BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi informasi dalam mewujudkan kelancaran aktivitas perusahaan juga semakin penting. Perkembangan ini telah mengubah lingkungan bisnis di Indonesia dan tentunya perubahan ini membawa pengaruh terhadap akuntan Indonesia. Jasa dari akuntan sangat diperlukan agar perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat menghasilkan informasi yang akurat dan terpercaya. Profesi akuntan merupakan profesi kepercayaan sehingga harus selalu menjaga profesionalismenya. Kepercayaan masyarakat akan mutu jasa akuntan publik akan menjadi tinggi jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Pasal 1 ayat 2 Kode Etik Akuntan Indonesia menyatakan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh 1
berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Di samping itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya. Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya, oleh karena itu dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri (Sri Trisnaningsih, 2007:2). Kurangnya independensi auditor dan maraknya manipulasi akuntansi korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan mulai menurun, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen. Krisis moral dalam dunia bisnis yang mengemuka akhir-akhir ini adalah kasus Enron Corporation. Laporan keuangan Enron sebelumnya dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh kantor akuntan Arthur Anderson, salah satu kantor akuntan publik (KAP) dalam jajaran big four, namun secara mengejutkan pada 2 Desember 2001 dinyatakan pailit. 2
Kepailitan tersebut salah satunya karena Arthur Anderson memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultan bisnis (Santoso, 2002 dalam Sri Trisnaningsih, 2007). Di Indonesia sendiri ada kasus Kimia Farma dan Bank Lippo, dengan melibatkan kantor-kantor akuntan yang selama ini diyakini memiliki kualitas audit tinggi. Kasus Kimia Farma dan Bank Lippo juga berawal dari terdeteksinya manipulasi dalam laporan keuangan. Kasus lain yang cukup menarik adalah kasus audit PT. Telkom yang melibatkan KAP Eddy Pianto & Rekan, dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT. Telkom tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat). Peristiwa ini mengharuskan dilakukannya audit ulang terhadap PT. Telkom oleh KAP yang lain. Kasus keterlibatan 10 KAP yang melakukan audit terhadap bank beku operasi (BBO) dan bank beku kegiatan usaha, dalam kasus ini melibatkan KAP papan atas. Di samping itu, kasus penggelapan pajak oleh KAP KPMG Sidharta Sidharta & Harsono yang menyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen) untuk melakukan penyuapan kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas jumlah kewajiban pajak yang harus dibayarnya. Pelanggaran-pelanggaran lain oleh perusahaan publik yang tidak terpublikasi oleh media ini disebabkan adanya benturan kepentingan (Sri Trisnaningsih, 2007). Berdasarkan kasus-kasus di atas, dan kemudian dihubungkan dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, akuntan seolah menjadi profesi yang harus/paling bertanggung jawab. Hal ini disebabkan karena pentingnya peran akuntan 3
dalam masyarakat bisnis. Akuntan publik bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar tanggungjawabnya atas kemerosotan perekonomian Indonesia (Ludigdo, 2006 dalam Sri Trisnaningsih, 2007). Hal tersebut juga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap independensi penampilan akuntan publik. Mahasiswa akuntansi merupakan calon-calon akuntan profesional, yang persepsinya banyak dipengaruhi oleh teori yang mereka peroleh selama menempuh bangku perkuliahan dan belum banyak dipengaruhi oleh kondisi yang sebenarnya terjadi dalam dunia kerja auditor sehingga digunakan sebagai responden walaupun tidak memiliki kepentingan langsung akan independensi akuntan publik, namun pendapat dari responden mahasiswa akuntansi dapat mewakili masyarakat umum serta dapat dipertanggungjawabkan karena telah memiliki pengetahuan mengenai audit serta kode etik akuntan publik. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi dengan mahasiswa PPAk di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana terhadap independensi penampilan akuntan publik? 2) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi dengan independensi penampilan akuntan publik? 4
3) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa PPAk dengan independensi penampilan akuntan publik? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi dengan mahasiswa PPAk di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana terhadap independensi penampilan akuntan publik. 2) Untuk mengetahui perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi dengan independensi penampilan akuntan publik. 3) Untuk mengetahui perbedaan persepsi antara mahasiswa PPAk dengan independensi penampilan akuntan publik. 1.3 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kalangan akademisi mengenai perbedaan persepsi mahasiswa S1 akuntansi, mahasiswa PPAk, dan mahasiswa S2 akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. 2) Kegunaan Praktis 5
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) khususnya kompartemen akuntansi pendidik mengenai persepsi mahasiswa akuntansi terhadap independensi penampilan akuntan publik. 1.4 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab satu dengan bab yang lain dan disusun secara terperinci dan sistematis. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan tentang skripsi ini, sistematika dari masing-masing bab dapat diperinci sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori yang berasal dari literatur yang dianggap relevan dengan permasalahan agar dapat diakomodasikan sebagai argumentasi yang akurat sebagai konsep pembahasan permasalahan serta penelitian sebelumnya. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini diuraikan tentang lokasi dan objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode 6
penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bab penutup yang mengemukakan simpulan akhir dari pembahasan yang menjadi jawaban dari permasalahan dan saran-saran kepada perusahaan dan penelitian berikutnya yang memiliki keterkaitan terhadap penelitian ini. 7