BAB II LANDASAN TEORI a. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan (2011): 1) Faktor internal a) Pendidikan Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya halhal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. b) Pekerjaan Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. 6
c) Umur Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 2) Faktor eksternal a) Faktor lingkungan Lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi. c. Pengukuran pengetahuan Ketentuan pengukuran pengetahuan menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation) (Riwidikdo, 2010). 1) Baik : bila nilai x > mean + 1 SD 2) Cukup : bila nilai mean 1 SD x mean + 1 SD 3) Kurang : bila nilai x < mean 1 SD 2. Pemberian Susu Formula a. Pengertian susu formula bayi Susu formula bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk bayi sampai berusia 6 (enam) bulan (Permenkes RI No 39, 2013). 7
Susu formula bayi merupakan susu yang dihumanisasi, yaitu dimanipulasi sehingga menyerupai ASI (Lissauer, 2009). b. Macam-macam susu formula Macam-macam susu formula menurut Khasanah (2011) adalah : 1) Susu formula adaptasi Susu formula adaptasi adalah susu formula yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Susunan zat gizi susu formula adaptasi sangat mendekati ASI, namun tidak sama persis. 2) Susu formula awal lengkap Susu formula awal lengkap susunan zat gizinya lengkap dan pemberiannya dapat dimulai setelah bayi dilahirkan. Susu formula ini memiliki kadar protein yang tinggi dan komposisi zat gizi lain tidak disesuaikan dengan ASI. 3) Susu formula follow-up Susu formula follow-up adalah susu formula lanjutan yang gunanya mengganti formula bayi yang sedang dipakai. Susu formula followup diperuntukkan bagi bayi berumur 6 bulan ke atas. 4) Susu formula khusus Susu formula khusus merupakan formula khusus yang diberikan pada bayi yang mengalami gangguan malabsorbsi, alergi, dan intoleransi. 8
5) Susu formula prematur Susu formula prematur digunakan untuk bayi yang lahir prematur. Komposisi zat gizinya lebih besar dibandingkan dengan formula biasa. 6) Susu hipoalergenik (hidrolisat) Susu formula hipoalergenik diberikan pada bayi yang mengalami gangguan pencernaan protein. Kandungan susu formula ini bentuk protein yang paling kecil sehingga langsung bisa digunakan oleh tubuh bayi. 7) Susu soya Bahan dasar dalam susu soya adalah sari kedelai yang diperuntukkan bagi bayi yang memiliki alergi terhadap protein susu sapi. 8) Susu rendah laktosa atau tanpa laktosa Susu rendah laktosa cocok untuk bayi yang tidak mampu mencerna laktosa (intoleransi laktosa). Sebagai penggantinya, susu formula jenis ini akan menambahkan kandungan gula jagung. 9) Susu formula dengan asam lemak rantai sedang yang tinggi Susu formula dengan lemak rantai sedang tinggi diberikan kepada bayi yang kesulitan dalam menyerap lemak. 10) Susu formula semierlementer Susu formula semierlementer diberikan pada bayi yang mengalami infeksi usus yang sudah dilakukan pembedahan dan tidak boleh diberikan secara sembarangan tanpa petunjuk dokter. 9
c. Pemberian susu formula (Permenkes RI No. 39, 2013) 1) Pemberian susu formula bayi berdasarkan indikasi medis : a) Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus: galaktosemia klasik, maple syrup urine disease, fenilketonuria, dan kelainan metabolisme lain. b) Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI dengan jangka waktu terbatas : BBLR <1500 gram, bayi prematur <32 minggu, bayi yang berisiko hipoglikemia. c) Kondisi medis ibu yang sedang mendapatkan pengobatan : ibu terinfeksi HIV kecuali jika bayi diketahui (+) terinfeksi HIV atau ibu dan bayi telah mendapatkan pengobatan dan ASI dinyatakan aman untuk bayi, ibu menderita penyakit parah seperti sepsis, ibu menderita infeksi virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) dan HSV- 2 di payudara, ibu dalam pengobatan menggunakan obat psikoterapi jenis penenang, obat anti epilepsi, opioid, radioaktif iodine 131, penggunaan yodium (yodofor topical) dan sitotoksik kemoterapi. d) Ibu dengan HbsAg + (bayi belum diberikan vaksinasi hepatitis yang pasif dan aktif dalam 12 jam dan keadaan lain sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Pemberian susu formula pada keadaan ibu tidak ada/terpisah dari bayi: a) Ibu meninggal dunia, sakit berat, menderita gangguan jiwa berat. 10
b) Ibu tidak diketahui keberadaannya. c) Ibu terpisah dari bayi karena bencana. d. Cara pemberian susu formula (Permenkes RI No. 39, 2013) 1) Pemberian susu formula bayi harus disesuaikan dengan umur, kondisi bayi dan sesuai dengan takaran saji yang dianjurkan. 2) Penggunaan susu formula bayi harus dilakukan dengan memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi, meliputi : a) Cuci tangan dengan sabun dan dibilas pada air mengalir sebelum menyajikan susu formula bayi. b) Cairkan susu dengan air yang telah dididihkan dan tunggu 10 menit. c) Lihat petunjuk takaran yang terdapat pada kemasan susu formula bayi atau dengan mengikuti saran dokter. d) Jika dalam waktu 2 jam susu tidak habis harus dibuang. 3) Penggunaan produk bayi lainnya dilakukan secara hygiene dan sesuai standar yang ditetapkan, meliputi : a) Perhatikan tanggal kadaluarsa. b) Perhatikan keutuhan kemasan. c) Cuci dan rebus setiap bagian alat yang digunakan untuk penyiapan/penyajian susu formula bayi dengan air mendidih. 11
Tabel 2.1. Perbandingan ASI dan Susu Formula Zat Gizi ASI Susu Formula Protein Lebih banyak Lebih banyak mengandung mengandung whey casein (protein yang sulit (protein yang mudah dicerna) dicerna) 60% Lemak Penghasil kalori, lebih mudah dicerna. Lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Sulit dicerna. Lebih banyak asam lemak rantai panjang dan asam lemak jenuh. Kadar asam lemak tak jenuh rendah. Kalsium Lebih sedikit tetapi lebih mudah diserap. Bayi menyerap kira-kira dua pertiganya Kandungannya kira-kira 1,5 kali ASI, bayi menyerap seperempat sampai sepertiganya. Karbohidrat Kadar Laktosa tinggi Kadar Laktosa lebih rendah Besi (Fe) Bayi menyerap kira-kira 49%, defisiensi Fe jarang terjadi pada bayi yang hanya diberi ASI untuk umur kurang dari 6 bulan Formula yang diperkaya dengan zat besi (Fe) mengandung kira-kira 24 kali ASI, hanya kira-kira 4% yang diserap Seng Kira-kira 60% diserap Kandungannya kira-kira 3-4 kali ASI, kira-kira 30% diserap Vitamin D Kandungannya 400 IU/qt. Kandungannya sedikit atau tidak ada sama sekali Mineral Lebih sedikit tetapi lebih mudah diserap. Lebih tinggi 3-4 kali. Kadar mineral yang terlalu tinggi tidak baik untuk kesehatan bayi. Faktor Imunitas Ada (Immunoglobulin, lisozim) Tidak ada Efek Samping ASI Susu Formula Mudah Tercemar ASI steril karena langsung Mudah tercemar oleh dikeluarkan ketika bakteri, terlebih bila 12
Diare dan Sering Muntah Infeksi (Saluran Pernapasan) menyusu dan tidak ada ruang untuk bakteri masuk ke dalam ASI. Mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang masih rentan sehingga tidak menyebabkan diare. Proses menyedot ASI dapat memperkuat paruparu bayi. menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi susu. Pengenceran yang kurang tepat dapat mengganggu pencernaan bayi, susu yang terlalu kental dapat membuat usus bayi sulit mencerna yang mengakibatkan bayi mengalami diare. Penolakan susu yang terlalu kental juga bisa menimbulkan muntah. Tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Lebih sering sakit ISPA. Obesitas Bayi cenderung mengambil ASI sesuai kebutuhannya dan berhenti ketika sudah merasa cukup. Sulit dicerna ASI dilengkapi dengan enzim-enzim yang membantu proses pencernaan sehingga meringankan kerja sistem pencernaan bayi. Kelebihan air dan komposisi lemak tubuh, dapat juga mengalami marasmus karena pengenceran susu dengan air melebihi ketentuan. Tidak mengandung enzim untuk membantu pencernaan zat gizi sehingga lebih lama mengisi lambung. Bayi tidak cepat merasa lapar dan sering menderita sembelit. Alergi Mengandung antibodi IgA tinggi yang berfungsi sebagai pencegahan sistem imun terhadap zat pemicu alergi. Terdapat lebih dari 40 jenis protein yang berbeda dalam susu sapi yang berpotensi menyebabkan alergi. Kerugian ASI Susu Formula Pemborosan Ibu tidak perlu Bayi usia 6-7 bulan telah mengeluarkan biaya menghabiskan sekitar 150 sampai bayi berumur 6 liter susu yang setara dengan 13
Keterikatan antara ibu dan bayi bulan. Pengaruh kontak langsung antara ibu dan bayi selama proses menyusui dapat membentuk ikatan kasih sayang (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak masih dalam rahim. 22 kg susu bubuk. Biaya ini belum memperhitungkan keperluan lain dan yang lebih penting lagi biaya pengobatan pada bayi yang diberi susu formula membengkak 10 kali lebih besar dibandingkan bayi yang diberi ASI. Susu formula tidak dapat membentuk ikatan kasih sayang seperti pada pemberian ASI karena selain diberikan dengan dot/sendok, pemberian susu formula dapat diberikan oleh anggota keluarga lain bukan hanya oleh ibu. Kecerdasan Bayi Mengandung AA (kelompok omega-6) dan DHA (kelompok omega-3) serta nutrisi lain yang merupakan zat yang dapat merangsang pertumbuhan otak bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI. Terdapat lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain AA, DHA, taurin, dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Sehingga susu formula tidak bisa membantu meningkatkan kecerdasan bayi. Meskipun produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, namun hasilnya tetap tidak bisa menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI. Sumber : Proverawati, 2010 ; Khasanah, 2011 ; Arisman, 2007 14
3. Sikap a. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Thomas & Znaniecki dalam Wawan (2011) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Aiken dalam Wawan (2011) menambahkan bahwa sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seseorang individu untuk merespon secara positif atau negatif terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain. Secord & Backman dalam Azwar (2013) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. b. Komponen sikap (Azwar, 2013) 1) Komponen kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Mann (1969) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype (pelabelan atau penandaan) yang dimiliki individu 15
mengenai sesuatu. Komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini). Contohnya seorang ibu telah mendengar tentang efek samping dan kerugian susu formula. Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir untuk tidak memberikan susu formula. 2) Komponen afektif Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Contohnya dalam berpikir untuk tidak memberikan susu formula, komponen emosi dan keyakinan ibu ikut bekerja, sehingga ibu tersebut berniat untuk tidak memberikan susu formula. 3) Komponen konatif Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Contohnya ibu tidak berniat memberikan susu formula agar bayinya tidak mendapatkan efek samping dan kerugian dari pemberian susu formula. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa efek samping dan kerugian pemberian susu formula. 16
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan (2011) antara lain : 1) Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena sikap akan lebih mudah terbentuk apabila terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. 3) Pengaruh kebudayaan Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu asuhannya. 4) Media massa Berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 17
6) Faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. d. Pengukuran sikap Skala Likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau dialaminya (Hidayat, 2010). Suatu cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual dalam skala Likert adalah dengan membandingkan skor dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok. Perbandingan menjadi mempunyai arti, jika dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok, yang berarti harus mengubah skor individual menjadi skor standar. Salah satu skor standar yang bisa digunakan dalam skala model Likert adalah skor T (Azwar, 2013). 1) Sikap Positif : Skor T > 50 2) Sikap Negatif : Skor T 50 4. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Katz menyebutkan bahwa dalam fungsi pengetahuan, manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh 18
individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi (Azwar, 2013). Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan (Wawan, 2011). Suatu komunikasi tertentu yang berupa perubahan sikap akan tergantung pada sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami dan diterima. Perhatian dan pemahaman subjek terhadap komunikasi atau pesan yang disampaikan akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh subjek mengenai isi pesan tersebut, sedangkan proses-proses lain dianggap menentukan apakah isi yang dipelajari akan diterima atau diadopsi oleh subjek ataukah tidak (Azwar, 2013). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan, 2011). Penelitian Baihaki (2013) tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Post Partum Tentang Manajemen Laktasi Di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rsud Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 didapatkan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu post partum tentang manajemen laktasi. Menurut Baihaki (2013) Sikap tentang pemberian ASI merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk 19
bersedia atau kesiapan untuk memberikan ASI. Dalam hubungannya dengan ASI, sikap ibu adalah bagaimana reaksi atau respon tertutup ibu menyusui terhadap ASI. Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Ibu juga membutuhkan informasi yang spesifik dan pendampingan berkaitan dengan inisiasi menyusui segera. Ibu yang terus mendapat dukungan akan lebih menerapkan praktik menyusui dini dibandingkan ibu yang hanya mendapat sedikit informasi dan dampingan. Dukungan positif disertai pengetahuan menyusui yang baik akan mendorong ibu untuk menyusui. 20
b. Kerangka Konsep Pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Faktor internal : pendidikan, pekerjaan, umur. 2. Faktor eksternal : lingkungan, sosial budaya Perhatian Pemahaman Penerimaan Sikap / perilaku tertutup ibu terhadap pemberian susu formula Faktor - faktor yang mempengaruhi sikap : 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain 3. Kebudayaan 4. Media massa 5. Lembaga pendidikan&agama 6. Faktor emosional Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Sumber : Langkah-langkah perubahan sikap menurut model Hovland, Janis & Kelley dalam Azwar (2013) 21
c. Hipotesis Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan. 22