untuk pembangunan membutuhkan peranan aktif Wajib Pajak. Sistem pemungutan pajak terdiri dari 3 jenis yaitu official assessment system, self

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa

1. Pengetahuan atas pajak memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap sikap atas pajak. Temuan hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dapat dilihat dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber bagi penerimaan negara dan mempunyai peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment.

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. memaksa Indonesia untuk terus mencari cara guna menstabilkan kondisi yang ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang awalnya official assessment system menjadi self assessment system. Self

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen dalam mengatur perekonomian negara, dapat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan. itu, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan modal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran umum Negara adalah untuk kegiatan pembangunan. dan makmur. Di Indonesia sendiri pembangunan masih tergolong rendah atau

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MOJOKERTO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa negara merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak digunakan untuk pembangunan yang berguna bagi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun WP Terdaftar WP yang

BAB II LANDASAN TEORI. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penerimaan pajak di Indonesia dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan dana yang relatif besar. Dana yang diperlukan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia harus memahami dan mematuhi segala peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara dan pembangunan nasional adalah pajak. Pemungutan pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kewajiban warga negara untuk membayar iuran atas penghasilan yang didapat untuk

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA) merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku.

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Usaha yang dilakukan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan agar negara tersebut dapat mandiri dalam membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Rendezvous,2012). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran. Adriani (dalam Kangtoshi, 2010), pajak adalah iuran masyarakat kepada

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

BAB I PENDAHULUAN. pajak, dengan menjaring wajib pajak baru (

BAB I PENDAHULUAN. dana, tenaga, dan ilmu yang tidak sedikit, yang tidak mungkin hanya

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Kemandirian suatu Negara dalam melaksanakan pembiayaan pembangunan sangat tergantung pada sumber penerimaan Negara tersebut. Sumber penerimaan Negara berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan non pajak (Olaofe, 2008). Pajak didefinisikan sebagai iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2011). Supramono dan Damayanti, (2009) menegaskan bahwa peran pajak sebagai sumber penerimaan Negara terbukti dari adanya realisasi penerimaan Negara yang berasal dari pajak hampir mencapai 80%. Untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak, fiskus melakukan esktensifikasi dan intensifikasi pajak. Ekstensifikasi pajak ditempuh dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif. Sedangkan, intensifikasi pajak ditempuh melalui peningkatan kepatuhan Wajib Pajak, pembinaan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak, pembinaan kepada Wajib Pajak, pengawasan administratif, pemerikasaan, penagihan pasif dan aktif, serta penegakan hukum (Arsyad,2013). Menurut Hammar, et al (2005), apabila semua Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya, maka pemerintahan tidak akan berfungsi secara baik. Oleh karena itu, penerimaan pajak yang akan digunakan pemerintah 1

untuk pembangunan membutuhkan peranan aktif Wajib Pajak. Sistem pemungutan pajak terdiri dari 3 jenis yaitu official assessment system, self assessment system, dan withholding system. Dengan diundangkannya UU No 6/1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Sistem ini memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk secara aktif memenuhi kewajiban perpajakannya, dengan harapan agar didalam diri Wajib Pajak tumbuh kepatuhan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Kepatuhan Wajib Pajak sangat diperlukan sebab sampai saat ini pajak masih menjadi tulang punggung penerimaan Negara. Penerapan self assessment system akan efektif jika kondisi kepatuhan sukarela pada masyarakat telah terbentuk (Damayanti, 2004). Namun, berbagai kasus pajak akhir-akhir ini berdampak pada rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Manurung (2013) mengungkapkan bahwa Wajib Pajak enggan membayar pajak karena banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat, ketidakpuasan terhadap pelayanan publik, serta pembangunan infrastruktur yang tidak merata. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah untuk mendorong kepatuhan Wajib Pajak guna meningkatkan penerimaan Negara dari sektor perpajakan. 2

Sumber :anggaran.depkeu.go.id diolah Berdasarkan data pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa rencana penerimaan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun ternyata sering tidak berhasil direalisasikan. Dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, tercatat hanya 2 kali penerimaan pajak yang berhasil melampaui target yaitu tahun 2005 dan 2008. Semenjak tahun 2009 penerimaan pajak tidak berhasil mencapai target, bahkan pada tahun 2012 persentase realisasi penerimaan pajak mencapai titik terendah dalam 8 tahun terakhir, dimana penerimaan pajak hanya terealisasi mencapai 90,6 % dari target yang ditetapkan. Menurut Saepudien (2012), penerimaan pajak Negara akan meningkat, jika tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak tinggi. Artinya jika semua Wajib Pajak yang ada memiliki kepatuhan dalam melaksanakan kewajibannya, maka target penerimaan pajak setiap tahun dapat tercapai. Berdasarkan data target dan realisasi penerimaan pajak diatas, maka tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia dapat dikaitkan dengan turunnya presentase realisasi penerimaan pajak. 3

Penelitian mengenai perilaku kepatuhan pajak dapat dikaji melalui aspek psikologis karena adanya hubungan antara Wajib Pajak dengan otoritas pajak yang dapat dilihat sebagai suatu kontrak psikologi (Feld and Frey 2002). Keberhasilan pemungutan pajak tergantung dari seberapa besar Wajib Pajak dengan otoritas pajak saling mempercayai dan mematuhi atau memenuhi komitmen dalam kontrak psikologi ini. Beberapa penelitian kepatuhan Wajib Pajak dengan pendekatan psikologis diantaranya dengan menggunakan Attribution Theory (Jatmiko, 2006; Santi, 2012) yang menjelaskan proses kognitif wajib Pajak dalam perilaku patuh atas pajak, Social Learning Theory (Damayanti dan Supramono, 2012) yang menjelaskan bahwa pengamatan dan pengalaman seseorang secara langsung dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. Selain kedua teori tersebut, penelitian tentang perilaku Kepatuhan Wajib Pajak juga dapat menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB). TPB sering dipakai untuk mengkaji perilaku seseorang karena sudah terbukti melalui banyak penelitian (Ajzen, 2005). Berdasarkan model Theory of Planned Behavior, Ajzen (1991), dapat dijelaskan bahwa perilaku patuh maupun tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakanya dapat dilakukan oleh Wajib Pajak apabila ada niat atau keinginan untuk melakukannya. Sedangkan munculnya niat untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (1) sikap yang menunjukkan tingkatan dimana seseorang mempunyai evaluasi yang positif atau negatif terhadap objek atau 4

perilaku tertentu, (2) norma subjektif sebagai faktor sosial yang menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu, (3) kontrol perilaku, menunjukkan kemudahan atau kesulitan untuk melakukan perilaku tertentu. Interaksi dari ketiga faktor ini akan membentuk niat berperilaku yang selanjutnya akan menentukan apakah perilaku tertentu akan dilakukan atau tidak. Pangestu dan Rusmana (2012) menggunakan model TPB untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam penyetoran SPT-Massa. Temuan mereka menunjukkan bahwa niat Wajib Pajak untuk patuh secara signifikan dipengaruhi oleh sikap, dan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Sedangkan norma subyektif tidak berpengaruh signifikan terhadap niat Wajib Pajak untuk patuh. Selain itu, niat Wajib Pajak untuk patuh juga menunjukkan hubungan signifikan terhadap kepatuhan pajak. Senada, Salman dan Sarjono (2013) juga menggunakan model TPB untuk meneliti perilaku kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa norma subyektif dan kontrol perilaku berpengaruh terhadap niat untuk patuh. Namun, penelitian ini menemukan bahwa sikap atas kepatuhan tidak berpengaruh secara empiris terhadap niat untuk patuh, serta niat untuk patuh juga tidak berpengaruh terhadap perilaku patuh Wajib Pajak. Penelitian ini juga menambahkan variabel Pengetahuan atas Pajak ke dalam model TPB, karena diduga akan mempengaruhi sikap atau cara pandang 5

seseorang terhadap Pajak. Menurut Fishben & Ajzen (1975), aspek keyakinan (behavioral beliefs) pada sikap berkaitan dengan keyakinan individu bahwa ia akan menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Dijelaskan-pula bahwa aspek ini merupakan aspek pengetahuan individu tentang objek sikap. Pengetahuan individu tentang objek sikap dapat pula berupa opini individu tentang hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap objek sikap tersebut. Selain itu, Azwar (1995) juga menjelaskan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki keterkaitan yang terletak pada aspek kognitif sebagai salah satu komponen dari sikap. Aspek kognitif tersebut berhubungan dengan keyakinan seseorang akan pengetahuannya terhadap objek. Pengaruh pengetahuan atas pajak terhadap sikap atas pajak didukung oleh penelitian Eriksen dan Fallan (1996) dalam Damayanti dan Supramono (2012) serta Edlund (1999) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan atas peraturan perpajakan maka semakin baik sikap atas pajak. Penelitian ini akan dilakukan di wilayah KP2KP Masohi-Kabupaten Maluku Tengah karena didasarkan pada data penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2012, yang hanya berkisar 2% dari seluruh Wajib Pajak yang terdaftar (www.berita maluku.com). Hal ini berarti bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Kabupaten Maluku Tengah tergolong rendah. Selanjutnya, penelitian ini bertujuan untuk 6

menguji pengaruh pengetahuan atas pajak terhadap sikap atas pajak, dan menguji pengaruh sikap atas pajak, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap niat untuk berperilaku patuh secara partial maupun simultan, serta pengaruh niat untuk berperilaku patuh terhadap perilaku kepatuhan pajak. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi menambah referensi penelitian tentang ilmu keperilakuan yang sudah ada sebelumnya, juga menambah wawasan mengenai perilaku kepatuhan Wajib Pajak dengan menggunakan pendekatan TPB. Selain itu, diharapkan akan memberikan informasi terkait tingkat kepatuhan Wajib Pajak, sehingga dapat membantu KP2KP merumuskan antisipasi yang tepat. 7