PENDAHULUAN. harus disediakan oleh pemerintah. Tiap seluruh warga masyarakat / setiap orang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dari ancaman bahaya yang akan

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TATA KELOLA PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS SE-KABUPATEN BADUNG

=========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

I. PENDAHULAN. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. prioritasnya adalah pembangunan di bidang kesehatan. Untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

Manajemen Pelayanan di Puskesmas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

USAHA KESEHATAN SEKOLAH ( UKS ) DI KABUPATEN WONOSOBO

ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian,

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009

BUPATI BADUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS SE KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

I. PENDAHULUAN. dan tantangan strategis, baik dari segi eksternal maupun internal, yang

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

: Sekretaris Daerah Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan. setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk

PERATURAN BUPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan, termasuk didalamnya pelayanan kesehatan masyarakat. memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan saat ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhankebutuhan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

NOMOR 10 TAHUN LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

NOMOR : 10 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAY KANAN,

dalam memberikan kritik bagi pelayanan publik (Insanarif, 2012). Oleh sebab oleh seluruh lapisan masyarakat (Widodo, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan merupakan selisih kinerja institusi pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang di lintasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

KERANGKA ACUAN PELAYANAN P0LIKLINIK UMUM

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Semua warga negara berhak mendapatkan jaminan kesehatan. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

Transkripsi:

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap orang yang harus disediakan oleh pemerintah. Tiap seluruh warga masyarakat / setiap orang berhak dapat pelayanan publik secara menyeluruh tentang pelayanan kesehatan yang baik. Pelayanan kesehatan memiliki tujuan utama yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004). Dalam setiap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, khususnya dalam pelayanan kesehatan ini, setiap warga berhak untuk mendapatkannya, semua pelayanan kesehatan sudah mendapatkan subsidi untuk setiap warga, khusus yang kurang mampu, selain itu pemerintah juga memberikan alokasi dana seperti seberapa banyak dana yang di butuhkan,dan sesuai dengan anggaran yang telah di sediakan, distribusi, Distribusi merupakan suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik.

2 Dalam menciptakan ketiga faedah tersebut, terdapat dua aspek penting yang terlibat didalamnya, yaitu : 1. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of distribution/marketing channel). 2. Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical distribution). Dan stabilisasi untuk pengembangan pelayanan kesehatan, kemantapan, kestabilan, keseimbangan, menciptakan suatu nasional yg dinamis bukanlah semata-mata tugas pemerintah dan aparatnya, melainkan tugas segenap anggota masyarakat juga Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh pihak orang per orang tetapi juga oleh keluarga, kelompok bahkan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang harus dilakukan, salah satu diantaranya yang dinilai cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pembiayaan merupakan salah satu unsur strategis dalam pembangunan dan pelayanan kesehatan dan sebagai salah satu faktor yang menunjang kesinambungan kegiatan. Selain pembiayaan, penunjang kesinambungan kegiatan adalah sumber daya manusia, sarana, teknologi, peran serta masyarakat. Kenaikan pembiayaan kesehatan disebabkan oleh: (1) Biaya operasi yang meningkat karena biaya proses pelayanan dan harga bahan yang naik. (2) Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap pelayanan sehingga laju pertambahan penduduk melebihi laju pengadaan fasilitas, tenaga dokter, pendidikan, kemampuan masyarakat juga meningkat.

3 (3) Kemajuan teknologi kedokteran dengan perlengkapan canggih yang butuh biaya mahal. (4) Bergesernya pola penyakit ke arah penyakit campuran atau yang butuh pelayanan lebih spesialisasi dan peralatan lebih canggih. (5) Berkembangnya komponen seperti AC, TV, kulkas, dan lain-lain. (6) Askes yang makin berkembang walau masih terbatas jangkauannya. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan menyelenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting untuk meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu kepada masyarakat yang diberikan di berbagai institusi kesehatan masyarakat, yang terdiri dari : Pusat Kesehatan Mayarakat (Puskesmas), Puskesmas Pembantu, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Keliling atau Terapung atau penempatan tenaga medis dan paramedis secara merata di puskesmas. Sebagai pengguna jasa kesehatan, masyarakat merupakan faktor yang menentukan dalam memperluas dan meningkatkan jangkauan suatu mutu pelayanan kesehatan sehingga masyarakat makin memperoleh kesempatan untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri, sebagaimana tercantum dalam: 1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H tentang hak azasi manusia untuk hidup sehat dan memperoleh pelayanan kesehatan.

4 2. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang memuat pasal yang mengatur hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Menurut Sadono Sukirno (2000;233) Total Penerimaan (TR) adalah seluruh jumlah pendapatan yang diterima perusahaan dari menjual barang yang diproduksinya. Dimana : TR = PxQ Keterangan : TR = Total Revenue/Total Penerimaan P = Harga tarif Q = Jumlah permintaan konsumen Bila diterapkan untuk produk jasa maka Total Revenue adalah seluruh jumlah pendapatan yang diterima dari pemberian pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas. Pungutan pelayanan kesehatan adalah penerimaan dari produk jasa yang terbentuk dari banyaknya jumlah orang yang meminta jasa pelayanan kesehatan dikali dengan besar tarif pelayanan kesehatan itu sendiri dalam hal ini Puskesmas. Hingga saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas pembantu serta Puskesmas keliling. Kecuali itu untuk daerah yang jauh sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Tercatat mulai tahun 2002 jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277 unit, Puskesmas Pembantu 21.587 unit, Puskesmas Keliling 5.084 unit (Perahu 715 unit, Ambulance 1.302 unit). Sedangkan Puskesmas yang telah dilengkapi

5 fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459 unit tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Sedangkan di Kota Bandar Lampung sendiri, sarana dan prasarana yang ada sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung terdiri atas : a. Puskesmas (induk) berjumlah 29 unit. b. Puskesmas perawatan berjumlah 12 unit. c. Puskesmas pembantu berjumlah 73 unit. d. Puskesmas keliling berjumlah 28 unit. e. Posyandu berjumlah 582 unit. f. Puskesmas Swadana 10 unit. Arus reformasi juga terjadi di bidang kesehatan berbagai bentuk pergeseran paradigma sedang berlangsung dan ini memerlukan penyesuaian konsep-konsep pembangunan kesehatan, termasuk puskesmas. Ini dikarenakan karena semakin terbatasnya dana yang di berikan dalam APBD. Seperti salah satunya adalah dengan menjadikan Puskesmas menjadi Puskesmas Swadana yang diberi kebebasan mengelola dan membiayai Puskesmas secara mandiri tanpa harus diberi bantuan dari pemerintah maupun bantuan lain sehingga Puskesmas tidak perlu lagi menyetor sebagian hasil retribusinya kepada kas daerah. Puskesmas yang ada di Bandar Lampung sudah menjadi Puskesmas Swadana sejak Januari 2003 hingga sekarang. Anggaran Puskesmas Swadana ini sumbernya berasal dari pendapatan fungsional Puskesmas Swadana yang berasal dari tarif. Pelaksanaan

6 pemungutan tarif Puskesmas berdasarkan Perda No. 8 tahun 1997 tentang retribusi pelayanan kesehatan. Mengenai obat-obatan, di Puskesmas Swadana di dapat dari obat Inpres, ASKES, BKKBN, dan obat lainnya. Sementara obat yang belum mencapai kebutuhan, baik jumlah maupun macamnya, setelah statusnya menjadi Puskesmas Swadana, puskesmas tersebut berusaha memenuhi kebutuhan obat melalui pengadaan sendiri dengan memanfaatkan tenaga fungsional Puskesmas. Hal ini disebabkan Puskesmas Swadana sudah diberi kewenangan mengelola anggaran sendiri tapi masih mendapat bantuan Pemda setempat, Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Karena masih mendapatkan obat, Puskesmas Swadana di Bandar Lampung masih dibebankan untuk menyumbang PAD setiap tahunnya. Namun 75% dananya dikembalikan lagi ke Puskesmas Swadana karena sebagian obat diadakan sendiri. Namun diharapkan nanti Puskesmas Swadana yang ada di Bandar Lampung tidak lagi mendapat jatah bantuan obat dari pemerintah Bandar Lampung. Untuk tahun-tahun sekarang Puskesmas Swadana masih di wajibkan menyetorkan 25% pendapatan mereka ke Pemerintah Daerah bertujuan untuk mendapatkan bantuan obat-obatan, untuk selanjutnya Puskesmas Swadana tidak diwajibkan untuk menyetorkan pendapatan mereka 25% pertahunnya dan tidak menerima bantuan obat-obatan. Mengingat keterbatasan yang dimiliki, maka hanya dibatasi menjadi 2 Puskesmas yang dijadikan sampel yaitu Puskesmas Perawatan Kedaton dan Puskesmas Tamin. Alasan memilih kedua Puskesmas tersebut dikarenakan adalah Puskesmas yang dinilai cukup baik dalam segi penerimaan pendapatan, tenaga kerja, fasilitas

7 yang tersedia, dan lain sebagainya sehingga memungkinkan untuk dijadikan sampel penelitian. Tabel 1. Jumlah Penerimaan Puskesmas Perawatan Kedaton dan Puskesmas Tamin tahun 2004-2012. No Tahun Penerimaan (Rp) Kedaton Penerimaan (Rp) Tamin 1. 2004 22.812.000 18.529.000 2. 2005 22.910.000 18.899.000 3. 2006 24.231.000 19.340.000 4. 2007 24.567.000 19.887.000 5. 2008 26.119.000 20.019.000 6. 2009 27.008.000 22.924.000 7. 2010 27.889.000 23.780.000 8. 2011 28.989.000 23.886.000 9. 2012 29.791.000 24.556.000 10 Jumlah 234.791.000 191.820.000 Sumber : Puskesmas Perawatan Kedaton, dan Puskesmas Tamin, 2013 Tabel di atas menjelaskan jumlah penerimaan Puskesmas Kedaton dari tahun ke tahun terjadi peningkatan penerimaan. Jumlah penerimaan terbesar pada tahun 2012.

8 Tabel 2. Jumlah Kunjungan Puskesmas Perawatan Kedaton Tahun 2004-2012 No Tahun Jumlah Kunjungan Kunjungan Umum Kunjungan Askes Kunjungan JPS- BK/Jamkesmas Jamkesda/Gratis 1. 2004 51574 16563 29885 5126 2. 2005 51610 16577 29899 5134 3. 2006 51654 16594 29922 5138 4. 2007 51704 16612 29949 5143 5. 2008 51740 16628 29956 5156 6. 2009 51814 16652 29974 5188 7. 2010 51883 16664 29988 5231 8. 2011 51957 16689 29996 5272 9. 2012 52066 16693 30041 5332 Sumber : Puskesmas Perawatan Kedaton, 2013 Tabel 3 menjelaskan jumlah kunjungan Puskesmas Perawatan Kedaton selama 9 tahun terakhir. Dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kunjungan. Khususnya di kunjungan kartu askes, JPS-BK, Jamkesmas, Jamkesda/gratis. Berdasarkan Dinas Kesehatan, pemerintah mengambil kebijakan menjadikan Puskesmas Swadana, ini dikarenakan karena semakin terbatasnya dana yang di berikan dalam APBD. Seperti salah satunya adalah dengan menjadikan Puskesmas menjadi Puskesmas Swadana yang diberi kebebasan mengelola dan membiayai Puskesmas secara mandiri tanpa harus diberi bantuan dari pemerintah maupun bantuan lain sehingga Puskesmas tidak perlu lagi menyetor sebagian hasil retribusinya kepada kas daerah. Pelaksanaan pemungutan tarif Puskesmas berdasarkan Perda No. 8 tahun 1997 tentang retribusi pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk Puskesmas Tamin yang memiliki wilayah kerja seluas 203,1 hektar, yang meliputi 6 Kelurahan, yaitu Kelurahan Tanjung Karang, Kelurahan Enggal, Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Gunung Sari, Kelurahan Penengahan dan Kelurahan Kelapa Tiga.

9 Tabel 3. Jumlah Kunjungan Pasien Puskesmas Tamin Tahun 2004 sampai tahun 2012 No Tahun Jumlah Kunjungan Tabel 3 menjelaskan jumlah kunjungan Puskesmas Perawatan Tamin selama 9 tahun terakhir. Dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kunjungan. Khususnya di kunjungan kartu askes, JPS-BK, Jamkesmas, Jamkesda/gratis. Dari beberapa uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti dan menulis dengan judul. Analisis Kebijakan Pemerintah Tentang Pengembangan Kelangsungan Puskesmas Swadana Di Puskesmas Kedaton Dan Puskesmas Tamin. Kunjungan Umum Kunjungan Askes Kunjungan JPS- BK/Jamkesmas/ Jamkesda/Gratis 1. 2004 36963 15771 11107 10085 2. 2005 36976 15775 11113 10088 3. 2006 37008 15788 11123 10097 4. 2007 37042 15792 11141 10109 5. 2008 37065 15793 11149 10123 6. 2009 37126 15842 11159 10125 7. 2010 37186 15861 11172 10153 8. 2011 37225 15862 11191 10172 9. 2012 37272 15876 11211 10185 Sumber : Puskesmas Tamin, 2013 B. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan di atas, dan dengan memperhatikan potensi yang dimiliki dari kedua Puskesmas tersebut, maka permasalahannya adalah : 1. Apakah Program Puskesmas Swadana tersebut dapat berkelanjutan untuk masa akan datang sehingga nantinya akan mampu untuk dijadikan Swadana penuh, yang artinya akan mencari pembiayaan sendiri tanpa bantuan dari pemerintah.

10 2. Apakah biaya pengobatan di Puskesmas Swadana sesuai dengan pelayanan yang diberikan oleh Puskemas tersebut. 3. Apakah pelayanan di Puksesmas Swadana sudah optimal sesuai dengan standarisasi pelayanan di dunia kesehatan. 4. Apakah pasien mendapatkan kepuasan berobat di Puskesmas Swadana C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Potensi kelangsungan Puskesmas Swadana di Bandar Lampung. 2. Biaya pengobatan yang sesuai dengan pelayanan di Puskesmas Swadana. 3. Untuk mengetahui apakah pelayanan di Puskesmas Swadana sudah optimal sesuai dengan standarisasi pelayanan di dunia kesehatan. 4. Untuk mengetahui kepuasan pasien berobat di Puskesmas Swadana. D. Kerangka Pemikiran Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta mempertinggi kesadaran akan pentingnya hidup sehat. Pengelolaan kesehatan yang terpadu dikembangkan untuk mendorong peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha dalam pembangunan kesehatan. Pengelolaan kesehatan yang terpadu dikembangkan untuk mendorong peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha dalam pembangunan kesehatan. Pengadaan dan peningkatan sarana kesehatan perlu terus dikembangkan, yaitu dengan

11 didirikannya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) oleh Pemerintah dengan mengindahkan prinsip kemanusiaan dan kepatuhan. Puskesmas didirikan oleh Pemerintah berdasarkan ekonomi kemasyarakatan/pemerintahan (Ekonomi Publik) yang bertujuan peningkatkan sumber daya manusia, kesejahteraan dan kehidupan sehat, dan tujuan utamanya bukanlah untuk profit (mengejar keuntungan semata). Sadono Sukirno (1985, hal 51) mengatakan bahwa permintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut adalah harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk dan ramalan keadaan masa depan. Sedangkan penawaran barang oleh seseorang ditentukan oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos produksi, dan tingkat teknologi yang dipakai. Jasa merupakan barang yang bisa dirasakan, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi barang sama dengan yang mempengaruhi jasa. Adapun faktorfaktor atau indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dari program Swadana Puskesmas adalah pendapatan Puskesmas yang di dapat dari tarif karcis masuk Puskesmas, tingkat waktu tunggu pelayanan, keamanan dan kenyamanan, sarana pendukung, serta kinerja. Dan untuk menghitung tingkat keberhasilan tersebut dengan menggunakan Model Kendall (W) dalam alat analisis.. Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan masyarakat, maka penting untuk mengadakan dan menggunakan sumber yang didapat seefisien mungkin.

12 Karena dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, Puskesmas harus mampu mengadakan sumber daya baru dalam rangka mendukung pelayanan yang ada maupun yang diperbesar dan mempunyai kemungkinan untuk mengadakan tambahan penerimaan untuk mencukupi kebutuhan akibat adanya program kesehatan yang semakin meningkat dan penerimaan dari alokasi lain seperti APBD yang semakin sedikit. Biaya Pengobatan ( X1) Pelayanan (X2) Pengembangan Puskesmas (Y) Kepuasaan Pasien (X3) Gambar1. Kerangka Berfikir Sumber : Pengolahan Data, 2013 Melihat dari kerangka berfikir diatas untuk mengetahui perkembangan Puskesmas Swadana dilihat dari 3 faktor, yaitu biaya pengobatan, pelayanan, dan kepuasan pasien. Karena ketiga faktor tersebut adalah sebagai faktor utama yang sangat mempengaruhi tentang kelangsungan pengembangan Puskesmas Swadana.

13 E. Hipotesis 1. Diduga biaya pengobatan berpengaruh signifikan yang positif terhadap perkembangan Puskesmas Swadana 2. Diduga pelayanan Puskesmas Swadana berpengaruh signifikan yamg positif terhadap perkembangan Puskemas Swadana tersebut. 3. Diduga kepuasan pasien berpengaruh signifikan yang positif terhadap perkembangan Puskesmas Swadana.