BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui

PELATIHAN DAN LOKAKARYA ICT DALAM UPAYA PERCEPATAN PEMERATAAN MUTU PENDIDIKAN DI DAERAH TERTINGGAL

Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah, saat ini

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode Pra eksperimen, dengan desain penelitian one group

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur dalam. manusia (human development index) yang dikembangkan oleh United Nations

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalahan yang dikaji yaitu tentang pemanfaatan modul mnemonic

IMPROVED STUDENT LEARNING THROUGH MOTIVATIONAL COUNSELING

SKRIPSI. Oleh. Dewi Nindya Sari NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Afrilia Rahmani R, 2014

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu dengan menggunakana cara dan aturan metodologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam pelaksanaanya, penulis membuat dua kelompok yang pertama yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 MANAJEMEN DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil Training Need Analysis (TNA) BBPPKS Bandung dalam Mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi

Kebijakan Teknis PPPPTK Matematika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan sebuah penelitian. Penggunaan sebuah metode dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu, jalannya proses pembelajaran

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi (iptek) menuntut setiap individu dan masyarakat untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

O1 X O2. Gambar 2. One Group Pre-test Post-test Design

Kendala dan Efektivitas Program Pelatihan Pengembangan Keprofesian Kepala Sekolah Kabupaten Kendal

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, subjek, populasi, dan sampel penelitian. Penelitian ini dilakukan di TKIT An-Nur yang beralamat di TKIT AN-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengeliminasi faktor lain yang bisa mengganggu. 1. kalinya. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk (kualitatif).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Resti Tresnasih*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gorontalo. Penelitian ini adalah eksperimen semu yang menggunakan one group

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Cibalong Kabupaten Tasikmalaya JURNAL

LEARNING TRANSFER Penyebab potensial learning transfer yang lemah Kurangnya TNA. Keterampilan tidak segera digunakan setelah training. Lingkungan kerj

Tabel 3 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2011) Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen O1 X O2 Kontrol O3 - O4

BAB I PENDAHULUAN. ideal yang terlihat ketika guru berinteraksi dengan peserta didik melalui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi Pelatihan dengan Metode Kirkpatrick Analysis

Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi

NERIS PERI ARDIANSYAH,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

EFEKTIVITAS INFORMASI KARIR DENGAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN STUDI LANJUTAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidik merupakan salah satu komponen yang menentukan berhasil

ABSTRAK. Kata Kunci: minat belajar, hasil belajar, Dasar Otomotif

Gunung Pati, Semarang. Diterima: 3 Maret Disetujui: 4 April Dipublikasikan: 30 Juli 2016 ABSTRACT

PENGGUNAAN MODEL PEMBELEJARAN BLENDED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIII DI SMPN 38 SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri I

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. menonjolnya, terutama pada masyarakat dari negara-negara yang telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di SMPN 6 Banjarmasin. Pemilihan lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan model

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

(The Influence of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have toward Students Learning Achievement on Excretion System Subject) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN DALAM PENDIDIKAN JASMANI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang prosedur yang digunakan dalam

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian terdiri dari dua kata,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang diambil dalam suatu

Nia Wati dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF DESIGN PROJECT LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA KOMPETENSI PEMESINAN FRAIS KOMPLEKS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya penyelenggaraan pendidikan adalah guru. Guru sebagai ujung tombak pendidikan yang berada langsung di garis depan berhadapan dengan siswa dituntut memiliki kompetensi yang memadai. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan efektif apabila satuan pendidikan memiliki guru yang sesuai dengan kebutuhan, baik jumlah, kualifikasi maupun keterampilannya. Mengingat tugas guru yang begitu berat, maka sudah seharusnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan guru harus selalu ditingkatkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Salah satu program yang dapat diselenggarakan untuk mengembangkan keterampilan guru tersebut adalah melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi. selanjutnya, pendidikan dan pelatihan juga merupakan sarana yang ditujukan pada upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan atau pegawai dalam sebuah organisasi yang 1

dipandang kurang efektif sebelumnya. Sehingga dengan penyelenggaraan pelatihan, diharapkan akan mampu mengurangi adanya dampak negatif yang disebabkan kurangnya pengetahuan, keterampilan, kepercayaan diri atau pengalaman yang terbatas dari anggota atau kelompok tertentu. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat sebagai unit pelaksana teknis pusat yang berkedudukan di propinsi mempunyai tugas untuk membantu pemerintah daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan seperti yang dinyatakan dalam PP No. 19 tahun 2005. Sedangkan tugas pokok Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat adalah melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di Propinsi Jawa Barat berdasarkan kebijakan nasional. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, LPMP Jawa Barat memiliki fungsi (Permendiknas No. 7 tahun 2007) sebagai berikut : 1) Pengukuran dan evaluasi pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. 2) Perancangan model-model pembelajaran di sekolah sesuai dengan kebutuhan propinsi Jawa Barat dan standar mutu nasional. 3) Memfasilitasi lembaga pendidikan dalam proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. 4) Memfasilitasi lembaga pendidikan dalam pengelolaan sumberdaya pendidikan. 2

5) Memfasilitasi pelaksanaan peningkatan kompetensi dan profesionalisme tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan propinsi Jawa Barat. Dalam salah satu fungsinya, LPMP Jawa Barat diharuskan untuk memfasilitasi pelaksanaan peningkatan kompetensi dan profesionalisme tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan propinsi Jawa Barat. Salah satu bentuk dalam melaksanakan fasilitasi tersebut adalah dengan melaksanakan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah di provinsi Jawa Barat. Salah satu pelatihan yang diselenggarakan oleh LPMP Jawa Barat pada tahun 2009 2010 adalah pelatihan Intel Teach Getting Started. Pelatihan Intel Teach Getting Started adalah model pelatihan profesional yang menawarkan bantuan kepada guru-guru di kelas yang punya sedikit atau tidak sama sekali pengalaman menggunakan komputer untuk memperoleh kecakapan utama teknologi dan pengantar dalam mengembangkan belajar-mengajar di abad ke-21 ini. Program pelatihan ini bertujuan untuk : Memperkenalkan cara pendekatan abad ke-21 seperti petunjuk pembelajaran berpusat pada siswa, pemikiran kritis, dan kerjasama. Memperkenalkan kecakapan teknologi sebagai satu cara praktis yang menghasilkan alat kreasi dan dokumen yang dapat membantu produktivitas peserta sebagai guru. Mengembangkan Pembelajaran individu yang memperinci bagaimana peserta akan mengaplikasikan Kecakapan dan pendekatan baru tersebut 3

untuk meningkatkan produktivitas dan profesionalisme peserta dari waktu ke waktu. (Intel Teach Program, 2007 : 6). Pelatihan ini melibatkan penggunaan komputer, dan peserta pelatihan akan mempunyai banyak kesempatan untuk mempergunakan Perangkat lunak komputer yang antara lain latihan langsung dan aktivitas. Peserta juga akan menemukan bahwa gambaran campuran instruksi langsung, bahasan dan kerjasama kelompok, introspeksi diri, dan pekerjaan perorangan pada latihan pelatihan, aktivitas, dan Rencana-Rencana Kerja. Semua ini didisain untuk memberikan peserta alat untuk menjadi lebih efektif dan produktif sebagai guru mata pelajaran. Sasaran Pelatihan ini adalah sebanyak 2 kelompok kerja guru (KKG) dan 4 kelompok musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dari 7 Kabupaten yang telah terseleksi sebagai penerima dana blockgrant. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala LPMP Jawa Barat No. 3065 tahun 2009 tentang penetapan penerima dana blockgrant program peningkatan kompetensi guru daerah terpencil/tertinggal, ke tujuh kabupaten tersebut adalah : 1. Kabupaten Cianjur 2. Kabupaten Sukabumi 3. Kabupaten Tasikmalaya 4. Kabupaten Garut 5. Kabupaten Kuningan 6. Kabupaten Ciamis 7. Kabupaten Majalengka. 4

Sasaran pelatihan literasi ICT dasar (Getting Started) menggunakan paket dari Intel Indonesian Corporation dengan ketentuan setiap KKG/MGMP sebanyak 6 guru sebagai Master Teacher (MT). Sehingga secaran keseluruhan sasaran Master Teacher (MT) adalah = 6 MT x 6 KKG/MGMP = 36 MT dari tiap kabupatennya Untuk selanjutnya, masing-masing MT harus melaksanakan kegiatan yang sama terhadap 6 orang guru lainnya, sehingga secara keseluruhan, program pelatihan ini akan diterima oleh 36 X 6 = 216 orang guru pada tiap kabupatennya. Berdasarkan arahan dan kebijakan serta fungsi dari pelatihan, maka seharusnya program pelatihan Intel Teach Getting Started tersebut dapat memberikan pengetahuan, wawasan dan keterampilan serta dapat menunjang terlaksananya pembelajaran yang efektif, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Pada kenyataannya, seberapa besar dampak pelatihan dan bagaimana implementasi hasil pelatihan ketika peserta pelatihan kembali ke unit kerjanya, serta dampak yang ditimbulkan dari hasil pelatihan Intel Teach Getting Started tersebut, sampai saat ini belum diteliti dan dievaluasi secara mendalam. Dengan melihat kenyataan tersebut, maka penulis tergugah untuk mencoba melakukan penelitian evaluasi terhadap program pelatihan tersebut. 5

B. Identifikasi dan Fokus Penelitian Fokus dari penelitian evaluasi ini adalah untuk mengetahui dampak dari program pelatihan Intel Teach Getting Started, baik terhadap peserta pelatihan maupun terhadap instansi dimana peserta pelatihan tersebut bertugas. Hal ini sejalan dengan petunjuk dari kepala LAN dengan Surat Keputusan LAN No. 44/Seklan/2/1980 yang menyatakan bahwa dalam setiap kegiatan diklat perlu di laksanakan evaluasi dengan tujuan untuk : (a) mendapatkan dan menganalisa informasi untuk mengetahui pencapaian tujuan jangka panjang dan jangka pendek; (b) mengetahui pengaruh program pendidikan dan pelatihan terhadap efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas instansi peserta diklat. C. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan fokus penelitian tersebut di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana reaksi peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan yang telah dilaksanakan?. 2. Seberapa besar tingkat penambahan keterampilan peserta dalam bidang Information and Communication Technology (ICT) setelah mengikuti pelatihan?. 3. Apakah keterampilan ICT tersebut di aplikasikan ketika kembali ke unit kerjanya?. 4. Seberapa besar dampak aplikasi keterampilan ICT tersebut terhadap hasil belajar siswa?. 6

D. Tujuan Penelitian Evaluasi Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk mengetahui: 1. Reaksi peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan yang telah dilaksanakan. 2. Seberapa besar tingkat penambahan keterampilan peserta dalam bidang ICT setelah mengikuti pelatihan. 3. Adakah implementasi keterampilan ICT tersebut ketika kembali ke unit kerjanya. 4. Adakah dampak dari penerapan keterampilan ICT tersebut terhadap hasil belajar siswanya. E. Metode Penelitian 1. Metode penelitian evaluasi Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi, yang pelaksanaannya dilakukan melalui pengamatan langsung ke tempat pelatihan dan tempat implementasi pelatihan dilaksanakan, dengan pertimbangan sebagai berikut; a) Agar dapat mendeskripsikan subjek penelitian secara luas dan mendalam. b) Data yang diambil adalah data deskriptif yang didapatkan langsung dari tempat penelitian. c) Data yang diperoleh dan dianalisis akan lebih valid dan akurat, sehingga dapat dijadikan rekomendasi untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Riduwan (2004:53) mengemukakan, bahwa : Penelitian evaluasi dapat dinyatakan juga sebagai evaluasi, tetapi dalam hal lain juga dapat dinyatakan 7

sebagai penelitian. Sebagai evaluasi berarti hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu membandingkan suatu kejadian, kegiatan, produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti menjelaskan fenomena. Selanjutnya, pengertian evaluasi menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi A. (2006:3) adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kirkpatrick s model. Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal sebagai Evaluating Training Programs: The Four Levels atau Kirkpatrick s evaluation model. Menurut Kirkpatrick, evaluasi terhadap program training mencakup empat level evaluasi, yaitu: reaction, learning, behavior, dan result. Dalam pelaksanaannya, penelitian evaluasi ini akan menggunakan True experimental design dengan menggunakan pretest posttest control group design (Campbell&Stanley, 1963:13). Tabel 1.1. Level Evaluasi Kirkpatrick s Model Level Evaluasi Definisi Pertanyaan yang harus dijawab Level 1 Reaction Did the participants like the training? Level 2 Learning Did the participants learn something in the training? Level 3 Behavior Did the participants apply what they learned in the training back on the job? Level 4 Results Did the participants' application on the job impact the organization? 8

Kirkpatrick s model dipilih karena jika dibandingkan dengan model lain, mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : 1. Komprehensif, karena dapat mengevaluasi mulai dari pelaksanaan program sampai dengan implementasi dari hasil sebuah program. 2. Objek evaluasi tidak hanya hasil belajar semata, tetapi juga mencakup proses, output, dan outcomes. 3. Dapat mengevaluasi perilaku dan dampak dari perubahan perilaku tersebut. 2. Populasi dan sampel Penetapan populasi dan sampel penelitian akan terkait dengan sumber data. Riduwan (2008:55) mengemukakan bahwa : Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Reksoatmodjo (2006:5) mengatakan, bahwa : populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok objek dengan ukurannya tidak terhingga (infinite), yang karakteristinya dikaji atau diuji melalui sampling. Sedangkan Sudjana (2005:161) menjelaskan, bahwa : Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa : populasi adalah keseluruhan obyek yang lengkap dan jelas yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian kemudian karakteristiknya dikaji atau diuji melalui sampling. 9

Arikunti (1996:107) mengemukakan bahwa untuk sekedar perkiraan maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Dengan berdasarkan pada kaidah-kaidah tercantum di atas maka dalam penelitian ini penulis menetapkan bahwa penelitian ini adalah penelitian populasi, yaitu penelitian yang menggunakan seluruh populasi sebagai sampel. sampel dalam penelitian ini adalah guru guru di daerah terpencil di kabupaten Garut yang berjumlah 36 orang dan telah mengikuti program pelatihan Intel Teach Getting Started sebagai kelompok eksperimen. 36 orang guru tersebut terdiri dari 12 orang guru kelas yang mengajar di Sekolah Dasar, dan 24 orang guru mata pelajaran yang mengajar di Sekolah Menengah. sedangkan untuk kelompok kontrol terdiri dari guru-guru daerah terpencil di kabupaten Cianjur yang belum pernah mengikuti pelatihan. 3. Lokasi dan sumber data penelitian Dari 7 kabupaten yang telah ditetapkan sebagai penerima dana blockgrant, penulis menetapkan kabupaten Garut sebagai lokasi dan sumber data penelitian. Penetapan ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, salah satunya karena akses transportasi ke lokasi penelitian merupakan yang termudah untuk di tempuh. Lokasi penelitian di kabupaten Garut tersebut tersebar di tiga kecamatan terpencil, yaitu kecamatan Cibalong, Pameungpeuk dan Cisewu. Sedangkan untuk control group lokasi penelitian adalah di tiga kecamatan di kabupaten Cianjur, yaitu kecamatan haurwangi, Bojongpicung dan Ramasari. 10

4. Model hubungan antar variable Experimental group Fokus penelitian X 1 X 2 X 3 Y Komparasi Komparasi Komparasi Control group X 2 X 3 Y Gambar 1.2. Model Hubungan Antar Variabel X 1 = Level 1 (Reaction); Reaksi peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan. X 2 = Level 2 (Learning); Keterampilan setelah mengikuti pelatihan. X 3 = Level 3 (Behaviour); Implementasi dari keterampilan setelah pelatihan. Y = Level 4 (Result); Dampak implementasi terhadap Siswa. F. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan model evaluasi Kirkpatrick yang menyatakan bahwa tiap level evaluasi akan berdampak terhadap level di atasnya, maka pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini selain dari yang tercantum dari rumusan masalah, adalah, apakah terdapat pengaruh : 1. Level 1 (Reaction) terhadap level 2 (Learning)? 2. Level 2 (Learning) terhadap level 3 (Behavior)? 11

3. Level 3 (Behavior) terhadap level 4 (Result)? Untuk memastikan bahwa peningkatan keterampilan yang diperoleh oleh guru yang telah mengikuti pelatihan (kelompok eksperimen) adalah benar-benar hasil dari pelatihan, maka penulis membandingkannya dengan guru yang tidak mendapatkan pelatihan (kelompok kontrol). Lebih jauh, tujuan dari adanya kelompok kontrol ini adalah untuk menjawab pertanyaan, adakah: 1. Perbedaan keterampilan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol? 2. Perbedaan perilaku antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol? 3. Perbedaan peningkatan nilai siswa antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol? G. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban tentatif atau sementara terhadap pertanyaan penelitian itu (Alwasilah, 2000 :132). Berdasarkan pertanyaan penelitian sebagaimana tersebut di atas, penulis membuat hipotesis penelitian sebagai berikut : 1) Terdapat pengaruh aktivitas level 1 terhadap aktivitas level 2. 2) Terdapat pengaruh aktivitas level 2 terhadap aktivitas level 3. 3) Terdapat pengaruh aktivitas level 3 terhadap aktivitas level 4. 12

H. Kriteria Evaluasi Penelitian evaluasi memerlukan kriteria sebagai dasar penentuan nilai, untuk mengetahui program yang dievaluasi berhasil atau gagal. Adapun kriteri-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Level 1 (Reaction) Kriteria level 1 ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelatihan Intel Teach Getting Started dan reaksi peserta pelatihan terhadap ; a. Kesesuain dan kualitas materi pelatihan. b. Kesesuain metode dalam penyampaian materi. c. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas pelatihan. d. Kemampuan fasilitator dalam menyampaikan materi. e. Kesesuai jadual pelatihan. f. Pelayanan Akomodasi dan konsumsi. Sedangkan data tentang criteria level 1 ini diperoleh dengan teknik Studi dokumentasi dari angket dan post survey. 2. Kriteria level 2 (Learning) Kriteria level 2 ini adalah untuk melihat sejauh mana pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan setelah mengikuti program pelatihan Intel Teach Getting Started. Sedangkan data tentang semua ini, diperoleh 13

dengan studi dokumentasi hasil dari pre dan post test di akhir kegiatan pelatihan. 3. Kriteria level 3 (Behaviour) Kriteria level 3 adalah dampak dari pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan. Dampak tersebut meliputi; perilaku kerja ketika alumni peserta pelatihan kembali ke unit kerjanya, dan implementasi hasil pelatihan pada unit kerjanya, dan untuk mengetahui apakah alumni pelatihan melakukan pengimbasan atau tidak kepada rekan sejawatnya setelah alumni pelatihan kembali ke unit kerjanya. Data tentang level 3 ini diperoleh dengan menggunakan angket, observasi dan wawancara, baik terhadap alumni pelatihan maupun terhadap atasan/kepala sekolah dan pengawas sekolah, rekan sejawat dan siswa. 4. Kriteria level 4 (Result) Kriteria level 4 merupakan impact atau dampak dari level 3, yaitu hasil belajar siswa. Data tentang hasil (level 4 : Results) diperoleh dengan teknik studi dokumentasi terhadap hasil belajar siswa. 14