BAB I PENDAHULUAN. Mabes TNI yang berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI, dalam pelaksanaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan modal penting yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

PENGADILAN MILITER III-17 MANADO Jln. SamRatulangi No. 16 Manado No. Telp/Fax ;

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

BAB I PENDAHULUAN. organisasi disamping modal, material, mesin, dan sumber daya lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moral dan mental yang baik, profesional, serta sadar akan tanggung jawabnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kementerian Pertahanan adalah Kementerian Negara yang dipimpin oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (TNI) merupakan komplemen untuk mendukung tugas-tugas TNI, oleh

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik untuk diperbincangkan hingga dewasa ini. Media massa, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi pemerintah merupakan organisasi yang dibentuk untuk memberikan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

SEKRETARIAT JENDERAL

PENGADILAN MILITER III-16 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi

KATA PENGANTAR. Denpasar, Januari 2014 Pgs. Kepala Pengadilan Militer III-14. Ttd. Apel Ginting, SH. Letkol Chk NRP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Badan Kepegawaian dan Diklat

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia dan dengan kita

MEWUJUDKAN VISI PERADILAN MILITER YANG AGUNG

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

BAB II PROFIL POLITEKNIK NEGERI SEMARANG. 2.1 Sekilas tentang Politeknik Negeri Semarang

negara dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dan hasil kerja karyawan, maka karyawan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan organisasi, karena didalam sebuah organisasi seorang

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. dan gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasi dan kinerja pegawai di

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pendidikan dan Pelatihan. Pedoman.

URGENSI PERADILAN TATA USAHA MILITER DI INDONESIA. Oleh: Kapten Chk Sator Sapan Bungin, S.H.

2015 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP LOYALITAS PEGAWAI DI KANTOR DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI

Penilaian Kinerja Oleh Kepala di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah VI Tasikmalaya. Dejan Saputra ABSTRAK

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara, 2000 dalam bukunya (Riani, 2011 : 98) kinerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jenis Usaha, Nama Perusahaan, Lokasi

PENGENDALIAN INFORMASI BPJS KETENAGAKERJAAN

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

BAB I PEDAHULUAN. Seperti diketahui, setiap perusahaan atau intansi-intansi ingin

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap instansi yang didirikan mempunyai harapan bahwa pegawai dapat. tinggi dan berkualitas dalam bidang pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamba

BAB II DESKRIPSI INSPEKTORAT JENDERAL DAN PERBENDAHARAAN TNI

I. PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. satu perangkat daerah yang memiliki Kegiatan Produksi holtikultura, Peningkatan

BERITA NEGARA. Disiplin Kerja. Pegawai Negeri Sipil. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BAB I PENDAHULUAN. Fokus utama suatu organisasi adalah untuk mencapai suatu keberhasilan

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

I. PENDAHULUAN. material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALUKU TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu institusi pemerintahan yang memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. kepadanya dengan baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku.

Tantangan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah. dengan menggali segenap potensi yang terdapat di wilayah Indonesia, baik darat,

I. PENDAHULUAN. Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung adalah Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Pegawai negeri yang sempurna menurut Marsono adalah pegawai negeri yang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

1.1.2 Visi dan Misi a. Visi Terwujudnya masyarakat informasi Jawa Barat melalui penyelenggaran komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

Sumber :

MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam

1. UU Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 2. PP Nomor 10 Tahun 1979 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil SKRT tahun 2001, angka kesakitan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 26 TAHUN 2O16 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi, manajemen sumber daya manusia memiliki peranan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat Penerangan (Puspen) TNI adalah Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) Mabes TNI yang berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah koordinasi Kepala Staf Umum TNI (Kasum TNI). Puspen TNI bertugas menyelenggarakan transformasi informasi penerangan TNI secara terpadu dan mengembangkan sistem informasi penerangan untuk mendukung tugas pokok TNI. Secara umum Puspen TNI mempunyai fungsi utama antara lain menyelenggarakan publikasi penerangan TNI untuk memberikan informasi resmi kepada prajurit dan masyarakat, produksi dan dokumentasi yang berhubungan dengan peliputan obyek kegiatan penerangan TNI, menyelenggarakan pengelolaan informasi dan komunikasi melalui media massa untuk membentuk dan menciptakan opini guna kepentingan TNI dan pengembangan sistem informasi penerangan sesuai fungsi penerangan militer. Selain itu, berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), Puspen TNI ditunjuk sebagai Kepala Pengelola Informasi dan Dokumentasi TNI. Keluarnya UU ini merupakan momentum penting dalam mendorong keterbukaan di Indonesia, khususnya di lingkungan TNI. UU ini telah memberikan landasan hukum terhadap hak setiap orang untuk 1

2 memperoleh Informasi Publik dimana setiap badan publik mempunyai kewajiban dalam menyediakan dan melayani permohonan Informasi Publik secara cepat, tepat waktu, biaya ringan dan cara sederhana termasuk TNI. Tugas dan fungsi Puspen TNI sangat strategis dalam upaya membangun citra positif TNI di mata masyarakat ditambah dengan tuntutan untuk dapat menyediakan akses informasi publik, oleh karena itu kinerja karyawan Puspen TNI dituntut lebih optimal agar mampu menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang maupun pimpinan TNI. Akan tetapi sebagaimana layaknya organisasi militer, sifat feodal dan pragmatis serta otoriter masih diterapkan para pemimpinnya dalam menjalankan organisasi Puspen TNI. Sesuai dengan fungsinya, peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi sehinga menjadi salah satu motif yang mendorong manusia untuk menyelidiki secara mendalam terkait dengan kepemimpinan. Selain dari pada itu pemimpin juga sangat berperan terhadap tumbuh kembangnya budaya organisasi yang ada di dalam organisasinya. Baik dan buruknya suatu organisasi adalah tergantung dari kondisi atau iklim organisasi yang diciptakan oleh pemimpinnya yang nantinya terbentuk menjadi suatu budaya organisasi di dalamnya. Kepemimpinan juga merupakan bagian dari suatu seni, di mana setiap pemimpin memiliki gaya dan seni tersendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap pemimpin dalam memberikan perhatian untuk membina, menggerakkan dan mengarahkan semua potensi anggota di lingkungan organisasinya memiliki pola yang berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan oleh karena gaya dan

3 seni kepemimpinan yang ada dalam diri pribadi seorang pemimpin berbeda-beda. Meski memiliki gaya yang berbeda, kepemimpinan di lingkungan organisasi militer tetaplah bergaya otoriter, demikian pula dengan budaya organisasi yang ada di dalamnya, tidak terlepas pula dari budaya organisasi khas militer. Organisasi Puspen TNI dengan Satuan kerja yang ada baik Subdispenum, Subdispenpas, Subdisproddok, Subdisinfonet dan Subdislissapen dibawah kepemimpinan Mayjen TNI Fuad Basya yang pada saat penelitian dilakukan yang bersangkutan masih menjabat sebagai Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, tidak terlepas dari pengaruh gaya kepemimpinan otoriter dengan budaya organisasi yang juga khas militer. Hal ini sangat beralasan di mana dengan pertimbangan bahwa sebagai organisasi militer maka Puspen TNI tetap memerlukan kepemimpinan yang bersifat otoriter untuk menegakkan disiplin militer yang kuat. Tanpa tegaknya disiplin militer yang kuat organisasi militer hanya akan merupakan gerombolan bersenjata yang akan membahayakan kondisi hukum itu sendiri. Meskipun kondisi tersebut dapat dimaklumi dan dianggap sesuatu yang biasa, akan tetapi gaya kepemimpinan militer yang otoriter dengan ikatan budaya organisasi khas militer di Puspen TNI berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja personel dimana salah satu indikasinya target organisasi tidak bisa tercapai secara optimal. Beberapa personel Puspen TNI yang memiliki disiplin dan moril personel yang rendah seperti sering terlambat apel pagi/ apel siang, sering izin, sering tidak masuk/ mangkir hingga pada tingkatan yang lebih berat melaksanakan disersi, adalah beberapa indikator menurunnya kinerja personel.

4 Dari data primer yang didapatkan di lokasi penelitian diperoleh fakta bahwa selama periode tahun 2014-2015, dari personel Puspen TNI yang berjumlah 158 orang dapat diketahui bahwa rata-rata personel yang terlambat apel setiap harinya berjumlah 8 personel, melaksanakan izin tidak masuk karena beberapa alasan berjumlah 5 personel, tidak mengikuti apel pagi karena beberapa alasan berjumlah 7 personel, tidak mengikuti apel siang karena beberapa alasan berjumlah 16 personel dan personel yang sering tidak masuk karena beberapa alasan berjumlah 4 personel. Gaya kepemimpinan otoriter dan budaya organisasi khas militer juga berpengaruh terhadap hasil kerja yang tidak maksimal karena dalam melaksanakan tugas pekerjaannya hanya sekedar melaksanakan kewajiban tugas, dengan mengenyampingkan hasil yang memuaskan dan maksimal seperti yang diharapkan. Sebagian dari mereka ada pula yang memilih pindah tugas atau mutasi ke satuan kerja lain karena menganggap lingkungan kerja yang sudah kurang bersahabat dan kurang menjanjikan bagi peningkatan karier mereka. Sedangkan khusus bagi mereka yang tetap bertahan umumnya karena beberapa pertimbangan seperti menyadari risiko dinas / bertugas di lingkungan militer yang memang terikat dengan hirarki dan komando yang kuat. Data primer dari lokasi penelitian menunjukkan bahwa selama periode tahun 2014-2015, 6 personel tercatat mengajukan mutasi pindah ke satuan kerja lain karena beberapa alasan dan pertimbangan. Permasalahan lain berkaitan dengan gaya kepemimpinan otoriter dan budaya organisasi komando adalah pemberdayaan SDM atau personel yang tidak merata. Sesuai dengan gaya kepemimpinan militer yang otoriter membutuhkan segala sesuatu

5 dilaksanakan dengan cepat dan tepat maka bagi SDM/ personel yang memiliki kemampuan lebih dari rekan-rekannya pada umumnya memiliki porsi dan tekanan kerja yang lebih berat dibandingkan personel yang memiliki kemampuan standard. Namun kenyataannya, atasan/ pemimpin cenderung selalu memilih personel golongan pertama untuk membantu menyelesaikan tugas-tugasnya daripada melakukan pembinaan secara bertahap dan berkesinambungan terhadap personel yang berkemampuan standard. Pertimbangan utama memang dapat dimaklumi, mempercepat pekerjaan, sedangkan untuk pembinaan memang tetap dijalankan akan tetapi hasilnya tidak saat itu pula dapat diharapkan karena membutuhkan proses panjang, tergantung dari kemampuan dan kemauan personel dalam meningkatkan kemampuan dirinya. Akibatnya personel kelas satu lah yang selalu diandalkan untuk tugas-tugas penting dengan beban kerja yang menumpuk, sedangkan di sisi lain, sebagian personel kelas dua hanya diberdayakan untuk tugas-tugas ringan yang kurang menantang. Masalah penerapan reward and punishment juga belum dapat dilaksanakan secara baik. Pemberian reward (penghargaan) yang tepat terhadap mereka yang tergolong personel kelas satu yang diandalkan organisasi untuk tugas-tugas tertentu. Pemberian rewards di sini bukan serta merta diberikan dalam bentuk materi, akan tetapi peluang karier/ kepangkatan dan kesejahteraan lain pun harus lebih diperhatikan dibanding personel yang berkemampuan standard. Apabila ini dikesampingkan di mana kurang adanya rewards serta kesejahteraan pun dipukul sama rata dengan alasan sederhana yakni dikategorikan sebagai sebuah risiko anggota

6 militer. Alhasil organisasilah yang akan rugi karena beberapa personel melakukan pelampiasan diawali pelanggaran ringan seperti disiplin hingga disersi yang penyelesaiannya untuk personel militer harus melalui Mahkamah Militer. Disamping itu, penilaian kinerja baik personel militer maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS) Puspen TNI dikenal dengan sebutan Daftar Penilaian Perwira/Bintara/Tamtama/PNS Puspen TNI, masih kurang obyektif karena rata-rata hasil penilaiannya masih dalam kategori baik. Padahal apabila dilihat dari kondisi sehari-hari masih ditemukan beberapa prajurit Puspen TNI yang tidak melakukan tugas dan fungsinya dengan baik seperti tidak melaksanakan pekerjaannya di saat jam kerja, keluar kantor, datang apel pagi dan masuk kantor lagi menjelang apel siang dan sebagainya. Kondisi yang ada di lingkungan organisasi militer yang bidang tugasnya di lingkungan staf seperti halnya organisasi Puspen TNI juga memerlukan pertimbangan adanya dua status personel yang bekerja di lingkungan organisasi tersebut yakni personel dari militer dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Untuk personel yang berstatus militer, kepemimpinan dan budaya organisasi militer yang otoriter dan berciri tanpa kompromi merupakan sesuatu yang biasa, namun tidak demikian dengan personel berstatus sipil atau PNS, di mana kepemimpinan dan budaya organisasi yang ada membuatnya merasa tertekan dalam melakukan tugas dan fungsinya sehari-hari. Permasalahan gaya kepemimpinan dan budaya organisasi yang berpengaruh terhadap hasil kerja Puspen TNI tersebut semakin bertambah dengan adanya fakta kondisi dan kualitas SDM yang masih belum memenuhi persyaratan. Dari fakta di

7 lapangan diketahui dari Personel Puspen TNI saat ini yang berjumlah 158 personel terdiri dari 99 personel militer dan 59 personel Pegawai Negeri Sipil (PNS), diketahui kurang dari 1 % personel yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana setingkat S1 ilmu komunikasi atau hanya 13 orang yang memiliki latar belakang ilmu komunikasi yaitu 11 personel militer dan 2 personel PNS TNI. Dengan latar belakang pendidikan tersebut berdampak pada kurang maksimalnya kinerja Puspen TNI. Beberapa tugas belum dapat dilaksanakan secara maksimal yang berpengaruh pada hasil yang dicapai. Pembangunan opini dan citra positif TNI di mata masyarakat belum dapat terlaksana dengan maksimal. Berangkat dari gambaran kondisi organisasi Puspen TNI di atas, peneliti akhirnya tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang pengaruh kepemimpinan gaya otoriter dan budaya organisasi terhadap kinerja personel Puspen TNI. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan masukan dan sumbang pemikiran bagi pemimpin TNI, khususnya pimpinan organisasi Puspen TNI dalam mewujudkan terciptanya kinerja personel yang optimal di masa yang akan datang. Sejauh analisa penulis, berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya belum pernah ditemukan penelitian yang mengkaji secara khusus tentang pengaruh kepemimpinan gaya otoriter dan budaya organisasi terhadap kinerja personel di lingkungan organisasi TNI.

8 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : a. Disiplin beberapa personel Puspen TNI mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan adanya personel yang terlambat apel, ijin tidak masuk maupun karena beberapa alasan tidak melaksanakan apel pagi maupun apel siang. b. Beberapa personel Puspen TNI tidak melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik seperti tidak melaksanakan pekerjaannya di saat jam kerja, keluar kantor, datang apel pagi dan masuk kantor lagi menjelang apel siang dan sebagainya. c. Sistem Penilaian Perwira/Bintara/Tamtama/PNS Puspen TNI tidak sesuai dengan realita dimana rata-rata personel Puspen TNI memperoleh nilai yang bagus namun masih ditemukan personel pada saat jam kerja tidak melakukan kegiatan sesuai dengan tugas pokoknya. d. Penerapan reward dan punishment belum dilaksanakan dengan baik e. Terdapat personel Puspen TNI yang tertekan dengan gaya kepemimpinan dan budaya organisasi yang khas militer walaupun tetap melaksanakan tugas yang dibebankan.

9 f. Pembagian tugas belum merata sehingga terdapat personel yang mendapatkan tugas berlebihan, sementara beberapa personel lain tidak bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. g. Sebagian besar personel tidak memiliki latar belakang pendidikan sarjana komunikasi yaitu kurang lebih 1 % saja yang berdampak pada hasil kinerja Puspen TNI. h. Terdapat beberapa personel yang kurang puas terhadap gaya kepemimpinan dan budaya organisasi khas militer sehingga mengajukan mutasi/ pindah ke satuan kerja lain. i. Target organisasi tidak tercapai karena kinerja personel tidak sesuai dengan harapan organisasi 1.2.1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti dapat merumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : a. Apakah gaya kepemimpinan otoriter berpengaruh terhadap kinerja personel Puspen TNI. a. Apakah Budaya Organisasi berpengaruh terhadap kinerja personel Puspen TNI. b. Apakah Kepemimpinan Otoriter dan Budaya Organisasi berpengaruh secara bersama- sama terhadap kinerja personel Puspen TNI.

10 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kepemimpinan otoriter dan budaya organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja personel di lingkungan organisasi Puspen TNI. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pemimpin TNI pada umumnya maupun pemimpin yang berada di organisasi Puspen TNI pada khususnya dalam menjalankan pola kepemimpinannya di masa yang akan datang. 1.3.2. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang dijelaskan di atas, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Kuat pengaruh kepemimpinan gaya otoriter terhadap kinerja personel Pusat Penerangan TNI? 2. Kuat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja personel Pusat Penerangan TNI? 3. Kuat pengaruh kepemimpinan Gaya Otoriter dan budaya organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja personel Pusat Penerangan TNI? 1.4. Manfaat Penelitian a. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan bagi organisasi militer (TNI) umumnya dan organisasi Puspen TNI pada

11 khususnya dalam menerapkan pola dan gaya kepemimpinan otoriter serta budaya organisasi di mana kedua variabel penelitian tersebut pada kenyataannya memiliki pengaruh kuat terhadap kinerja personel. Dengan melihat pengaruh yang ada ini diharapkan terjadinya evaluasi dan perubahan terhadap budaya organisasi dan kepemimpinan otoriter yang dapat mewujudkan peningkatan kinerja personel. b. Teoritis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan TNI. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan ataupun sumber informasi kepustakaan bagi para peneliti lain yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan masalah kepemimpinan otoriter, budaya organisasi, dan kinerja personel. c. Praktis. Dapat memberi masukan kepada institusi TNI pada umumnya dan organisasi Puspen TNI pada khususnya tentang gaya dan pola kepemimpinan militer yang otoriter dan budaya organisasi yang berpengaruh kuat kepada kinerja personel sehingga diharapkan gaya kepemimpinan militer yang otoriter dan budaya organisasi di masa mendatang mengalami sedikit pembenahan/ perubahan sehingga dapat meningkatkan kinerja setiap personel organisasi militer termasuk personel Pusat Penerangan TNI. Bila kondisi ini tercapai maka pada gilirannya tujuan dan target organisasi pun dapat tercapai secara optimal.