BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia diimplementasikan dalam bentuk pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata, meyeluruh dan terjangkau. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam membangun pelayanan kesehatan tersebut adalah dengan mendirikan berbagai institusi/penyelenggara pelayanan kesehatan. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi/penyelenggara pelayanan kesehatan memiliki tugas untuk peyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan yang paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna merupakan pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari setiap tahapan pelayanan kesehatan yang telah diuraikan tersebut, baik promotif sampai dengan rehabilitatif sangat membutuhkan dukungan perbekalan farmasi yang berkualitas. Perbekalan farmasi berkualitas sangat dibutuhkan dalam tiap tahapan pelayanan kesehatan karena perbekalan farmasi termasuk dalam salah satu aspek proses pelayanan kesehatan. Aspek proses pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/MenKes/SK/X/2004, pengelolaan 1
perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian adalah dua fungsi utama dari standar pelayanan farmasi rumah sakit di Indonesia. Perbekalan farmasi merupakan sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis. Obat sebagai salah satu bagian dari perbekalan farmasi menjadi sangat penting di Rumah Sakit karena sekitar 80 % kunjungan pasien ke dokter menghasilkan resep atau pemberian injeksi sedangkan pada rawat inap, tiap pasien dapat menerima enam sampai delapan jenis obat yang berbeda (Siregar dan Amalia, 2003). Dalam hal ini peran farmasi menjadi sangat penting terkait penyediaan obat dan juga penggunaannya yang tepat (Siregar dan Amalia, 2003). Pengelolaan obat merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Depkes RI, 2004). Sebagai pihak satu satunya yang berwenang mengelola dan mengendalikan obat di Rumah Sakit adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Instalasi Farmasi Rumah Sakit termasuk salah satu dari banyak bagian atau divisi Rumah Sakit. Instalasi tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar pada perkembangan profesionalitas Rumah Sakit dan juga terhadap ekonomi serta biaya total operasional Rumah Sakit, disebabkan adanya hubungan timbal balik dengan dan saling tergantungnya pelayanan pelayanan lain pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Siregar dan Amalia, 2003). 2
Rumah Sakit Umum Daerah Sleman merupakan Rumah Sakit milik pemerintah yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas B non-pendidikan sejak tahun 2003 sampai saat ini. Berdasarkan Keputusan Bupati Sleman Nomor: 384/Kep.KDH/A/2010 terhitung dari tanggal 27 Desember 2010, RSUD Sleman secara resmi telah ditetapkan sebagai BLUD dengan status penuh. Penetapan sebagai BLUD penuh diharapkan dapat berdampak terhadap peningkatan kinerja pelayanan, keuangan dan manfaat bagi masyarakat secara signifikan. Standar pelayanan rumah sakit RSUD Sleman meliputi enam belas pelayanan yang terdiri dari administrasi dan manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis, pelayanan farmasi, K3, pelayanan radiologi, pelayanan laboratorium, pelayanan kamar operasi, pelayanan pengendalian infeksi, pelayanan perinatal resiko tinggi, pelayanan rehabilitasi medik, pelayanan gizi, pelayanan intensif dan pelayanan darah. Keenambelas pelayanan tersebut telah diakreditasi lulus tingkat lengkap oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit sejak 12 Oktober 2011 sampai dengan 12 Oktober 2014. Pengelolaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman dilakukan sepenuhnya oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman berada dibawah bidang penunjang dan sarana. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman dipimpin oleh seorang apoteker dibantu dengan 32 karyawan Instalasi Farmasi. Kegiatan pengelolaan obat itu sendiri terbagi dalam empat fungsi utama yaitu selection, procurement, distribution dan use (Embrey et al., 2012). 3
Pengelolaan obat yang semakin bertambah besar di IFRS RSUD Sleman ditunjukkan dengan pertambahan jumlah lembar resep yang masuk ke IFRS. Jumlah lembar resep yang masuk di IFRS RSUD Sleman periode 2009 sampai 2011 diperlihatkan pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah Lembar Resep Rawat Jalan dan Rawat Inap di Instalasi Farmasi RSUD Sleman Tahun Jumlah Lembar Resep Rawat Jalan Jumlah Lembar Resep Rawat Inap Jumlah lembar Resep Masuk ke IFRS 2009 56719 24900 81619 2010 59366 23958 83324 2011 69783 16904 86687 Sumber Data : Instalasi Farmasi RSUD Sleman Dalam tabel 1 dapat dilihat peningkatan jumlah lembar resep yang masuk ke IFRS. Namun dalam tabel tersebut belum mewakili semua resep yang beredar di RSUD Sleman karena perhitungan dilakukan hanya pada resep yang masuk ke IFRS RSUD Sleman. Pertambahan jumlah lembar resep yang masuk ke IFRS berakibat terhadap semakin bertambah besarnya kebutuhan obat di RSUD Sleman. Pertambahan jumlah kebutuhan obat di Instalasi Farmasi RSUD Sleman akan menghasilkan berbagai kendala pengelolaan obat yang kompleks di IFRS. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diperlukan pengelolaan obat secara efisien disesuaikan dengan perkembangan rumah sakit. Penelitian mengenai trend pengelolaan obat ini sebelumnya belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman sehingga dapat menjadi sarana bagi Rumah Sakit untuk mengevaluasi pengelolaan obat di Rumah Sakit tersebut. Menurut periode tahun yang akan dianalisis dapat diperoleh gambaran trend pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman. 4
Kegunaan lain, dari analisa trend ini adalah sebagai monitoring jangka panjang dari pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman. Monitoring yang sistematis dan berkelanjutan sangat penting untuk menjamin kinerja organisasi pada track yang sesuai, meningkatkan kinerja, dan mencapai tujuan jangka panjang (Embrey et al., 2012). Berdasarkan penjelasan di atas maka diperlukan analisis trend untuk mengetahui trend efisiensi dan gambaran pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Sleman. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan penentuan kebijakan pengelolaan obat di RSUD Sleman pada tahun selanjutnya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas mendorong peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman tahun 2009, 2010 dan 2011? 2. Seperti apakah trend pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman periode tahun 2009 2011? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian Analisis Trend Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman periode 2009 2011 terdiri dari dua macam, yaitu : 1. Mengetahui gambaran pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman tahun 2009, 2010 dan 2011 5
2. Mengetahui trend pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman periode tahun 2009 2011 D. Keaslian Penelitian Berdasarkan studi pustaka dan sepengetahuan penulis, penelitian tentang analisis trend pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Sleman periode 2009 2011 belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan penulis dapat dilihat pada tabel 2. 6
Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Nama Tujuan Penelitian Rezkiah (2005) Melakukan analisis trend manajemen obat di Instalasi Farmasi RSUD Liun Kendage Tahuna periode 2001 2003 Yusransyah (2009) Mengetahui bagaimana pengelolaan persediaan obat pada tahap perencanaan, pengadaan dan penyimpanan di Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul Fakhriadi (2010) Memahami kondisi efisiensi pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung pada tahap selection, procurement, distribution dan use Peneliti (2013) Mengetahui trend pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman periode tahun 2009 2011 Perbedaan Tujuan penelitian sebelumnya berbeda, yaitu : a. Yusransyah (2009) Bertujuan untuk mengetahui pengelolaan obat tahap perencanaan, pengadaan dan penyimpanan b. Fakhriadi (2010) Bertujuan untuk memahami kondisi efisiensi pengelolaan obat sehingga terdapat perbedaan tujuan penelitian antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya Lokasi Penelitian RSUD Liun Kendage RSU PKU Muhammadiyah Bantul Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Setiap peneliti berbeda lokasi penelitian sehingga terdapat perbedaan lokasi penelitian antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya 7
Tabel 2. Lanjutan Nama Rancangan Penelitian Rezkiah (2005) Deskriptif analisis Yusransyah (2009) Deskriptif analisis Fakhriadi (2010) Deskriptif analisis Peneliti (2013) Deskriptif analisis Perbedaan Tidak terdapat perbedaan Indikator Procurement, distribution dan use Procurement dan distribution Selection, procurement, distribution dan use Selection, procurement, distribution dan use Indikator penelitian sebelumnya berbeda, yaitu : a. Rezkiah (2005) Indikator yang digunakan procurement, distribution dan use b. Yusransyah (2009) Indikator yang digunakan berupa Procurement dan distribution sehingga terdapat perbedaan indikator antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya Pengumpulan data Observasi dokumen dan wawancara Observasi dokumen dan diskusi kelompok kecil Observasi dokumen dan wawancara Observasi dokumen dan wawancara Metode pengumpulan data penelitian sebelumnya berbeda, yaitu pada penelitian Yusransyah (2009) menggunakan diskusi kelompok kecil sehingga terdapat perbedaan metode pengumpulan data antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. 8
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada pihak Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman untuk meningkatkan mutu pengelolaan obat diikuti dengan mutu pelayanan kefarmasian yang meningkat. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sleman dalam mengambil kebijakan terkait pelayanan kefarmasian dan kinerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman 9