BAB IV PENUTUP. cendrung lebih longgar. Dari hasil analisa yang penulis lakukan mengenai

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN POLA REKRUTMEN POLITIK ANTARA PARTAI POLITIK ISLAM DAN NASIONALIS PADA PEMILU 2014.

BAB III PEMBAHASAN. keberadaan partai politik akan sulit untuk dihindarkan hal ini didasari karna

PERBANDINGAN POLA REKRUTMEN POLITIK ANTARA PARTAI POLITIK ISLAM DAN NASIONALIS PADA PEMILU

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

V. PENUTUP. seterusnya. Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang dinyatakan

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

Pembaruan Parpol Lewat UU

BAB III PEMBAHASAN. merupakan kader terbaik atau pilihan terbaik dari partai politik.

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME REKRUTMEN BAKAL CALON ANGGOTA LEGISLATIF DI DPD PARTAI HANURA JAWA TIMUR MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2011 DAN FIQH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

PERATURAN ORGANISASI

I. PENDAHULUAN. Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan,

BAB VII PENUTUP Kesimpulan. kualitas dan kuantitas pemilih dalam menggunakan hak pilihnya. Relawan

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016. Tentang

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

Rekrutmen Calon Legislatif Pada Pemilu 2014 (Studi Kasus Mengenai Rekrutmen Politik PPP di Dapil I dan V di Kabupaten Sampang, Jawa Timur)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel V.1 Jenis Kelamin Responden

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

III. METODE PENELITIAN. ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang didasarkan pada data

ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENGURUS PUSART IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERSI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

UU 4/2000, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU

Kuesioner Kualitas calon legislatif perempuan Sumut. I. Identitas Diri 1. Nama : Usia :...Thn 3. Alamat :...

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PERBANDINGAN REKRUTMEN PARTAI POLITIK TERHADAP CABUP DAN CAWABUP PILKADA KABUPATEN JEMBER 2015 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

KEPPRES 6/2001, PENCABUTAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 1967 TENTANG AGAMA, KEPERCAYAAN, DAN ADAT ISTIADAT CINA

BAB I PENDAHULUAN. proses politik sudah masuk dalam obrolan masyarakat sehari hari mulai dari

DINAMIKA REKRUTMEN POLITIK CALON KEPALA DAERAH DALAM PEMILIUKADA SERENTAK TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB 7 PENUTUP. dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan

Ketua Umum mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan Partai di tingkat Wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP

BAB V PENUTUP. Kesimpulan penelitian disusun berdasarkan pengolahan dan analisis data

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

I. UMUM.

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan berisi tentang temuan-temuan hasil

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur.

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

ATURAN PEMILU RAYA KM-ITB 2013

UNDANG-UNDANG DASAR IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUKAAN

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB 2 PROFIL PARTAI NASDEM

PROSES PENETAPAN CALON LEGISLATIF (CALEG) PARTAI POLITIK UNTUK PEMILIHAN UMUM

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. politik misalnya, hasil perubahan UUD 1945 tahun mengamanatkan,

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LAMPIRAN. Daftar Informan. Waktu. Tanggal 1 Novemvber 2016 pukul WIB. Tanggal 1 November WIB

TANTANGAN DAN PROSPEK PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Rekrutmen politik dalam tubuh partai disadari memiliki peranan penting dalam nentukan kualitas organisasi kepartaian, dan pada dasarnya rekrutmen politik yang dijalankan oleh partai lebih dominan dipengaruhi oleh tingkat partisipasi dan ketersediaan kader untuk diusulkan menjadi kandidat politik. Semakin banyak peminat dalam seleksi rekrutmen politik akan menentukan pola seleksi yang lebih ketat dan semakin rendah partisipasi kandidat dalam mengikuti seleksi rekrutmen politik akan mengakibatkan pola seleksi yang cendrung lebih longgar. Dari hasil analisa yang penulis lakukan mengenai pola rekrutmen politik antara Partai PPP dan NasDem dapat disimpulkan bebrapa hal antara lain : 1. Proses Rekrutmen Proses rekrutmen politik yang dijalankan oleh Partai PPP dan NasDem tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam tahapan pelaksanaanya, kedua partai tersebut sama-sama menerapkan seleksi tiga tahap yang meliputi tahap sertifikasi yaitu tahap pendefinisian kriteria yang dapat masuk dalam kandidasi dan berbagai hal yang mempengaruhi sertifikasi meliputi atutran-aturan pemilihan, aturan-atuaran partai, dan norma norma sosial informal. Tahap kedua yaitu tahap penominasian meliputi ketersediaan calon yang memenuhi syarat dan permintaan dari 149

penyeleksi ketika memutuskan siapa kandidat yang dinominasikan. Tahap ketiga adalah pemilu yaitu tahap terahir yang memutuskan siapa yang lolos dalam rekrutmen politik yang ditentukan lewat kemenanganya dalam pemilu. 2. Penominasian Kandiadat. Mengenai siapa kandidat yang berhak mengikuti seleksi antara Partai PPP dan NasDem sama-sama mengunakan pola inklusif dengan berbagai pesyaratan tambahan yang diajukan partai dimana setiap warga negara yang memenuhi syiarat berhak untuk mengikuti proses seleksi yang diadakan kedua partai namun pebedaan yang ada disisni lebih dominan terletak pada kualifikasi kandidat yang akan mendaftarkan diri, untuk Partai PPP pada dasarnya setiap warga negara berhak untuk mengikuti proses seleksi namun disini lebih spesifik Partai PPP mensyaratkan setiap kandidat yang akan mendaftar harus berlatar belakan Islam atau muslim, sedangkan untuk Partai NasDem syarat kualifikasi hanya sebatas aturan formal yang tercantum dalam udang-undang pemliu tanpa ada pemisahan dari klompok atau golongan tertentu. 3. Penyeleksi Kandidat. Dalam penyeleksian kandidat antara Partai PPP dan NasDem mengunakan pola yang sama yaitu cendrung besifat eklusif dimana baik Partai PPP atau NasDem menbentuk lembaga khusus yang diberikan mandat untuk melakukan proses seleksi dan keberadaan lembaga tersebut terdesentalisasi disetiap distrik pemilihan yaitu ditingkat DPP, DPW, dan 150

DPD. Pada Partai PPP nama lembaga penyeleksi disebut Lembaga Pemenangan Pemilu (LP2) sedangkan di Partai NasDem nama lembaganya disebut Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu). Kedua lembaga tersebut dalam prisip kerjanya diamanatkan untuk bersifat netral tanpa meberikan porsi pembedaan antara kandidat dari internal partai atau ekternal partai, namun yang perlu untuk diperbaiki disini adalah masih adanya Caleg dari kedua partai yang ikut terlibat dalam struktur tim penyeleksi sehingga prinsip netralitas lembaga akan dirasa tabu selama masih adanya keterlibatan Caleg yang terlibat dalam kepeanitiaan seleksi. 4. Kandidat Diseleksi. Dalam menganalisa dimana kandidat diseleksi dapat dijelaskan bahwa Partai PPP melakukan proses seleksi kandidat mengunakan pola desantalisasi pada tiap tingkatan, hal sebut disimpulkan berdasarkan proses penyeleksian kadidat yang secara penuh dialakuakan oleh masing masing distrik pemilihan mulai dari penjajakan, pengusulan, seleksi, sampai dengan pemutusan. Sedangan untuk Partai NasDem dalam melakukan proses seleksi kandiat mengunakan pola titik tengah antara seleksi terpusat (metode sentralistik) dan seleksi secara eksklusif oleh penyeleksi partai lokal atau kelompok sosial intra partai atau kelompokkelompok seksional (metode desentralisaisi). Kesimpulan tersebut dibuktikan dengan adanya batasan wewenang yang dimiliki oleh tiap-tiap tingkatan struktur partai dalam melakukan 151

seleksi kandidat, dimana untuk tingakat pimpinan cabang (DPC) dan DPD kewenanganya pada saat seleksi terbatas hanya pada tahapan menjaring dan merekomendasikan. Sedangkan pada tingkatan DPW kewenanganya bertambah selain menjaring dan merekomendasikan, kewenangan lain yang diberikan untuk DPW yaitu menyaring atau menyeleksi, yang selanjutnya kebijakan untuk memutuskan kandidat yang akan diusung kewenangan penuh terletak pada DPP Partai NasDem Pusat. 5. Kandidat Diputuskan. Tentang bagaimana kandidat diputuskan antara Partai PPP dan Partai NasDem, dalam hal ini sama-sama menggunakan pola seleksi pemilihan yang berlangsung secara demokratis dengan menggunakan prosedur khusus yang dimiliki masing-masing partai. Lewat panitia seleksi LP2 dan Bappilu kedua partai berupaya menghadirkan pola seleksi setransparan mungkin sampai pada tahap pemutusan. Adapun perbedaan antara kedua partai disini terletak pada kewenangan struktural masingmasing partai dalam memutuskan kandidat, dimana pada Partai PPP pimpinan partai mulai dari DPP sampai dengan DPD, berhak untuk memutuskan kandidat mana saja yang lolos seleksi berdasarkan distrik wilayah yang menjadi kewenanganya. Sedangkan pada Partai NasDem seperti yang disebutkan pada bagian diamana kandidat diseleksi kewenangan memutuskan secara mutlak berada pada pimpinan pusat atau 152

DPP saja namun hal tersebut juga tetap meperhatikan pertimbangan dari struktur partai dibawahnya. B. Saran Dalam rekrutmen politik untuk Partai PPP disarankan untuk melakukan agenda pengkaderan yang lebih teliti agar kendala ketersediaan calon kandidat saat rekrutmen politik dapat terpenuhi sebagaimana mestinya, dalam hal ini pelunya pemetaan yang berkelanjutan untuk menjawab tantang rekrutmen politik kedepan, perlu dirumuskan sedemikian rupa agar tunastunas muda yang akan menjadi penerus partai dapat terfasilitasi dengan baik. Lebih lanjut jika Partai PPP konsisten terhadap kualifikasi keislaman yang harus dimiliki oleh setip calon kandidat makan adanya training-training kepemimpinan dan tahapan pengkaderan yang terumus pada AD/ADR partai harus dilaksanakan dengan semestinya, hal ini perlu dilakukan agar orientasi dari rekrutmen politik yang dijalankan oleh PPP dapat dilihat berdasarkan hasil pekanderaya. Sedangkan untuk untuk Partai NasDem perlu disarankan disini adalah kosistensi Partai NasDem dalam menghadirkan wajah partai sebagai partai dengan tipologi kader, karna dilihat dari hasil penelitian ini Partai NasDem dalam rekrutmen politik masih menberikan kelonggaran bagi kandidat mana saja yang akan mendaftarkan diri dalam bursa pencalonan tanpa sebelumnya melewati agenda pengkaderan. Hal itu perlu dilakukan agar ideologi dan 153

trenformasi misi Partai NasDem yang mengusung gerakan restorasi dapat dipahamkan secara menyeluruh pada setiap kandidat. Saran terahir pada kedua partai adalah pada saat melakukan pelembagaan panitia rekrutmen politik perlu dibatasinya keterlibatan calon kadidat dalam struktur kepanitiaan, hal ini perlu dilakukan agar etika netralitas dalam melakukan rekrutmen politik dapat senantiasa terjaga. 154