ANGGARAN DASAR ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA (ASTTI)
ANGGARAN DASAR ASTTI DAFTAR ISI M U K A D I M A H BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU DIDIRIKAN. Pasal 1 N a m a Pasal 2 Tempat kedudukan Pasal 3 Waktu didirikan BAB II AZAS, LANDASAN DAN TUJUAN. Pasal 4 A s a s Pasal 5 L a n d a s a n Pasal 6 T u j u a n BAB III KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN. Pasal 7 K e a n g g o t a a n Pasal 8 Syarat-syarat keanggotaan Pasal 9 Hak Anggota Pasal 10 Kewajiban Anggota Pasal. 11 Berakhirnya keanggotaan BAB IV O R G A N I S A S I Pasal 12 Bentuk dan Sifat Pasal 13 Struktur Organisasi Pasal 14 Perangkat Organisasi Pasal 15 Wewenang Organisasi Pasal 16 Pengurus Organisasi Pasal 17 Lambang, Bendera dan Kode Etik ASTTI BAB V MUSYAWARAH DAN RAPAT- RAPAT Pasal 18 Musyawarah Nasional (Munas) Pasal 19 Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Pasal 20 Musyawarah Daerah (Musda) Pasal 21 Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) Pasal 22 Musyawarah Luar Biasa (Muslub) Pasal 23 Musyawarah Nasional Khusus (Munasus) Pasal 24 Rapat Dewan Pengurus Pasal 25 K u o r u m Pasal 26 Pengambilan Keputusan BAB VI PENASEHAT, DEWAN PERTIMBANGAN & KETUA KEHORMATAN. Pasal 27 P e n a s e h a t Pasal 28 Dewan Pertimbangan Pasal 29 Ketua Kehormatan BAB VII KEUANGAN DAN PERBENDAHARAAN Pasal 30 Sumber Dana Pasal 31 Pengelolaan Kekayaan BAB VIII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR & PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 32 Perubahan Anggaran Dasar Pasal 33 Pembubaran Organisasi BAB IX P E N U T U P Pasal 34 Anggaran Rumah Tangga Pasal 35 Berlakunya Anggaran Dasar
ANGGARAN DASAR ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA M U K A D I M A H Mengingat bahwa Jasa Konstruksi adalah merupakan suatu kegiatan yang penting dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional maka peran serta masyarakat khususnya Masyarakat Jasa Konstruksi perlu senantiasa ditumbuh-kembangkan. Sebagai bagian Integral dari Masyarakat Jasa Konstruksi, maka Tenaga Teknik Indonesia menyadari sepenuhnya akan fungsi, tugas dan tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik dari dirinya bagi kepentingan Lingkungan, Sosial, Ekonomi maupun Fisik. Berdasarkan itu dan didorong oleh keinginan yang luhur untuk menghimpun, membina dan mengembangkan potensi dan daya kreasi dari pada segenap Tenaga Teknik Indonesia dalam rangka ikut serta mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan makmur di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka dibentuklah Organisasi Profesi Jasa Konstruksi yang tersusun dalam Anggaran Dasar Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia. BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU DIDIRIKAN. Pasal 1 N A M A Organisasi ini bernama Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia atau disingkat ASTTI. Pasal 2 TEMPAT KEDUDUKAN ASTTI berkedudukan sementara di Bandung dengan wilayah kerja di seluruh Indonesia. Pasal 3 WAKTU DIDIRIKAN ASTTI didirikan pada tanggal 31 Oktober 2002 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
BAB II ASAS, LANDASAN DAN TUJUAN. ASTTI berasaskan Pancasila. Pasal 4 A S A S Pasal 5 L A N D A S A N 1. ASTTI berlandaskan pada ketentuan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia berikut seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam wilayah Indonesia. 2. Seluruh kegiatan yang dilaksanakan atas nama ASTTI dilandaskan pada keputusan hasil Musyawarah dan rapat-rapat Organisasi. Pasal 6 T U J U A N 1. Menghimpun segenap Tenaga Teknik di Indonesia ke dalam satu wadah yang representatif untuk melindungi kepentingan anggota. 2. Menggali, Membina dan Mengembangkan/Menyalurkan Potensi dan Daya Kreasi yang dimiliki Anggota selaku insan pekerja dalam rangka bekerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat Jasa Konstruksi Nasional dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB III KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN. Pasal 7 K E A N G G O T A A N Keanggotaan ASTTI terdiri dari : 1. Anggota Biasa, yaitu Tenaga Teknik Pelaksana Jasa Konstruksi. 2. Anggota Luar Biasa, yaitu Tenaga Teknik Asing di bidang Jasa Pelaksana Konstruksi yang bekerja di Indonesia berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa tidak boleh merangkap menjadi Anggota/Pengurus pada Organisasi/Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi sejenis. 4. Anggota Kehormatan, yaitu Tokoh-tokoh perorangan baik Pemerintah, Pengusaha Nasional dan Masyarakat yang dipandang telah berjasa dalam membentuk, membina dan memajukan serta mengembangkan ASTTI, baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Pasal 8 SYARAT-SYARAT KEANGGOTAAN 1. Berprofesi sebagai Tenaga Pelaksana Teknik. 2. Menerima AD/ART ASTTI. Pasal 9 HAK ANGGOTA 1. Hak ikut serta dalam kegiatan organisasi. 2. Hak bicara, yaitu hak mengeluarkan pendapat dan mengajukan pernyataan dalam berbagai forum organisasi. 3. Hak suara, yaitu hak memilih dan hak dipilih serta hak dalam perhitungan/pemungutan suara untuk mengambil keputusan dalam musyawarah dan rapat-rapat organisasi. Pasal 10 KEWAJIBAN ANGGOTA 1. Mentaati semua ketentuan organisasi. 2. Menjaga dan menjunjung nama baik organisasi. 1. Meninggal dunia. 2. Mengundurkan diri. 3. Diberhentikan oleh Organisasi. Pasal 11 BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN
BAB IV O R G A N I S A S I PASAL 12 BENTUK DAN SIFAT 1. ASTTI adalah organisasi berbentuk kesatuan dari Pusat sampai ke Daerah di seluruh wilayah Repulik Indonesia yang berdiri sendiri/bukan onderbouw dari organisasi lain baik pemerintah maupun swasta. 2. Dalam melakukan kegiatannya ASTTI tidak mencari keuntungan. PASAL 13 STRUKTUR ORGANISASI 1. Organisasi ASTTI terdiri dari : a. Di tingkat Nasional disebut ASTTI Pusat b. Di tingkat Daerah (Daerah Propinsi) disebut ASTTI Daerah. 2. Di tingkat Nasional hanya ada satu ASTTI tingkat Nasional, disebut ASTTI Pusat. 3. Disetiap Daerah tingkat Propinsi hanya ada satu ASTTI tingkat Daerah, disebut ASTTI Daerah. 4. ASTTI Pusat dan ASTTI Daerah terikat oleh satu garis hubungan jenjang dalam Struktur Organisasi. 5. Setiap kebijaksanaan ASTTI yang tingkat organisasinya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan kebijaksanaan ASTTI yang tingkat organisasinya lebih tinggi. Pasal 14 PERANGKAT ORGANISASI 1. Tingkat Nasional : a. Musyawarah Nasional disingkat Munas. b. Musyawarah Kerja Nasional disingkat Mukernas. c. Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP. 2. Tingkat Daerah (Daerah Tingkat Propinsi) : a. Musyawarah Daerah disingkat Musda. b. Musyawarah Kerja Daerah disingkat Mukerda. c. Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD.
Pasal 15 WEWENANG ORGANISASI Kewewenangan Organisasi diatur sebagai berikut : 1. Tingkat Nasional : a. Munas ASTTI merupakan lembaga dan kekuasaan tertinggi ASTTI di tingkat Nasional. b. Mukernas ASTTI merupakan lembaga yang diselenggarakan untuk mengawasi terlaksananya keputusan-keputusan Munas ASTTI serta membantu DPP ASTTI dalam memutuskan hal-hal yang tidak dapat diputuskan sendiri serta menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Dewan Pengurus Pusat. c. DPP ASTTI merupakan pimpinan tertinggi ASTTI, mewakili Organisasi ini, baik kedalam maupun keluar dan bertanggung jawab penuh terhadap jalannya Organisasi kepada Munas ASTTI. 2. Tingkat Daerah : a. Musda ASTTI merupakan lembaga dan kekuasaan tertinggi ASTTI di tingkat Propinsi. b. Mukerda ASTTI merupakan lembaga yang diselenggarakan untuk mengawasi terlaksananya keputusan-keputusan Musda ASTTI serta membantu DPD ASTTI dalam memutuskan hal-hal yang tidak dapat diputuskan sendiri serta menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Dewan Pengurus Daerah. c. DPD ASTTI merupakan pimpinan tertinggi ASTTI di daerah tingkat Propinsi, mewakili Organisasi ini, baik kedalam maupun keluar dan bertanggung jawab penuh terhadap jalannya organisasi kepada Musda ASTTI dan DPP ASTTI. Pasal 16 PENGURUS ORGANISASI 1. Pengurus Pusat ASTTI disebut juga Dewan Pengurus Pusat. 2. Dewan Pengurus Pusat terdiri dari : a. Dewan Pengurus Harian (disingkat DPH), yang terdiri dari : Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekertaris Umum, Wakil Sekertaris Umum, Bendahara Umum dan wakil Bendahara Umum. b. Dewan Pengurus Lengkap (disingkat DPL) terdiri dari DPH ditambah dengan para Koordinator Bidang. 3. Pengurus Daerah ASTTI disebut juga Dewan Pengurus Daerah 4. Dewan Pengurus Daerah terdiri dari : a. Dewan Pengurus Harian (disingkat DPH), yang terdiri dari : Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekertaris Umum, Wakil Sekertaris Umum, Bendahara Umum dan wakil Bendahara Umum. b. Dewan Pengurus Lengkap (disingkat DPL) terdiri dari DPH ditambah dengan para Koordinator Bidang. Pasal 17 LAMBANG, BENDERA DAN KODE ETIK ASTTI Lambang, Bendera dan Kode Etik ASTTI diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB V MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT ORGANISASI Pasal 18 MUSYAWARAH NASIONAL 1. Musyawarah Nasional (Munas) diadakan sekali dalam 5 (Lima) tahun. 2. Musyawarah Nasional mempunyai tugas dan wewenang yang terdiri dari : a. Menetapkan atau merubah AD/ART organisasi. b. Menetapkan pokok-pokok pikiran organisasi dalam menghadapi masalah masalah penting dan strategis. c. Menetapkan Program Kerja serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi dalam jangka 5 (Lima) tahun. d. Memberikan Penilaian dan Keputusan terhadap pertangung-jawaban Dewan Pengurus Pusat. e. Memilih Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (DPP ASTTI). 3. Munas diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat dan pelaksanaan Munas tersebut menjadi tanggung jawabnya. a. Untuk menyelenggarakan Munas, Dewan Pengurus Pusat membentuk Panitia Pelaksana dan Panitia Pengarah yang bertanggung jawab kepadanya. b. Peraturan/Tata Tertib Munas dirancang Dewan Pusat dan disyahkan terlebih dahulu oleh Munas sebelum diberlakukan. c. Peserta Munas terdiri dari : a) Peserta Penuh, yaitu yang membawa mandat dari Dewan Pengurus Daerah, masing masing memiliki Hak bicara dan Hak Suara. b) Peserta Biasa, yaitu Dewan Pengurus Lengkap Dewan Pengurus Pusat, masing masing memiliki Hak Bicara dan Hak Dipilih. c) Peserta Peninjau, yaitu utusan yang membawa mandat dari Dewan Pengurus Daerah diluar Peserta Penuh, masing masing memiliki Hak Bicara dan Hak Dipilih. d) Undangan, yaitu Pejabat Pemerintah Sipil maupun TNI/POLRI serta Tokoh Tokoh Masyarakat yang kehadirannya dianggap perlu oleh penyelenggara. Pasal 19 MUSYAWARAH KERJA NASIONAL 1. Musyawarah Kerja Nasional dilaksanakan sekurang kurangnya sekali diantara dua Musyawarah Nasional. 2. Musyawarah Kerja Nasional memiliki tugas dan wewenang yang terdiri dari : a) Mengadakan evaluasi dan penyempurnaan terhadap Rencana Kerja Tahunan, Rencana Anggaran Biaya Tahunan dan berbagai kebijaksanaan yang dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat.
b) Menampung dan menginventarisasi permasalahan mendesak yang dihadapi organisasi serta menetapkan langkah langkah pemecahannya. c) Membantu Dewan Pengurus Pusat untuk memutuskan hal hal yang tidak dapat diputuskan sendiri. 3. Musyawarah Kerja Nasional diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat dan Pelaksanaan Musyawarah Kerja Nasional menjadi tanggung jawabnya. 4. Untuk menyelengarakan Musyawarah Kerja Nasional, Dewan Pengurus Pusat membentuk Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana yang bertanggung jawab kepadanya. 5. Peraturan/Tata Tertib Musyawarah Kerja Nasional dibuat oleh Panitia Pengarah dan disyahkan terlebih dahulu oleh Musyawarah Kerja Nasional sebelum diberlakukannya. 6. Peserta Musyawarah Kerja Nasional sama seperti peserta Musyawarah Nasional. Pasal 20 MUSYAWARAH DAERAH Waktu penyelenggaraan Musyawarah dan Rapat rapat adalah : 1. Musda diadakan 1 (Satu) kali dalam 5 (Lima) tahun. 2. Mukerda diadakan sekurang-kurangnya 1 (Satu) kali diantara 2 (Dua) Munas dan Musda yang bersangkutan. 3. Rapimda dan Rapat Anggota diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan, sekurang-kurangnya 1 (Satu) tahun sekali. 4. Rapat DPD diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan ketentuan : a. Rapat DPH diadakan sekurang-kurangnya 1 (Satu) bulan sekali. b. Rapat DPL diadakan sekurang-kurangnya 2 (Dua) bulan sekali. Pasal 21 MUSYAWARAH KERJA DAERAH 1. Musyawarah Kerja Daerah dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (Satu) kali diantara 2 (Dua) Musyawarah Daerah. 2. Musyawarah Kerja Daerah memiliki Tugas dan Wewenang yang terdiri dari : a. Mengadakan Evaluasi dan Penyempurnaan terhadap Rencana Kerja Tahunan, Rencana Anggaran Biaya Tahunan dan berbagai kebijaksanaan yang dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat. b. Menampung dan Menginventarisasi permasalahan mendesak yang dihadapi Organisasi serta menetapkan langkah-langkah pemecahannya. c. Membantu Dewan Pengurus Pusat untuk memutuskan hal-hal yang tidak dapat diputuskan sendiri. 3. Musyawarah Kerja Daerah diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Daerah dan pelaksanaan Musyawarah Kerja Daerah menjadi tanggung jawabnya. 4. Untuk menyelenggarakan Musyawarah Kerja Daerah, Dewan Pengurus Daerah membentuk Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana yang bertanggung jawab kepadanya.
5. Peraturan/Tata Tertib Musyawarah Kerja Daerah dibuat oleh Panitia Pengarah dan di syahkan terlebih dahulu oleh Musyawarah Kerja Daerah sebelum diberlakukannya. 6. Peserta Musyawarah Kerja Nasional sama seperti peserta Musyawarah Kerja Daerah. Pasal 22 MUSYAWARAH LUAR BIASA 1. Musyawarah Luar Biasa atau Muslub, pada tingkat Nasional disebut Musyawarah Nasional Luar Biasa disingkat Munaslub, tingkat Daerah disebut Musyawarah Daerah Luar Biasa disingkat Musdalub, dapat diadakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Tingkat Nasional, atas permintaan lebih dari ½ (Satu per Dua) jumlah DPD ASTTI, berdasarkan hasil keputusan rapat Dewan Pengurus Lengkap dari Dewan Pengurus Daerah masing-masing dan mendapatkan pertimbangan dari Dewan Pertimbangan tingkat Pusat. b. Tingkat Daerah, atas permintaan lebih dari ½ (Satu per Dua) jumlah Anggota ASTTI di daerah yang bersangkutan dan mendapat pertimbangan dari Dewan Pertimbangan ditingkat Daerah yang bersangkutan, dan persetujuan dari Dewan Pengurus Pusat jika diperlukan. 2. Muslub diadakan untuk menampung serta menyelesaikan hal-hal yang mendesak yang menyangkut penilaian mengenai Dewan Pimpinan dan Keuangan. 3. Kedudukan dan Keputusan-keputusan Muslub adalah sama dengan Munas dan Musda sesuai tingkatannya masing-masing. Pasal 23 MUSYAWARAH NASIONAL KHUSUS 1. Musyawarah Nasional Khusus disingkat Munasus, dapat diadakan atas permintaan lebih dari ½ (Satu per Dua) jumlah DPD ASTTI, berdasarkan hasil keputusan rapat Dewan Pengurus Lengkap dari DPD ASTTI masing-masing, untuk merubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta pembubaran Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia. 2. Kedudukan dan keputusan Munasus adalah sama dengan Munas. Pasal 24 RAPAT DEWAN PENGURUS Tugas dan Wewenang Rapat Dewan Pengurus adalah sebagai berikut : 1. Rapat Dewan Pengurus Lengkap : a. Menetapkan Kebijakan Koordinasi atas Kegiatan dan Tugas masing-masing anggota Dewan Pengurus.
b. Mengadakan Penilaian secara berkala terhadap pelaksanaan tugas seharihari dari pelaksanaan program kerja pengurus. 2. Rapat Dewan Pengurus Lengkap : a. Menjabarkan hasil Musyawarah/Rapat Organisasi kedalam kalender kegiatan organisasi. b. Menetapkan pembentukan tim kerja untuk suatu tugas untuk suatu tugas tertentu. Pasal 25 K U O R U M 1. Musyawarah dan Rapat rapat Organisasi dinyatakan mencapai Kourum dan Sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (Satu per Dua) jumlah peserta yang berhak hadir dan memiliki hak suara. 2. Bilamana Kuorum tidak tercapai maka Musyawarah/Rapat-rapat dapat ditunda selama lamanya 24 (Dua Puluh Empat) jam. 3. Jika sesudah penundaan tersebut pada ayat 2 jumlah Kuorum belum tercapai maka Musyawarah/Rapat rapat tersebut dapat terus dilaksanakan dan semua keputusannya dinyatakan sah dan mengikat. 4. Khusus untuk perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga atau pembubaran organisasi, Musyawarah baru dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari 2/3 (Dua per Tiga) peserta yang berhak hadir yang memiliki hak suara. Pasal 26 PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Semua keputusan yang diambil dalam Musyawarah dan Rapat-rapat Organisasi dilakukan secara musyawarah dan mufakat. 2. Apabila tidak tercapai secara musyawarah dan mufakat, maka keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak dari peserta yang hadir yang memiliki hak suara. 3. Keputusan untuk maksud perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Organisasi diambil berdasarkan persetujuan seluruh peserta yang memiliki hak suara dalam suatu Musyawarah yang diadakan khusus untuk keperluan tersebut.
BAB VI PENASEHAT, DEWAN PERTIMBANGAN DAN KETUA KEHORMATAN. Pasal 27 P E N A S E H A T Penasehat untuk tingkat Nasional/Daerah Propinsi diangkat oleh Munas/Musda sesuai dengan tingkatan masing-masing. Pasal 28 DEWAN PERTIMBANGAN 1. Dewan Pertimbangan terdiri dari anggota-anggota ASTTI yang telah berjasa dalam perkembangan Organisasi ASTTI, diangkat oleh Munas/Musda sesuai dengan tingkatannya masing-masing. 2. Jumlah Personil Dewan Pertimbangan di tingkat Pusat/Daerah sebanyakbanyaknya 5 (Lima) orang.yang duduk dalam Dewan Pertimbangan tidak diperbolehkan merangkap jabatan pada Dewan Pengurus di semua tingkatan organisasi. 3. Ketua Dewan Pertimbangan di tingkat organisasi yang lebih rendah dapat duduk menjadi anggota Dewan Pertimbangan di tingkat organisasi yang setingkat lebih tinggi. 4. Dewan Pertimbangan berfungsi : a. Memberikan pertimbangan-pertimbangan dan saransaran kepada Dewan Pengurus. b. Melakukan pengamatan terhadap masalah-masalah organisasi, kelancaran pelaksanaan Anggran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ASTTI dan menyampaikan hasil pengamatan dalam bentuk saransaran dan nasehat kepada Badan Pimpinan. c. Melakukan Koordinasi secara berkala dengan Dewan Pengurus untuk membahas perkembangan dan masalah-masalah yang dianggap perlu. Pasal 29 KETUA KEHORMATAN 1. Ketua Kehormatan adalah Jabatan Kehormatan yang diberikan sebagai pemberi penghargaan kepada mantan Ketua Umum ASTTI ditingkat masing-masing yang menyelesaikan Jabatannya secara penuh. 2. Jabatan Ketua Kehormatan berakhir karena yang bersangkutan meninggal dunia atau dicabut oleh organisasi.
BAB VII KEUANGAN DAN PERBENDAHARAAN Pasal 30 SUMBER DANA Guna membiayai kehidupan, kegiatan dan pengembangan organisasi, ASTTI memperoleh dana dari : 1. Uang Pangkal dan Uang Iuran Anggota. 2. Biaya Sertifikasi 3. Sumbangan dan Bantuan yang tidak mengikat serta usaha-usaha lainnya yang sah. Pasal 31 PENGELOLAAN KEKAYAAN 1. Dewan Pengurus di setiap tingkatan Organisasi bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh harta kekayaan organisasi pada tingkatannya masing masing. 2. Bila organisasi pada suatu tingkatan menjadi bubar maka peruntukan harta kekayaan organisasi tersebut harus dititipkan pada Dewan Pengurus yang lebih atau dihibahkan/disumbangkan kepada Badan-badan Sosial. BAB VIII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 32 PERUBAHAN ANGARAN DASAR Perubahan Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan berdasarkan Keputusan Musyawarah Nasional. Pasal 33 PEMBUBARAN ORGANISASI 1. Pembubaran Organisasi secara Nasional hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan dengan suara bulat/aklamasi dari peserta yang memiliki Hak Suara pada Musyawarah Nasional yang diadakan khusus untuk itu. 2. Apabila Organisasi ini bubar maka Musyawarah Nasional tersebut sekaligus menetapkan penghibahan/penyumbangan seluruh Kekayaan Organisasi kepada Badan Badan Sosial.
BAB IX P E N U T U P Pasal 34 ANGGGARAN RUMAH TANGGA Hal hal yang belum atau belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar. Pasal 35 BERLAKUNYA ANGGARAN DASAR Anggaran Dasar ini disusun dan disahkan dalam Musyawarah Nasional Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : B a n d u n g Pada tanggal : 20 Desember 2002