Hibah di Bawah Tangan tanpa Sepengetahuan Pemilik Harta Hibah Ditinjau Berdasarkan Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Nomor: 1000/Pdt.G/2011/PA.

dokumen-dokumen yang mirip
repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari seorang

BAB II TINJAUAN UMUM HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM. Hibah secara etimologi adalah bentuk masdar (hubungan antara manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

I. PENDAHULUAN. maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai pemberian yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

RINGKASAN Bagi umat Islam yang mentaati dan melaksanakan ketentuan pembagian warisan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah swt.

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

P E N E T A P A N Nomor 0087/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat Telp. (021) Fax: (021)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

Konversi Akad Murabahah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

c. QS. al-ma idah [5]: 6: 78.9&:;8&<,-.,, &DEF2 4A0.0BC 78#1 #F7"; 1, 4&G5)42 # % J5#,#;52 #HI Hai orang yang beriman, janganlah ke

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

Pendidikan Agama Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

P U T U S A N. Nomor 114/Pdt.G/2012/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

Transkripsi:

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Hibah di Bawah Tangan tanpa Sepengetahuan Pemilik Harta Hibah Ditinjau Berdasarkan Hukum Islam (Studi Kasus Putusan Nomor: 1000/Pdt.G/2011/PA.Mlg) Riffnasetia Andriany Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: riffnasetia@yahoo.com Abstrak. Menurut Islam, hibah adalah pengalihan hak kepemilikan atas sesuatu tanpa adanya ganti atau imbalan sebagai suatu pemberian dari seseorang kepada orang lain. Salah satu cara orang tua untuk membahagiakan anaknya yaitu dengan memberikan sebagian harta kepada anak kandungnya. Hal ini dilakukan agar si anak dapat memiliki sebagian harta yang dimiliki orang tua tanpa harus menunggu orang tua meninggal dunia. Benda yang dapat dihibahkan, pada prinsipnya sama dengan benda yang dapat diwasiatkan, yakni harus merupakan hak milik dari si Penghibah. Hibah yang dilakukan orang tua kepada anaknya ternyata dapat mengandung celah yang dapat menimbulkan sengketa di kemudian hari. Salah satunya apabila seorang anak mengaku-ngaku menerima harta yang di dapat selama kedua orang tua melangsungkan perkawinan atau harta bersama itu ternyata jatuh menjadi miliknya, sedangkan orang tua tidak merasa dirinya menghibahkan harta tersebut kepada salah satu anaknya tersebut, sehingga hal ini menimbulkan permasalahan kepada anak kandung lain yang di kemudian hari tidak akan mendapatkan warisan dari orang tuanya karena satu-satunya harta milik orang tuanya telah dihibahkan dan dilakukan di bawah tangan oleh salah satu anaknya tanpa sepengetahuan pemilik harta hibah yaitu orang tuanya. Penelitian dilakukan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yang menitikberatkan pada penggunaan data sekunder. Pendekatan yuridis normatif dalam penulisan ini Penulis menjadikan teori, pendapat ahli dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Spesifikasi penelitian dilakukan secara deskriptif analisis, artinya penulis akan menggambarkan dan menerangkan secara jelas fakta-fakta mengenai permasalahan terkait hibah dibawah tangan berdasarkan pada asas-asas Hukum Islam. Obyek penulisan menggunakan data primer dan data sekunder. Dan untuk menganalisi data digunakan metode yuridis kualitatif dengan cara melakukan analisis data hasil studi literatur atau kepustakaan dan studi kasus dari Pengadilan Agama. Hibah menjadi sah hukumnya apabila dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam. Syarat sahnya hibah dilakukan dengan tiga perkara yaitu Ijab, Kabul dan Qabdhu. Apabila ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi maka hibah tersebut tidak sah dan dapat dilakukan penarikan atau pencabutan kembali. Selain syarat sahnya hibah, prinsip musyawarah dan keadilan pun harus terpenuhi agar tidak merugikan pihak lain. Apabila dalam perkara ini banyak menyalahi aturan hukum, maka obyek hibah tersebut harus kembali kepada pemilik semula. Kata kunci: Hibah, Pemilik Harta, Hukum Islam A. Pendahuluan Latar Belakang Keluarga merupakan tempat mencurahkan kasih sayang orang tua kepada anaknya. Salah satu cara orang tua untuk membahagiakan anaknya yaitu dengan memberikan sebagian harta kepada anak kandungnya. Hal ini dilakukan agar si anak dapat memiliki sebagian harta yang dimiliki orang tua tanpa harus menunggu orang tua meninggal dunia. Pemberian suatu harta dari orang tua kepada anaknya ditujukan sebagai modal kehidupan karena akan hidup mandiri. Harta yang diberikan oleh seseorang secara cuma-cuma pada masa hidupnya disebut Hibah. 1 1 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Daar Al Kitab Al Arabi: 6/246, Beirut. (Penulisan ini diambil dari: http://www.ahmadzain.com/read/ilmu/439/perbedaaan-antara-hibah-wasiat-dan-warisan/) Diakses Pada Tanggal 11 Februari 2016, Pukul 20.00 WIB. 45

46 Riffnasetia Andriany Menurut Islam, hibah adalah ungkapan tentang pengalihan hak kepemilikan atas sesuatu tanpa adanya ganti atau imbalan sebagai suatu pemberian dari seseorang kepada orang lain. Hibah dianggap sebagai pengelolaan harta yang dapat menguatkan kekerabatan dan dapat merekatkan kasih sayang di antara manusia. 2 Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 171 huruf g, hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. 3 Seseorang boleh memberikan hibah tanpa batas, tetapi sebaik-baiknya hibah tidak diperbolehkan apabila lebih dari 1/3 karena dapat menyengsarakan pemilik harta hibah. Benda yang dapat dihibahkan, pada prinsipnya sama dengan benda yang dapat diwasiatkan, yakni harus merupakan hak dari si Penghibah. Benda yang dapat dihibahkan adalah benda milik si Penghibah yang telah ada dan bukan milik orang lain, baik benda bergerak maupun benda tetap, berwujud maupun tidak berwujud. Hibah yang dilakukan orang tua kepada anaknya ternyata dapat mengandung celah yang dapat menimbulkan sengketa di kemudian hari. Salah satunya apabila seorang anak mengaku-ngaku menerima harta dari orang tuanya, sedangkan orang tua tidak merasa dirinya menghibahkan harta tersebut kepada salah satu anaknya tersebut, sehingga hal ini menimbulkan permasalahan kepada anak kandung lain yang di kemudian hari tidak akan mendapatkan warisan dari orang tuanya karena satu-satunya harta milik orang tuanya telah dihibahkan dan dilakukan di bawah tangan oleh salah satu anaknya. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan Hukum Islam tentang Hibah Di Bawah Tangan tanpa sepengetahuan Pemilik Harta Hibah. 2. Untuk menganalisis pandangan Hukum Islam terhadap hasil Putusan yang dikeluarkan oleh Hakim Pengadilan Agama Malang tentang Hibah Di Bawah Tangan tanpa sepengetahuan Pemilik Harta Hibah. 3. Untuk menetapkan akibat hukum dari Hibah yang dilakukan di Bawah Tangan tanpa sepengetahuan Pemilik Harta Hibah berdasarkan Hukum Islam. B. Landasan Teori Pengertian Hibah Hibah secara etimologi adalah bentuk masdar (hubungan antara manusia dengan Tuhan) dari kata wahaba, yang berarti pemberian, sedangkan hibah menurut istilah adalah akad yang pokok persoalannya, pemberian harta milik orang lain di waktu ia masih hidup tanpa imbalan. 4 Menurut Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam Buku III Tentang Kewarisan Pasal 171 huruf (g), mendefinisikan hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kerelaan dalam melakukan perbuatan hukum tanpa ada paksaan dari pihak lain merupakan unsur yang harus ada dalam pelaksanaan hibah. Oleh karena 2 Abdul Ghafur Anshari, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Cet. 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2010, Hlm. 174. 4 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Alma arif, Bandung, 1986, Hlm. 388. Volume 2, No.1, Tahun 2016

Hibah di Bawah Tangan tanpa Sepengetahuan Pemilik Harta Hibah Ditinjau... 47 itu asas dalam pelaksanaan hibah adalah sukarela. Dasar Hukum Hibah Dasar hukum merupakan landasan bagi setiap individu yang akan melakukan pemberian hibah, menurut Hukum Islam ketentuan pelaksanaan hibah terdapat dalam Al-Quran, Al-Hadits dan Kompilasi Hukum Islam, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. QS Al-Baqarah (2) ayat 177, yang artinya: Dan berikanlah harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang membutuhkan pertolongan), hamba sahaya. 5 2. Hadist yang diriwayatkan dari Abu Jurairah r.a Abdullah Ibnu Umar dan Siti Aisyah r.a bahwa Rasulullah S.A.W bersabda, yang artinya: Saling memberi hadiahlah, maka kamu akan saling mencintai (H.R pengarang kitab-kitab yang mansyur). 6 3. Kompilasi Hukum Islam memuat substansi hukum penghibahan yang terdiri dari 5 Pasal yaitu Pasal 210 sampai dengan Pasal 214. Rukun Hibah Rukun adalah "ma aujaba wanqhata'a" yang artinya suatu perkara yang di wajibkan dan terputus-putus. Maknanya: Rukun merupakan sesuatu yang wajib kita laksanakan sebagai tolak ukur sah atau tidaknya ibadah kita dan terputus-putus. 7 Rukun hibah ada empat, yaitu: 1. Orang yang menghibahkan. 2. Harta yang dihibahkan. 3. Lafaz hibah (ijab kabul). 4. Orang yang menerima hibah. 8 Syarat Hibah Syarat adalah "ma aujaba wastamarra" yang artinya suatu perkara yang di wajibkan dan terus menerus. Maknanya: Syarat merupakan sesuatu yang wajib kita laksanakan sebagai tolak ukur sah atau tidaknya ibadah kita dan dalam melaksanakannya harus terus menerus. 9 Syarat-syarat dalam pelaksanaan hibah adalah sebagai berikut: 1. Syarat Orang yang Menghibahkan 2. Syarat Harta yang Dihibahkan 3. Syarat Lafaz Hibah (Ijab Kabul) Para Imam Mazhab sepakat, hibah menjadi sah hukumnya jika dilakukan dengan tiga perkara: 5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, J-ART, Bandung, 2005, Hlm. 28. 6 Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2001, Hlm. 243. http://encepfr.blogspot.co.id/2010/11/perbedaan-syarat-dan-rukun-dalam.html. Diakses Pada Tanggal 11 Februari 2016, Pukul 20.20 WIB. 8 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Cet. 2, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2007, Hlm. 84. 9 http://encepfr.blogspot.co.id/2010/11/perbedaan-syarat-dan-rukun-dalam.html. Diakses Pada Tanggal 11 Februari 2016, Pukul 20.25 WIB. Ilmu Hukum, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

48 Riffnasetia Andriany 1. Ijab (penawaran/pemberian) 2. Qabul (pernyataan/penerimaan) 3. Qabdhu (serah terima barang yang dihibahkan) 4. Syarat Penerima Hibah Hikmah Disyariatkannya Hibah Setiap muslim, dalam kehidupan sehari-hari dianjurkan untuk saling tolongmenolong dalam kebaikan sebagaimana dianjurkan oleh Allah SWT, dan Rasulullah SAW. Adapun Hikmah dan manfaat disyariatkannya hibah, antara lain sebagai berikut: 1. Memberi hibah dapat menghilangkan penyakit dengki, yakni penyakit yang terdapat dalam hati dan dapat merusak nilai-nilai keimanan. Hibah yang dilakukan sebagai penawar racun hati, yaitu dengki. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW: Saling memberilah kalian, karena pemberian (hibah) itu dapat menghilangkan sakit hati (dengki). 2. Hibah dapat mendatangkan rasa saling mengasihi dan menyayangi. Abu Ya la meriwayatkan sebuah hadist dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW. bersabda: Saling memberilah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai. Prinsip-prinsip Tentang Hibah Islam menetapkan bahwa hak hamba Allah yang paling besar yang menjadi tanggung jawab seseorang, ialah untuk kaum kerabatnya, itulah yang dinamakan silaturrahim. Wajiblah seseorang menolongnya dan membantunya apabila kaum kerabatnya ditimpa suatu bencana sebagaimana hak kaum kerabat di dalam sedekah dan diutamakan dari pada hak orang lain. Inilah salah satu tujuan disyari atkannya hibah. Adapun prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan hibah adalah: 1. Prinsip Musyawarah 2. Prinsip Keadilan / Persamaan 3. Prinsip Tidak Ada Pencabutan Dalam Hibah C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kasus Posisi Berdasarkan hasil penelitian pada Putusan perkara Gugatan Pembatalan Hibah Nomor: 1000/Pdt.G/2011/PA.Mlg, tertanggal 17 Juni 2011, yaitu Perkara antara H. Achmad Jakoen Tjokrohadi bin Achmad Tohir dan Hj. Boediharti binti Notodiharjo sebagai orang tua selanjutnya disebut Penggugat melawan Dra. Ani Hadi Setyowati alias Ani Indra Sudibyo binti H. Achmad Jakoen Tjokrohadi dan Surya Indra Sudibyo bin Joko Sudibyo sebagai anak dan menantunya selanjutnya disebut Tergugat. Bahwa selama pernikahan para penggugat memiliki satu-satunya harta gono-gini yaitu sebidang tanah dan bangunan, yang dahulu atas nama Ahmad Jakoen sekarang telah berubah menjadi atas nama Ani Hadi Setyowati. Di kemudian hari Ani Hadi Setyowati dan Suaminya mengajak orang tua mereka menghadap ke Kantor Notaris untuk menandatangani akta yang pada akhirnya disadari oleh orang tua mereka bahwa akta tersebut adalah akta hibah yang di buat oleh Notaris Malang, yang berisi para Penggugat menghibahkan tanah dan bangunan obyek sengketa seluruhnya kepada Tergugat. Para Tergugat telah memanfaatkan keadaan para Penggugat yang telah Volume 2, No.1, Tahun 2016

Hibah di Bawah Tangan tanpa Sepengetahuan Pemilik Harta Hibah Ditinjau... 49 berusia lanjut dan telah merekayasa Surat Pernyataan Persetujuan Di Bawah Tangan tanpa tanggal dari ketujuh saudara kandungnya untuk menyetujui Hibah Para Penggugat kepada Tergugat. Sehingga hal tersebut dapat menghilangkan hak waris terhadap ketujuh saudara kandungnya tersebut. Pertimbangan Hakim Menimbang bahwa berdasarkan Akta Hibah yang diakui keberadaannya oleh Para Penggugat maka menjadi terbukti adanya perjanjian hibah antara Para Penggugat dan Tergugat I. Menimbang Akta Hibah dalam karakternya sebagai akta otentik berdasarkan Pasal 165 HIR Jo. Pasal 1870 KUH Perdata mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak, dan karena itu Akta Hibah a quo mengikat kedua belah pihak untuk menaati isi kesepakatan yang tertulis di dalamnya. Menimbang bahwa para pihak yang telah terikat dengan suatu perjanjian maka mereka wajib patuh dan taat atas isi perjanjiannya itu, hal ini merupakan amanah dari firman Allah dalam Surah Al-Isra ayat 34, yang artinya: Dan tunaikanlah oleh kamu sekalian akan perjanjian itu, karena perjanjian itu pasti dimintai pertanggung jawabannya Menimbang dalam firman yang lain dalam Surat Al-Maidah ayat 1, Allah menyatakan, yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tunaikanlah oleh kamu sekalian akan perikatan-perikatan itu. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, Para Penggugat dan Tergugat I terikat untuk menaati isi dari Pasal 5 Akta Hibah a quo. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut maka Majelis Hakim berpendapat bahwa segala sengketa yang terkait dengan perjanjian hibah a quo seharusnya menjadi wewenang Peradilan Umum, in casu Pengadilan Negeri Malang. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis Hakim perlu mengabulkan eksepsi Para Penggugat dengan menyatakan bahwa Pengadilan Agama Malang tidak berwenang mengadili perkara a quo. Hasil Wawancara Penulis mewawancarai K.H. Badruzzaman MA., mengenai Hibah Di Bawah Tangan Sepengetahuan Pemilik Harta Hibah. Menurut K.H. Badruzzaman MA., beliau mengatakan bahwa dari pihak Penggugat (Orang tua) sebenarnya memang tidak ada niat untuk menghibahkan hartanya, dan Tergugat (anaknya) telah menipu orang tuanya yang tidak tahu-menahu untuk menandatangani Akta Hibah. Menurutnya memang Pengadilan lebih suka melihat pada bukti fisik, karena menurut Pengadilan bukti fisik itu sah, dan menurut ajaran Islam bukti fisik tersebut tidak sah. Seharusnya Pengadilan Agama bertanya apakah Penggugat benar-benar menghibahkan atau memang merasa telah tertipu? Bila merasa tertipu maka Pengadilan Agama pun harus membatalkan. Disini Pengadilan Agama telah salah besar dalam memutus perkara, seharusnya melihat dari sudut normatif Hukum Islam, serta harus melihat bagaimana proses penghibahan itu berlangsung, karena Hibah itu seharusnya didasarkan pada kesadaran, keridhoan, bukan dipaksa dan bukan ditipu. Jadi dalam Hukum Islam tidak ada dalil yang menjelaskan mengenai Hibah Di Bawah Tangan (pemaksaan maupun penipuan). Karena dalam ajaran Islam sudah ada aturannya bahwa harta peninggalan itu diatur Ilmu Hukum, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

50 Riffnasetia Andriany oleh Hukum Waris, kecuali orang tuanya menghibahkan, itupun para Ulama berijtihad dianalogkan kepada wasiat yang tidak boleh lebih dari 1/3, karena nanti dianggap dapat menyengsarakan pemilik harta. 10 D. Pembahasan Bagaimana ketentuan Hukum Islam tentang Hibah Di Bawah Tangan tanpa sepengetahuan Pemilik Harta Hibah? Dalam Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa Harta benda yang dihibahkan harus merupakan hak dari Penghibah. Dalam hal ini Hibah Di Bawah Tangan itu artinya dipaksakan, dan yang dipaksakan itu adalah pengalihan harta benda milik Penghibah/Penggugat sebagai orang tua kepada anaknya/tergugat, maka seharusnya tidak boleh seorang anak memaksa kehendak apalagi menipu orang tuanya seolah-olah ia mendapatkan hak dari orang tuanya untuk menerima harta Hibah. Menurut Penulis hal ini merupakan ketentuan tersirat yang terkandung dalam Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam. Menurut ketentuan Hukum Islam terdapat Syarat Orang yang Menghibahkan yaitu tidak boleh ada paksaan, sedangkan dalam hal ini mengandung unsur pemaksaan yang merugikan pihak lain baik orang tuanya maupun saudara kandung yang lain. Mengenai Syarat Harta yang Dihibahkan itu Tidak boleh berhubungan dengan tempat milik Penghibah, sedangkan dalam kenyataan Harta yang disengketakan itu (tanah dan bangunan) berhubungan dengan tempat tinggal milik Penghibah. Dan mengenai Syarat Lafaz Hibah telah disebutkan bahwa tidak boleh ada unsur paksaan serta penipuan, dalam hal ini Lafaz Hibah yang menjadi syarah sah pelaksanaan Hibah pun tidak dilaksanakan karena dilakukan Di Bawah Tangan oleh anaknya. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap hasil putusan yang dikeluarkan oleh Hakim Pengadilan Agama Malang tentang Hibah Di Bawah Tangan tanpa sepengetahuan Pemilik Harta Hibah? Dengan menyatakan tidak berwenang mengadili perkara dengan unsur-unsur fakta yang telah disebutkan diatas, maka hal-hal yang telah dilanggar oleh Hakim Pengadilan Agama Malang adalah sebagai berikut: 1. Melanggar Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama: Pasal 1 ayat (1) Peradilan Agama adalah Peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam. Pasal 2 Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-undang ini. 2. Melanggar Kompilasi Hukum Islam: Pasal 210 ayat (1) Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan tanpa adanya paksaan dapat menghibahkan sebanyak-banyaknya 1/3 harta bendanya kepada orang lain atau lembaga dihadapan dua orang saksi untuk dimiliki Pasal 212 10 Wawancara dengan K.H. Badruzzaman MA., sebagai Ketua MUI Provinsi Jawa Barat, bertempat di kantornya Jl. RE. Martadinata No. 105 Bandung, Pada tanggal 22 Januari 2016, Pukul 13.30 WIB. Volume 2, No.1, Tahun 2016

Hibah di Bawah Tangan tanpa Sepengetahuan Pemilik Harta Hibah Ditinjau... 51 Hibah tidak dapat ditarik kembali, kecuali hibah orang tua kepada anaknya 3. Hakim kurang cermat menerapkan firman Allah dalam perkara a quo yang terdapat dalam Al-Quran Surat: Al-Isra ayat 34 dan Al-Maidah ayat 1. Tidak terpenuhinya syarat sah hibah menurut Para Imam Mazhab yang dilakukan dengan tiga perkara yaitu: 1. Ijab (penawaran/pemberian) 2. Qabul (pernyataan/penerimaan) 3. Qabdhu (serah terima barang yang dihibahkan) Bagaimana akibat hukum dari Hibah yang dilakukan Di Bawah Tanganberdasarkan Hukum Islam? Dalam permasalahan H. Achmad dan Hj. Boedhiarti, hibah yang dilakukan di bawah tangan oleh Dra. Ani Hadi Setyowati dan Surya Indra Sudibyo sebagai Tergugat tidak memenuhi prinsip musyawarah untuk mufakat serta tidak memenuhi rasa keadilan untuk saudara kandungnya yang kelak sama-sama harus memperoleh hak warisnya. Para Tergugat tidak ada itikad baik untuk melakukan musyawarah terlebih dahulu terhadap Para Penggugat sebagai orang tuanya maupun saudara kandung yang lain. Para Tergugat memiliki niat keji dan serakah ingin menguasai harta satu-satunya milik orang tua mereka, maka Para Tergugat telah melanggar ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam QS Al-Maidah (5) ayat 2, yang artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya. Maka tidak ada akibat hukum lain dari hibah yang dilakukan dibawah tangan oleh Para Tergugat, seharusnya obyek hibah tersebut kembali lagi kepada pemilik semula yaitu kepada Para Penggugat sebagai orang tua kandungnya. E. Kesimpulan 1. Menurut ketentuan Hukum Islam tidak terdapat dalil dalam Al-Quran maupun Hadist serta aturan Hukum yang menjelaskan mengenai Hibah Di Bawah Tangan yang mengandung unsur pemaksaan ataupun penipuan dalam pelaksanaan Hibah. Jadi menurut ketentuan Hukum Islam apabila terdapat sesuatu hal yang dipaksakan dan bertentangan dengan Hukum Islam atau mengandung unsur pemaksaan maupun penipuan dan bukan merupakan kehendak dari Penghibah, maka Hibah tersebut menjadi tidak sah hukumnya. 2. Hibah menjadi sah hukumnya apabila dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam. Syarat sahnya hibah dilakukan dengan tiga perkara yaitu Ijab, Kabul dan Qabdhu. Apabila ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi maka hibah tersebut tidak sah dan dapat dilakukan penarikan atau pencabutan kembali. Kekeliruan Hakim dalam penerapan Pasal terhadap Putusan No. 1000/Pdt.G/2011/PA/Mlg, seharusnya menyebabkan akta otentik yang berasal dari Notaris Malang TRI SUKMAWATI HANDAYANI, S.H. menjadi tidak sah karena Hakim tidak menanyakan secara rinci mengenai asbabul nuzul sehingga muncul akta tersebut dan Hakim dalam memutus perkara ini terdapat banyak fakta yang bertentangan dengan Undang-Undang maupun Hukum Islam. 3. Prinsip musyawarah dan keadilan tidak diterapkan dalam pelaksanaan hibah yang dilakukan oleh Para Tergugat, serta syarat sahnya hibah pun tidak Ilmu Hukum, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

52 Riffnasetia Andriany terpenuhi. Hal ini sangat menyalahi aturan hukum dan dapat merugikan pihak lain yaitu Para Penggugat sebagai orang tuanya dan ketujuh saudara kandung lain yang kelak tidak dapat dihilangkan hak warisnya. Maka tidak ada akibat hukum lain dari Hibah yang dilakukan Di Bawah Tangan ini, obyek (harta benda) hibah tersebut harus kembali lagi kepada pemilik semula yaitu orang tuanya, karena pada kenyataannya Para Penggugat tidak pernah berniat untuk menghibahkan harta satu-satunya kepada Para Tergugat, sehingga dengan kembalinya obyek hibah tersebut, maka kedelapan anaknya dapat memiliki hak waris yang kelak akan diperhitungkan secara adil oleh orang tuanya berdasarkan Hukum Islam. Daftar Pustaka Al-Quran dan Al-Hadist Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, J-ART, Bandung, 2005. Al-Hadist. Buku Abdul Ghafur Anshari, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Cet. 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2010. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Cet. 2, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2007. Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2001. Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Alma arif, Bandung, 1986. Peraturan Perundang-undangan Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam. Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 Jo UU No.3 Tahun 2006 Jo UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Sumber Lain Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Daar Al Kitab Al Arabi: 6/246, Beirut. (Penulisan ini diambil dari: http://www.ahmadzain.com/read/ilmu/439/perbedaaan-antarahibah-wasiat-dan-warisan/) Diakses Pada Tanggal 11 Februari 2016, Pukul 20.00 WIB. http://encepfr.blogspot.co.id/2010/11/perbedaan-syarat-dan-rukun-dalam.html. Diakses Pada Tanggal 11 Februari 2016, Pukul 20.20 WIB. http://encepfr.blogspot.co.id/2010/11/perbedaan-syarat-dan-rukun-dalam.html. Diakses Pada Tanggal 11 Februari 2016, Pukul 20.25 WIB. Wawancara dengan K.H. Badruzzaman MA., sebagai Ketua MUI Provinsi Jawa Barat, bertempat di kantornya Jl. RE. Martadinata No. 105 Bandung, Pada tanggal 22 Januari 2016, Pukul 13.30 WIB. Volume 2, No.1, Tahun 2016