10/12/98961/17-pns- Jepara-Terjaring-Operasi-Disiplin, diakses pada tanggal 12 Oktober 2011) yaitu Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jepara melakukan razia disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara. Hasilnya, sebanyak 17 oknum PNS terjaring di tiga tempat berbeda dalam operasi tersebut. Dari jumlah PNS yang terjaring tersebut, 90% merupakan guru. Sejumlah guru yang kena operasi disipiln PNS selalu memberikan alasan, kalau pada saat itu sudah selesai jam pelajaran karena sedang menjalankan semesteran. Hal itu tidak menyurutkan petugas Satpol PP untuk tetap membuat surat pernyataan disiplin PNS yang isinya tidak akan mengulangi perbuatan melanggar dan selalu mentaati tertib jam kerja. Jika keluar pada saat jam mengajar masih berlangsung, maka guru tersebut harus bisa menunjukan surat tugas yang ditandatangani oleh guru yang bersangkutan beserta pimpinan. Sedangkan untuk hukuman yang akan diberikan, hanya BKD yang berwenang sesuai dengan PP nomor 53 tahun 2010. Oleh karena itu, diharapkan setiap PNS yang akan menjalankan tugas keluar kantor harus membawa surat tugas dan ditandatangani oleh pimpinannya. Di era otonomi daerah seperti sekarang, peran dan kedudukan pegawai negeri sipil (PNS) sebagai abdi negara dan masyarakat tentu mempunyai andil yang cukup besar dalam pembangunan daerah. Kenyataan seperti beberapa contoh kasus yang telah disebutkan di atas cukup memprihatinkan, padahal kinerja pegawai yang tinggi sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi tersebut. Setiap pegawai berharap agar sukses atau berhasil dalam

4 melaksanakan tugas yang di jalaninya, yaitu mampu mencapai tujuan organisasi secara optimal tentunya dengan menghasilkan kinerja yang baik pula. Namun dari semua tugas yang dilakukan, belum tentu hasilnya memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Menurut Simamora (2001) kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor psikologis meliputi persepsi, motivasi, kepribadian, sikap, dan pembelajaran. Untuk faktor individual meliputi latar belakang, demografi, kemampuan dan keahlian. Serta faktor organisasi yang meliputi kepemimpinan, sumber daya, struktur, penghargaan, dan job design. Variabel yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai salah satunya adalah kepemimpinan. Setiap organisasi, institusi, ataupun bidang lainnya pasti memiliki seorang pemimpin untuk menjalankan kegiatan kepemimpinan di dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin sangatlah berperan dalam menentukan kinerja para pegawai, karena seorang pimpinan biasanya dijadikan panutan dan teladan oleh pegawai lainnya. Perhatian dan dukungan dari pimpinan sangatlah berpengaruh, karena pemimpin berperan sebagai sosok yang mendukung dan memberikan perhatian terhadap pegawai dalam rangka meningkatkan kinerja. Seorang pemimpin juga harus berusaha mengoptimalkan peran serta kekuatan yang ada dan meminimalkan kelemahan guna mencapai kinerja yang baik dan hendaknya mampu memberi motivasi kepada para pegawai untuk bekerja lebih baik dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga mereka merasa bersemangat dan mampu menunjukkan hasil kerja yang baik. Seorang pemimpin harus mampu menempatkan diri sebagai bagian dari anggota organisasi. Dengan kata lain,

5 pemimpin harus mampu menempatkan diri sebagai orang dalam dan tidak dirasakan atau dilihat anggota kelompok yang lain sebagai orang luar, sehingga pemimpin dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. Kepemimpinan menurut Robbins (dalam Nawawi, 2003) adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian (tujuan). Dengan kata lain, kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi semua anggota kelompok/organisasi agar bersedia melakukan kegiatan/bekerja untuk mencapai tujuan kelompok/organisasi. Kepemimpinan atau yang biasa disebut dengan istilah Leadership sering diartikan sebagai suatu jabatan formal yang pada kenyataannya, justru lebih banyak menuntut untuk mendapatkan fasilitas dan pelayanan dari institusi yang seharusnya dilayani. Dalam dunia karir, kepemimpinan sering diidentikan dengan otorisasi yang tanpa batas dan tidak mengenal toleransi maupun kompromi, di mana seorang pemimpin atau atasan yang memperlakukan para pegawai dengan sikap yang otoriter. Leader atau pemimpin adalah seseorang yang dipercaya memimpin sekelompok orang untuk mencapai target dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Mendapatkan jabatan tertinggi dari bidang pekerjaan kita adalah impian karir hampir setiap pegawai. Wanita sejak dulu memang lebih dikenal untuk memegang suatu peran domestik, dalam arti peran wanita selalu dikaitkan dengan urusan keluarga dan kerumahtanggaan sehingga akses untuk memperoleh kekuasaan juga terbatas. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan suatu persepsi dalam masyarakat bahwa wanita itu lebih baik berkonsentrasi sebagai ibu rumah tangga atau sebagai istri, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang terbatas untuk berkarya di luar

6 rumah. Namun, sekarang ini kaum wanita menghadapi beban ganda. Dari satu segi mereka perlu berusaha sendiri, tetapi di lain pihak harus lebih konsisten mengasuh anak dan mengurus keluarga. Salah satu yang menjadi perhatian, yaitu mengenai kepemimpinan wanita di lingkungan organisasi/institusi yang biasanya diisi oleh pemimpin pria. Namun dalam perkembangannya, para pegawai wanita yang dinilai potensial mulai menduduki jabatan sebagai kepala kantor. Hal ini tentunya menimbulkan keraguan akan kualitas kepemimpinan wanita tersebut, terutama dalam upaya meningkatkan kualitas organisasi yang dipimpinnya. Dalam hal ini yang menjadi objek/stimulus yang dipersepsikan adalah kepemimpinan wanita. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa persepsi terhadap kepemimpinan wanita merupakan suatu proses seseorang mengorganisasikan, menginterpretasikan, serta mengevaluasi kepemimpinan wanita (Sahrah, 2004). Secara kodrat, wanita memang berada 1 derajat di bawah kaum pria. Tetapi wanita memiliki hak yang sama dengan kaum pria untuk menjadi apapun sesuai keinginannya, begitu juga dalam dunia kerja. Kondisi demikian muncul karena adanya pandangan bahwa wanita adalah sosok yang lemah sebagai pengambil keputusan, serta kurang memiliki kompetensi yang memadai. Namun bila dicermati, wanita sesungguhnya memiliki fleksibilitas yang tinggi dan lebih memiliki potensi dibandingkan pria dalam menyentuh hal-hal yang berkaitan dengan masalah emosi, moral, sosial, dan religiusitas. Sedangkan dalam realitanya, para pemimpin wanita justru dapat berbuat lebih baik dengan membawa organisasi yang dipimpinnya melangkah lebih maju. Hal ini dikarenakan, kaum wanita memiliki ciri khas tersendiri dalam hal kepemimpinan.

7 Wanita dalam memimpin cenderung lebih demokratis atau partisipatif dibandingkan dengan kaum pria. Mereka cenderung mendorong keikutsertaan, berbagi informasi dan kekuasaan, serta berusaha meningkatkan harga diri para bawahan. Mereka memimpin melalui keahlian, hubungan, semangat merangkul, dan ketrampilan antar-pribadi untuk mempengaruhi orang lain (Gumilar, 2009). Penelitian Caliper (2005) seperti yang dikutip dalam (http://www.beautydaylily.com/a/karakteristik-unik-kepemimpinan-perempuan/, diakses pada tanggal 12 Oktober 2011) mengidentifikasikan karateristik kepemimpinan wanita, yaitu pemimpin wanita lebih tegas dan persuasif, mempunyai keinginan kuat untuk menyelesaikan tugas secepatnya dan lebih berani mengambil resiko. Pemimpin wanita juga dinilai lebih mempunyai rasa empati, fleksibel, dan sama kuatnya dalam interpersonal skill. Mampu memahami atau membaca situasi dengan akurat dan mengambil informasi dari dalam maupun dari luar sisi. Para pemimpin wanita ini bisa menuntun yang lain untuk mampu mengambil sudut pandang lain, karena mereka benar-benar mengerti dan peduli pada latar belakang lainnya sehingga orang yang dipimpin merasa lebih mengerti, terdukung dan merasa dihargai. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ka.Sub Bag.TU yang bekerja di kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Lembeyan, bahwa masih ada saja pegawai yang selama ini memiliki perilaku yang kurang positif sehingga mengganggu jalannya aktivitas di kantor tersebut. Kinerja pegawai yang rendah terlihat dari tingginya prosentase keterlambatan masuk kerja dan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Misalnya saja, ada sejumlah 21,05%

8 dari total keseluruhan pegawai yang sering terlambat masuk kerja, bahkan sampai satu jam setelah apel pagi dilaksanakan. Mereka mengungkapkan bahwa sebelum berangkat kerja, harus menyelesaikan urusan rumah tangga terlebih dahulu, dan ada yang mengantarkan anak ke sekolah dulu baru mereka berangkat ke kantor sehingga terlambat masuk kerja. Ada juga sekitar 10,53% pegawai yang akan memasuki masa pensiun, yang sering datang terlambat dan cenderung malas dalam mengerjakan tugas. Pada saat jam bekerja sedang berlangsung, memilih untuk mengobrol di luar ruangan dengan pegawai dari bagian yang lain. Selain itu, ada yang pulang sebelum waktu yang telah ditetapkan, ada saja yang absen ketika agenda rapat berlangsung dengan berbagai alasan, keterlambatan menyerahkan laporan kegiatan, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut mempengaruhi kinerja pegawai, karena hasil pekerjaannya menjadi kurang maksimal. Jabatan pimpinan di kantor tersebut dipegang oleh seorang wanita. Pimpinan yang sekarang merupakan sosok yang ramah, tegas dalam prinsip, dan mau menerima kritik. Namun beliau ketika menyampaikan sanksi yang berupa teguran lisan, tidak langsung kepada pegawai yang bersangkutan tetapi melalui pegawai lain yang dipercaya untuk menyampaikan hal tersebut. Hal inilah yang membuat pegawai kurang begitu menyadari, dan cenderung mengulangi perilaku negatif yang sama. Berdasarkan uraian di atas, maka muncul suatu rumusan masalah yaitu: Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan wanita dengan kinerja pegawai negeri sipil?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk menguji lebih lanjut seputar kepemimpinan wanita dengan

9 mengambil judul penelitian Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kepemimpinan Wanita Dengan Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Lembeyan. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan wanita dengan kinerja pegawai negeri sipil. 2. Mengetahui sumbangan efektif atau peran persepsi terhadap kepemimpinan wanita dengan kinerja pegawai negeri sipil. 3. Mengetahui tingkat persepsi pegawai terhadap kepemimpinan wanita. 4. Mengetahui tingkat kinerja pegawai negeri sipil. C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1) Bagi atasan ( khususnya pemimpin yang berjenis kelamin wanita ), dapat memberikan informasi sejauh mana keterkaitan antara persepsi terhadap kepemimpinan wanita dengan kinerja pegawai negeri sipil, sehingga pimpinan dapat menelaah upaya-upaya yang dapat dilakukan agar institusi/organisasi yang dipimpin dapat mencapai tujuan yang diharapkan melalui kinerja para pegawai yang baik.

10 2) Bagi para pegawai, dengan adanya penelitian ini diharapkan para pegawai dapat lebih memahami karakter pimpinannya terutama pemimpin wanita, sehingga kinerja pegawai menjadi lebih optimal. 3) Bagi ilmuwan psikologi, diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi serta memperkaya khasanah hasil penelitian dan pengembangan khususnya di bidang psikologi industri dan organisasi. 4) Bagi peneliti selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi serta sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian berikutnya terutama yang berkaitan dengan persepsi terhadap kepemimpinan wanita dan kinerja pegawai negeri sipil.